Tulisan ini dinukil dari buku Hypnotic Power; Rahasia Membaca dan Mempengaruhi Isi Hati dan Pikiran Orang Lain dengan Hipnotis. Ditulis Hari Laksana dan diterbitkan oleh Araska pada 2007.
Alam pikiran manusia dibagi menjadi 3 lapisan: alam sadar (conscious mind), pikiran kritis (ciritical factor) dan alam bawah sadar (sub-conscious mind). Alam sadar adalah pikiran yang biasa dipakai manusia untuk menerima informasi yang diberikan panca indera seperti mengamati warna, merasakan tekstur benda, mendengar suara dan informasi lain. Sedangkan alam kritis adalah pikiran yang bertugas untuk menganalisa setiap informasi yang diberikan panca indera. Sedangkan alam bawah sadar adalah tempat paling dominan untuk mempengaruhi prilaku manusia. Menurut pakar, 88% prilaku manusia dipengaurhi oleh pikiran bawah sadarnya, sedangkan 12% baru oleh alam sadarnya. Pikiran inilah yang menyimpan jutaan faktor kunci prilaku manusia, seperti persepsi, emosi, kebiasaan, intuisi, memori jangka panjang, kreativitas, belief and value dan self image.
Salah satu kenyataan bahwa alam bawah sadar memegang kendali penuh terhadap kehidupan manusia sebagaimana contoh seorang perokok yang kesulitan untuk berhenti merokok. Kebiasaan merokok merupakan hasil kerja dari pikiran bawah sadar. Sedangkan keinginan untuk berhenti adalah hasil logika pikiran sadar. Perokok ingin berhenti merokok karena dia sadar bahwa rokok merugikan terhadap kesehatan dan ekonomi perokok, namun fakta dan logika tersebut dapat dikalahkan oleh kebiasaan yang sudah tertanam kuat dalam pikiran bawah sadar.
Pikiran bawah sadar memuat database manusia yang berisi akumulasi berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan sejak mulai dia lahir sampai akhir usianya. Oleh sebab itu pikiran bawah sadar cenderung didominasi oleh rasa emosi. Menariknya lagi pikiran tersebut bersifat netral terhadap segala macam informasi yang masuk, netral dalam artian tidak mengenal baik ataupun buruk. Sehingga suatu data yang masuk ke pikiran bawah sadar, maka akan dianggap sebagai suatu kebenaran, meskipun pada dasarnya hal itu adalah salah secara umum.
Sebagaimana ketika kita kecil, orang tua kita sering mengatakan “awas jangan main jauh-jauh, nanti diculik hantu”. Anak kecil yang notabene pikiran sadar dan critical factornya belum begitu sempurna, tidak akan menyaring perkataan tersebut, oleh sebab itu secara otomatis akan masuk ke pikiran bawah sadarnya. Maka sejak saat itu, seorang anak akan menyimpulkan bahwa hantu itu ada, meskipun sejatinya dia tidak pernah melihatnya. Ketika dewasa, walaupun mungkin dia belum melihat hantu, tetapi ketika melewati kamar mayat sebuah rumah sakit, bahkan ketika siang hari, kebanyakan dari mereka timbul gejolak emosional berupa perasaan takut. Artinya rasio/pikiran sadar manusia tidak cukup untuk membuat dia berani, hal ini karena pikiran bawah sadar telah terlanjur menyimpan informasi mengenai adanya hantu.
Contoh lain adalah orang tua yang selalu membentak anaknya ketika kecil. Secara tidak langsung hal tersebut akan membekas di pikiran bawah sadar anak. Dan kelak ketika dewasa jika tidak dilakukan upaya-upaya, maka dia akan menjadi manusia yang kurang percaya diri dan sering takut dalam melakukan sesuatu, hal ini disebabkan karena pikiran bawah sadarnya sejak kecil telah banyak merekam bahwa di dunia banyak larangan-larangan yang jika dilakukan akan menimbulkan kemarahan sebagaiamana yang dilakukan orang tuanya di masa kecilnya.
Critical factor dalam pikiran manusia sangat penting dalam menganalisa segala jenis informasi yang masuk. Pikiran ini lah yang juga dapat melindungi pikiran dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran bawah sadar yang sudah tertanam. Ketika manusia dalam keadaan sadar, ciritical factor akan menghalangi afirmasi atau segala macam sugesti, sehingga ketika hal tersebut masuk ke pikiran bawah sadar manusia maka efeknya akan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Saat ahli hipnotis melakukan hipnotis, pada saat itu dia sedang mem-by-pass critical factor orang yang dihinotis. Biasanya by-pass tersebut dilakukan dengan teknik yang dinamakan induksi. Induksi bisa dilakukan dengan membuat pikiran objek dibuat bosan, sibuk, lengah, bingung, lelah dan lain-lain. Sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar yakni critical factor menjadi terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka sugesti sang ahli hipnotis akan menjangkau pikiran bawah sadar. Saat itulah seorang yang dihinotis dalam kondisi trance, dimana critical facotrnya menjadi tidak aktif.
Dari kebiasaan ekspresi yang telah direkam di masa lalu, pikiran bawah sadar manusia juga membentuk suatu pola kebiasaan umum, seperti mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus ketika berkhayal dan lain-lain. Ini yang kemudian menjadi dasar utama suatu analisa bahwa setiap orang mampu membaca atau menganalisa pikiran orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca isyarat bahasa tubuh berdasarkan kebiasaan yang dilakukan. Semisal dengan kontak mata, ekspresi wajah dan gesture tubuh.
Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang ketika sedang melakukan percakapan. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan terhadap orang lain tentang suatu pesan, sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Sejak kontak mata dilakukan manusia langsung dapat mengukur kemampuan komunikasi lawan bicaranya.
Kontak mata mempunyai beberapa arti: Ketika lawan bicara 60% menatap langsung, berarti dia tertarik; 80% menatap langsung, berarti dia tertarik secara seksual; 100% menatap langsung, berarti perlawanan; menghindari tatapan, berarti menyembunyikan sesuatu atau kurangnya percaya diri; lensa mata membesar, berarti sangat tertarik; tatapan jatuh ke bawah tapi melirik ke kiri dan ke kanan juga berarti tertarik; lirik ke kanan dan ke kiri, berarti bosan; dan kedipan cepat yang mempunyai arti tidak setuju.
Adapun ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah selalu mewakili hati dan perasaan seseorang. Dalam berkomunikasi, wajah atau kepala mempunyai beberapa arti: condong ke arah lawan bicara, berarti tertarik atau setuju; menjauh secara mendadak berarti curiga atau tidak percaya; topang dagu berarti bosan; mengangguk berarti setuju; banyak menoleh berarti tidak sabar dan ingin menyudahi percakapan.
Nada bicara dalam berkomunikasi juga mempunyai arti sendri: lambat dan nada akhir turun berarti yakin dan menguasai pembicaraan; penekanan kata berarti otoritatif; nada kecepatan meninggi berarti emosi, tegang atau menyembunyikan sesuatu.
Sedangkan gesture atau gerakan tubuh merupakan bentuk prilaku nonverbal dari tangan, bahu, jari-jari dan kaki. Seseorang menggunakan gerakan tubuh secara sadar atau tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Seperti ketika dia berkata pohon itu tinggi, maka dia pasti akan menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika dia berkata letakkan barang itu, lihat pada saya, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menujukkan arah.
Gestur tubuh juga memiliki arti: ketika tangan menutup hidung, berarti ada sesuatu atau indikasi berbohong; jari mengetuk-ngetuk berarti tanda bosan atau tidak sabar ingin bicara; dan ketika tangan mengepal berarti tegang, tidak nyaman atau marah.
Bahasa tubuh juga menyimpan arti bahwa seseorang sedang berbohong: ketika mata menatap ke samping (ketika mengucap pada bagian kata yang berbohong); tangan sering menutup mulut atau hidung, meraba hidung atau telinga; atau postur terlihat tidak nyaman.
Hal-hal di atas merupakan pengaruh dari kebiasaan manusia yang dibentuk berdasarkan pola ketiga pikiran di atas. Artinya jika manusia bisa memahami dan menguasai dengan baik ketiga macam pikiran tersebut, maka hal itu juga akan berdampak pada kehidupan sosialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar