Logika, Etika dan Estetika Dalam Beragama


Logika, etika dan estetika adalah bagian dari filsafat yang berhubungan dengan pola pikir dan prilaku manusia. Dalam bahasa yang lebih mudah, logika adalah cara berpikir manusia mengenai benar dan salah; etika, mengenai baik dan buruk;  dan estetika, mengenai indah dan jelek.

Tiga sudut pandang tersebut akan berdampak pada prilaku manusia di kehidupan nyata, pun aktivitas beragamanya. Untuk mencapai esensi agama yang sebenarnya, manusia harus bisa meletakkan ketiganya sebagai sesuatu yang imperatif, namun tetap dalam porsi dan herarki yang dibutuhkan.
Logika atau cara berfikir yang bertumpu pada benar dan salah dalam beragama mencerminkan bagaimana upaya manusia agar praktek ubudiyyah dan amaliyahnya dapat sesuai dengan tuntunan. Dalam Islam, ini adalah bentuk ijtihad dan ikhtiyar supaya seorang muslim bisa mengimplementasikan keyakinannya dalam beragama berdasarkan petunjuk dan nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh Rasul.

Seorang muslim harus meraih nilai-nilai tersebut melalui ilmu agama yang dicari secara intensif, kontinuitas dan bersanad serta digali dari berbagai perspektif. Hal ini dikarenakan nilai-nilai logika yang terkadang kontradiktif antara saintifik dan normatif maupun progresif dan konservatif. Tanpanya, nilai-nilai logika dalam beragama bisa jadi malah berdampak pada dzillun mudzillun(sesat dan menyesatkan).

Dalam Islam, ada dua sumber utama dalam menggali nilai-nilai kebenaran: al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan dalil al-Qur’an dan as-Sunah yang memuat aturan hukum ahli ushul membaginya menjadi 2 bagian: dalil qoth’i (jelas) dan dalil dzonni (multi tafsir). Dalil qoth’i sebagaimana contoh kewajiban melakukan wudlu sebelum sholat. Di dalam Surat al-Maidah:6 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka cucilah muka-muka kalian dan tangan-tangan kalian sampai ke siku, usaplah kepala kalian dan cucilah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki”. Dalil tersebut mempunyai arti bahwa muslim yang ingin melakukan sholat, dia harus melakukan wudlu’ terlebih dahulu. Semua ulama sepakat mengenai hal itu.

Sedangkan dalil dzanny seperti tatacara pelaksanaan wudlu’ secara rinci. Sebagaimana di dalam a-Qur’an pada ayat yang sama, yang hanya menyebut wamsahu biruusikum atau “usaplah kepala kalian”. Sebagian ahli fiqh berbeda pendapat mengenai hal ini. Ulama Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa dengan mengusap sebagian kepala, bahkan hanya beberapa helai rambut sudah mencakup dari apa yang dimaksudkan ayat tersebut, Madzhab Maliki dan dan Hambali mewajibkan mengusap seluruh kepala, sedangkan Madzhab Hanafi seperempat kepala. Ini berarti nilai-nilai logika yang mencerminkan kebenaran dalam Islam sangat luas cakupannya. Bisa jadi satu realita terdiri dari beberapa logika yang berbeda, namun pada dasarnya tetap mencerminkan nilai-nilai kebenaran yang sama.

Etika sebagai realisasi dari pandangan manusia mengenai baik dan buruk juga merupakan faktor imperatif dalam beragama. Secara herarkis nilai-nilai dalam etika juga harus disetarakan dengan logika. Banyak hadis Nabi yang berbicara mengenai urgensi etika, yang paling mashur sebagaimana hadis Nabi “Sesungguhnya saya (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang baik” (H.R. Ahmad), dan hadis yang lain ketika Rasul ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik” (H.R. Tirmidzi).

Kedua hadis di atas memperjelas bahwa posisi etika dalam agama Islam juga tidak boleh dinomerduakan. Artinya, ketika manusia berbicara mengenai Islam, dia tidak hanya berbicara mengenai tatanan hukum yang mengatur benar dan salah, tetapi juga tatanan etika: baik dan buruk.

Problematika dewasa ini adalah sudut pandang yang dipakai dalam beragama hanya bertumpu pada nilai-nilai logika yang cenderung subjektif dan kontradiktif, kemudian melupakan etika. Maka yang terjadi adalah manusia saling serang dan masing-masing mengklaim bahwa nilai-nilai kebenaran yang ada di dalam pikirannya merupakan kebenaran sejati. Padahal hakikat kebenaran sejati hanya bisa dilihat ketika di surga. Sejalan dengan pendapat Jalaluddin ar-Rumi: “Kebenaran bagaikan selembar cermin di tangan tuhan. Jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, lalu berpikir telah memiliki seluruh kebenaran”.

Oleh sebab itu peran etika sangat penting. Karena dengan dibarengi etika, logika yang berpotensi menimbulkan konflik akan dapat dikikis dengan nilai-nilainya yang santun dan mendamaikan. Dalam contoh amaliyyah, ketika seseorang menyampaikan pendapat mengenai apa yang berdasar logikanya salah, dia juga harus menjaga perasaan orang lain yang menganggap bahwa itu sesuatu yang benar. Sinergi dari dua sudut pandang tersebut kemudian akan melahirkan estetika. Estetika merupakan puncak dari seluruh nilai yang harus dicapai dalam beragama. Meskipun sifatnya abstrak, estetika dalam beragama merupakan hal yang cukup sulit dicapai. Karena banyak manusia yang masih sulit menyinergikan logika dan etika.

Sedangkan dalam ubudiyyah, contoh kecilnya adalah ketika seseorang melaksanakan sholat. Orang yang sedang sholat, secara logika atau ketentuan hukum, dia yang hanya memakai celana sepertiga, asalkan di atas pusar dan di bawah lutut, sudah dihukumi sah. Namun tentunya itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika seorang hamba terhadap tuhannya. Hamba yang menghadap tuhannya dengan busana seperti itu tentu bukan hamba yang baik. Oleh sebab itu dia harus memakai pakaian yang lebih tertutup dan sopan. Setelah dua sudut pandang tersebut dilakukan dengan sempurna, baru kemudian dia bisa mencapai nilai-nilai estetika. Nilai esetetikanya adalah ketika dia bisa menjalankan sholatnya dengan penuh ketenangan dan kedamaian sebagaimana dalam hadis: “An ta’budallah ka annaka tarahu, faillam takun tarahu, fainnahu yaraka” (Engkau menyembah kepada Allah, seperti engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya tuhanmu melihatmu). (H.R. Muslim).  

Share:

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh