Korupsi dan Demokrasi Transaksional



Moh. Usman
mohusmanainurrofiq@gmail.com

Pasang Surut Demokrasi Kita: Sebuah Pengantar

Sejak pertama kali diproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia dideklarasikan sebagai negara republik. Latar belakang sejarah yang patriotik, kultur dan agama yang divergen menjadikan sistem negara dengan corak republik sangat cocok diterapkan di Indonesia. Konsep ini telah digariskan oleh founding father Indonesia di dalam konstitusi negara, UUD 1945.

Dalam sistem pemerintahan republik, dikenal slogan “dari rakyat untuk rakyat”. Artinya yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menjalankan pemerintahan adalah rakyat. Sebab pada dasarnya kata republik berasal dari bahasa latin “res republica” yang secara lugawi memiliki makna “urusan awam”. Konsep ini sebenarnya sudah dianut di era Romawi kuno yang bertahan sejak 509 SM sampai dengan 44 SM. Karena pemerintahan dilaksanakan sendiri oleh rakyat, maka secara otomatis konsep ini menuntut pola pemerintahan yang demokratis.

Melalui sistem yang demokratis, semua elemen masyarakat mempunyai hak politis yang sama. Tak heran, di awal kemerdekaan Indonesia, pemilihan umum di tahun 1955 sudah diikuti oleh 118 peserta yang terdiri dari 36 peserta partai politik, 34 organisasi kemasyarakatan dan 48 perorangan. Di awal implementasinya, sistem ini dianggap terlalu liberal untuk negara yang tergolong masih baru, sehingga membuat Ir. Soekarno, Presiden Indonesia kala itu memilih untuk menerapkan demokrasi terpimpin. Namun secara garis besar, negara tetap menjamin hak politis masyarakat untuk mendirikan partai atau aktif di partai politik manapun. Meski demikian, pertikaian politik tetap saja terjadi sehingga perkembangan menjadi prioritas yang ke sekian.

Masuk ke era periode orde baru, belajar dari masa lalu, Soeharto sadar bahwa demokrasi yang terlalu liberal hanya akan menciptakan banyak kegaduhan. Lambat laun interpretasi mengenai demokrasi mulai dipersempit tuang lingkupnya. Akses masyarakat untuk mendapatkan keterbukaan informasi di intitusi pemerintahan semakin terbatas. Partai politik dipadatkan hanya menjadi 3 bagian. Pers dibredel dan dipersulit ijin edarnya. Sementara tentara berkuasa di segala lini. Demokrasi pada saat itu tak lebih dari sekedar titel dan seremoni. Transparansi dikekang yang menjadikan peluang terhadap banyak birokrat untuk melakukan praktek-praktek ilegal. Pada akhirnya, koruspi, kolusi dan nepotisme terjadi hampir di semua lini.

Setelah keluar dari trah orde baru, nilai-nilai demokrasi di Indonesia mulai benar-benar bisa dikukuhkan. Ini dapat dilihat dari disahkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang pro demokrasi seperti Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, Undang-undang Np. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan beberapa peraturan perundang-undangan lain. Kemudian juga dapat dilihat dari upaya merevitalisasi lembaga-lembaga instrumen demokratitasi seperti lembaga konstitusi, KPU, penghapusan dwifungsi ABRI, termasuk di antara pembangunan lembaga anti rasuah yang sampai saat ini dikenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Jejak panjang orde baru selama kurang lebih 32 tahun berkuasa dengan otoriterianismenya telah banyak membentuk alam bawah sadar birokrasi di Indonesia sulit terlepas dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang telah lama berjalan. Akhirnya praktek tersebut seperti menjadi kebiasaan yang sampai saat ini sulit untuk diubah.


Demokrasi Transaksional: Akar Korupsi di Segala Lini

Di era reformasi ini, masyarakat mulai “melek” politik. Semua elemen berlomba untuk mendedikasikan dirinya pada negera melalui jalur politik. Di samping berdampak positif terhadap kemajuan arus informasi dan kebebasan berpendapat, reformasi juga menjadikan birokrasi di Indonesia semakin transparan, terbuka dan tertata rapi.

Secara perlahan reformasi telah mengembalikan Indonesia menuju sistem demokrasi liberal, sistem yang dulunya sempat dibubarkan secara paksa. Demokrasi ini menuntut negara harus menjamin hak politik setiap kalangan masyarakat tanpa batas. Salah satu bentuk penerapannya ialah dengan menggelar pemilihan umum secara langsung. Pemilihan langsung akan membuat hak politik setiap lini masyarakat terpenuhi. Baik bagi mereka yang ingin mencalonkan dirinya sebagai pemimpin atau sekedar memilih calon yang diyakininya cocok untuk memimpin. Dengan sistem pemilihan ini, para calon pemimpin harus bersaing dengan calon lainnya untuk mendapatkan suara pemilih. Iklim demokrasi ini secara politis sangat baik karena setiap kalangan dapat turut andil dan menentukan sendiri arah masa depan bangsanya.

Namun di sisi lain, calon pemimpin harus rela menggelontorkan banyak dana agar mereka terpilih. Dana ini biasanya dikeluarkan untuk biaya kampanye, membiayai tim sukses atau sebagai mahar politik agar partai politik tertentu mau menyalonkannya. Artinya sebelum menyalonkan diri sebagai calon pemimpin, banyak sekali dana yang harus disiapkan. Di samping itu, perkembangan ekonomi dan pendidikan yang tidak merata di kalangan masyarakat juga dapat menjadi peluang penyimpangan. Hal ini berdampak pada banyaknya transaksi jual beli suara, kepada masyarakat sebagai pemilih ataupun kepada petugas di lapangan sebagai wasit.

Fakta-fakta tersebut membuat pemilihan umum yang tujuannya adalah menyaring pemimpin terbaik melalui sistem yang transparan dengan biaya yang tidak murah, ternyata malah sebaliknya. Pemilihan umum hanya dijadikan sebaga simbol demokrasi yang sebatas transaksional dan seremonial. Jabatan kepemimpinan tidak lebih hanya hasrat untuk berkuasa dan memperkaya diri.

Banyaknya dana yang dikeluarkan ketika pencalonan dan dibarengi dengan kewenangan besar ketika berkuasa membuat mereka hanya menjadikan jabatannya sebagai penggeruk laba dari modal yang sudah dikeluarkan. Tanpa pengawasan yang ketat, pada akhirnya, korupsi, kolusi dan nepotisme tak ubahnya di era orde baru, bahkan semakin menjalar.

Sistem demokrasi yang transaksional telah menjadi akar dari setiap masalah di intitusi pemerintahan. Jika korupsi dibiarkan, maka akan banyak sekali dampak negatif paralel yang akan terjadi. Termasuk berkurangnya anggaran pembangunan yang sudah disediakan, yang tentunya juga akan berdampak juga terhambatnya pembangunan. Program untuk menyejahterakan rakyat kecil pastinya juga akan terbengkalai.

Semenjak 2004-2019 ada sekitar 275 anggota DPR ataupun DPRD yang ditahan dan juga ada 119 Kelapa Daerah, baik Gubernur ataupun Bupati. Korupsi juga banyak melibatkan keluarga pejabat dan koleganya. Belum lagi korupsi yang dilakukan di jajajarn terendah yang karena keterbatasan yang diberikan kepada KPK menjadi sulit terdeteksi. Kendaraan politik dan suap untuk menuju jabatan tertentu menjadikan korupsi, kolusi dan nepotisme menggelinding ibarat bola salju yang akan semakin membesar sampai ke dasar. Akhirnya masyarakat sampai lapisan bawahpun akan merasakan dampaknya. Baik pembangunan di daerah yang cenderung stagnan lambat atau dipersulit ketika berurusan dengan birokrat.  

Korupsi dan Solusi Mendasar

Ada beberapa faktor mengapa korupsi semakin hari semakin menjalar. Pertama, Moralitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyebab utama terjadinya korupsi adalah moralitas yang rusak. Jika moralitas para pemangku jabatan baik, seberapapun banyak celah dan kesempatan yang ada untuk melakukan korupsi, niscaya korupsi tidak akan pernah terjadi. Demikian sebaliknya, meskipun celah dan kesempatan untuk korupsi sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali, tapi apabila moralitas dari para pemangku jabatan rusak, mereka akan tetap mencari-cari berbagai cara untuk memperkaya diri.

Pola pendidikan tentu sangat berpengaruh dalam membentuk moralitas. Pola pendidikan yang diberikan seharusnya tak hanya sebatas kepada nilai-nilai keilmuan saja, namun bisa lebih kepada pendidikan karakter dan tata nilai. Jika pendidikan karakter berhasil dan bisa merubah moralitas para terdidik, maka secara tidak langsung itu akan menjadi langkah antisipatif dari semaraknya korupsi di masa yang akan datang.

Kedua, karna banyaknya celah dan kesempatan. KPK sebagai lembaga utama yang bertindak sebagai pemberantas sekaligus pengawas korupsi, tentu mempunyai mandat yang cukup berat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia sudah barang tentu di dalamnya juga terdiri dari banyak lembaga dan instansi pemerintahan yang harus diawasi. Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga dapat dikatakan KPK masih tertinggal di beberapa bidang. Sebagai contoh dari sekitar 260 juta jiwa masyarakat Indonesia, pegawai KPK hanya sebanyak 1500 lebih. Hal ini cukup berbeda dengan lembaga anti rusuah Malaysia. Malaysia yang hanya berpenduduk sekitar 27 juta jiwa, mempunyai lembaga Malaysian anti corruption commision (MACC) yang beramunisikan lebih dari 2900 pegawai. Tentu tak dapat dijadikan alasan jika hal tersebut di karenakan lembaga anti rusuah Malaysia sudah berdiri tahun 1967 dan KPK baru berdiri di tahun 2003, karna seyogyanya terbebas dari korupsi harus menjadi prioritas utama bagi setiap negara.

Ketiga, Penindakan hukum yang terbilang lemah. Sebenarnya cukup banyak kasus tindak pidana korupsi yang berhasil diberangus oleh KPK dan instansi lain. Namun acap kali terjadi kejanggalan ketika kasus tersebut sudah dilimpahkan ke lembaga penegak hukum selanjutnya. Mulai dari divonis ringan sampai dibebaskan. Menurut riset yang di lakukan oleh ICW pada Juli 2018 yang lalu, rata-rata koruptor hanya mendapatkan hukuman 2 tahun 5 bulan penjara.

Agaknya, dalam sistem hukum di Indonesia saat ini, materi dan kedudukan mempunyai pengaruh dominan. Acapkali karenanya, agenda-agenda hukum bertentangan dengan nurani keadilan. Kedudukan politik dan materi secara implisit telah memetakan orang-orang yang berperkara dalam hukum menjadi klaster-klaster. Klaster inilah yang menjadi pengaruh kesetaraan subjek dalam hukum sulit tercapai. Gelanggang politik dan para petinggi politik di lembaga-lembaga pemerintahan yang seharusnya menjadi aktor utama supremasi hukum malah mengambil peran sebaliknya. Maka sangatlah relevan apa yang dikatakan oleh Pluto, hukum bagaikan jaring laba-laba, hanya kuat terhadap yang lemah, namun rapuh terhadap yang kuat.

Keempat, budaya suap dan gaji pegawai pemerintahan yang relatif kecil. Sudah menjadi rahasia umum, banyak oknum yang mencari kesempatan di beberapa ajang tes pencalonan untuk menjadi pegawai atau pejabat pemerintahan. Hal tersebut diperparah dengan konfirmasi calon pegawai atau pejabat untuk mendapatkan posisi tertentu memberikan uang dalam jumlah besar. Tentunya hal ini akan berpotensi menjadi malapetaka di masa yang akan datang, mengingat gaji perbulan yang akan didapatnya bahkan tidak melebihi 5% saja dari apa yang dia bayarkan.




Share:

Sejarah Sistem Uang (yang Kelam)

Keterangan:  Ilustrasi di bawah ini adalah isi daripada buku "Masa Lalu Uang dan Masa Depan Dunia". Tulisan agak panjang tapi akan memberikan pemahaman pada kita bagaimana sejarah awal mula uang kertas yang kita pakai saat ini. Nama Fabian adalah ilustrasi dari sosok/gerombolan yang pertama menciptakan sistem uang kertas dan mengambil keuntungan darinya. Di masa modern Fabian ini dikenal dengan nama Bankir. Paragraf dalam kurung adalah tambahan keterangan dan opini dari penulis.


Berikut ilustrasinya:

-------------------------------------------------------------

Fabian sangat bahagia karena dia akan menyampaikan sebuah pidato ke masyarakat besok. Dia selalu menginginkan kekayaan dan kekuasaan dan sekarang impiannya akan segera menjadi kenyataan.

Dia adalah seorang tukang emas. Dia biasa mengukir emas dan perak menjadi perhiasan, tetapi semakin lama semakin tidak puas karena harus bekerja keras dalam hidupnya. Fabian menginginkan kesenangan, dan juga tantangan, dan sekarang rencana barunya siap untuk dimulai.

Awalnya, selama puluhan generasi, masyarakat terbiasa dengan sistem perdagangan barter (tukar menukar barang). Seseorang akan menghidupi keluarganya dengan memproduksi semua yang mereka butuhkan ataupun mengkhususkan diri dalam perdagangan produk tertentu. Kelebihan dari yang dia produksi, akan dia tukarkan dengan kelebihan barang lain yang diproduksi orang lain.

Pasar setiap hari ramai dan bersemangat, orang-orang berteriak dan rnelambaikan dagangannya. Sebelurnnya pasar adalah ternpat yang rnenyenangkan, tetapi sekarang jumlah orang terlalu banyak, pertengkaran pun semakin banyak. Tidak ada lagi waktu untuk ngobrol dan bercanda, sebuah sistern yang lebih baik dari barter mulai diperlukan.

Secara urnurn, orang-orang relatif bahagia, dan mereka menikrnati buah dari hasil kerja keras rnereka. Di setiap komunitas dibentuk sebuah pemerintahan yang sederhana yang tugasnya rnenjaga agar kebebasan dan hak setiap anggota masyarakat dilindungi dan untuk rnemastikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan oleh siapapun juga.

Namun, ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan di perdagangan pasar sehari-hari. Apakah sebelah pisau senilai dengan dua keranjang jagung? Apakah seekor kerbau lebih berharga dari seekor ayam? Orang-orang menginginkan sistem yang lebih baik. Fabian mengiklankan diri kepada masyarakat, "Saya punya solusi atas masalah barter yang kita alami, dan saya mengundang kalian semua untuk sebuah pertemuan publik besok harinya."

Besok harinya orang-orang pun berkumpul di tengah kota dan Fabian menjelaskan kepada mereka konsep tentang "uang". Masyarakat yang mendengarkan pidatonya terkesan dan ingin mendengar lebih banyak. "Emas yang saya produksi menjadi perhiasan adalah logam yang luar biasa. Dia tidak akan berkarat, dan bisa bertahan sangat lama. Saya akan membuat emas dalam bentuk koin dan kita akan menyebut setiap koin dengan nama dolar.

Fabian menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa "uang" akan menjadi medium pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter. Salah satu dari anggota pemerintah bertanya "Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin untuk diri mereka sendiri?”

"Ini tidak boleh diterima" kata Fabian. "Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut." Ini kedengarannya masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang mendapatkan sama banyak. "Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih" kata si pembuat lilin. "Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih," kata si petani. Dan pertengkaran pun dimulai.

Fabian membiarkan mereka bertengkar selama beberapa saat, kemudian berkata, "Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua, biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda. Tidak ada batasan berapa koin yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda kembalikan tahun depan."

"Lalu apa yang akan kamu dapatkan?" kata salah satu pendengar. "Karena saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya akan menyebutnya bunga."

--( Artinya mereka yang menginginkan koin itu dari Fabian, dia harus berhutang. Seumpama saat ini dia mengambil 100 koin, maka tahun depannya dia harus mengembalikan dengan 105 koin. Tidak seorangpun berhak mendapatkan koin yang resmi itu kecuali dengan berhutang. Hal tersebut juga berarti setiap koin yang beredar itu mengandung hutang sebesar 5%.)--

Kedengarannya tidak terlalu buruk, lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini. Fabian tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu kemudian dia pun siap dengan koinnya. Orang-orang antri panjang di depan tokonya. Setelah dicek dan disetujui oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini.

Masyarakat segera menyadari sisi baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi harganya lebih rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal.

Alan adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat. Dan kemudian ada seorang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal dari apa yang kita sebut kompetisi.

--(Dengan alasan inilah mengapa suatu komoditas di dalam suatu negara yang hanya dikuasai satu perusahaan saja akan cenderung dimonopoli, sehingga perusahaan itu akan senantiasa mempermainkan harga dan distirubusi. Ini yang kemudian membuat pemerintah mengundang banyak perusahaan asing masuk, agar suatu komoditas tidak dimonopoli oleh satu perusahaan saja. sehingga baik kualitas ataupun harga akan bersaing dan masyarakat dapat memilih)--

Hal yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi, akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang menurut mereka paling menguntungkan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak ada perlindungan buatan semacam Iisensi ataupun cukai tarif untuk menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem perdangan tanpa uang.

Setahun kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya. Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi ini berarti ada orang lainnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam, sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya. Orang-orang yang memiliki koin lebih membayar kepada Fabian dan juga 5% bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan sistem perdagangan di tahun mendatang.

Sebagian orang mulai menyadari untuk pertama kalinya seperti apa rasanya hutang. Sebelum mereka bisa meminjam kembali kepada Fabian, kali ini mereka harus menjaminkan aset-aset kepadanya, dan mereka pun melanjutkan perdagangan selama setahun mendatang, mencoba mendapatkan 5 koin lebih untuk setiap 100 koin yang mereka pinjam dari Fabian.

Saat itu, belum ada seorang pun yang menyadari bahwa seluruh masyarakat, sekalipun mengembalikan semua hutang koin mereka, tetap tidak bisa melunasi hutang mereka kepada Fabian, karena kelebihan 5% koin emas yang merupakan kewajiban mereka memang tidak pernah diedarkan oleh Fabian. Tak seorang pun selain Fabian yang mengetahui bahwa adalah hal yang mustahil bagi masyarakat ini untuk bisa melunasi hutang mereka bila ditambahkan dengan bunga, uang yang tldak pernah dia edarkan.

Memang benar Fabian sendiri juga membuat koin untuk dirinya sendiri dan koin ini akan beredar di masyarakat, namun tidak mungkin dia sanggup mengkonsumsi 5% dari semua barang di masyarakat.

Di dalam toko emasnya, Fabian memiliki sebuah ruang penyimpanan yang sangat kuat, dan sebagian masyarakat merasa lebih aman kalau menitipkan koin emas mereka kepada Fabian untuk disimpan. Fabian akan menagih sejumlah uang tertentu sebagai jasa penyimpanan untuk orang-orang tersebut. Sebagai bukti atas deposit emas mereka, Fabian memberikan mereka selembar kertas kwitansi.

Orang-orang yang membawa kwitansi dari Fabian ini bisa menggunakan kertas ini untuk membeli barang sama halnya seperti menggunakan koin emas. Dan lama-kelamaan kertaskertas ini beredar di masyarakat sebagai uang sama seperti koin emas. Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.

Dia pun berpikir, "saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas. Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali."

Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku. Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan bagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.

Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nllainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya "daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menu lis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku." Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap dl gudang Fabian. Sebab emas yang rencana akan dipinjam dengan bunga itu, sudah diganti dengan kwitansi sebagai pengganti emas.

Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri. Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka.

Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali Iipat dari yang sebenarnya dia miliki. Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.

Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya. Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.

Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini. andainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis Inl.

Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian. Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian.

Ketika seorang pedagang lngin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening Iainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas Instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan cek.

Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer. Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas sangat memuaskan.  Namun, sebagian kwitansi ini telah dlpalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan. Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. "Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka.

Jawaban Fabian ialah sebagai berikut: Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur. Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak.

Ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi." Para anggota pemerintah berpikir "Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal." Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.

"Yang kedua", kata Fabian, "sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru." Ide ini pun mulai dijalankan.

Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas. Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transaksi masyarakat.

Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transaksi dilakukan dengan cara pindah buku (cek). Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.

Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya. Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik.

Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.

Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya. Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42, Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang.

Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka. Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan. Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah.

Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga perc.aya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos.

--(Awalnya, untuk mendapatkan kwitansi dari Fabian/Bankir, seseorang harus menyerahkan koin emasnya terlebih dahulu, artinya setiap kwitansi yang beredar sudah mengandung emas. Namun seiring berjalannya waktu, seseorang dapat mendapatkan pinjaman uang kertas tanp menyerahkan emas. Hanya berupa jaminan. Ini artinya setiap uang yang beredar nilainya sudah tidak mengandung emas, tidak seperti kwitansi sebagaiaman dipaparkan di awal)---

Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan~dengan biaya cetak yang sangat kecil. Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. "Bunga yang Anda tagih ini salah," katanya. "Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis.

"Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210). Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada, uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!"

"Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar" Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, "Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja.

Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu." Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab.

Share:

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh