Logika, Etika dan Estetika Dalam Beragama


Logika, etika dan estetika adalah bagian dari filsafat yang berhubungan dengan pola pikir dan prilaku manusia. Dalam bahasa yang lebih mudah, logika adalah cara berpikir manusia mengenai benar dan salah; etika, mengenai baik dan buruk;  dan estetika, mengenai indah dan jelek.

Tiga sudut pandang tersebut akan berdampak pada prilaku manusia di kehidupan nyata, pun aktivitas beragamanya. Untuk mencapai esensi agama yang sebenarnya, manusia harus bisa meletakkan ketiganya sebagai sesuatu yang imperatif, namun tetap dalam porsi dan herarki yang dibutuhkan.
Logika atau cara berfikir yang bertumpu pada benar dan salah dalam beragama mencerminkan bagaimana upaya manusia agar praktek ubudiyyah dan amaliyahnya dapat sesuai dengan tuntunan. Dalam Islam, ini adalah bentuk ijtihad dan ikhtiyar supaya seorang muslim bisa mengimplementasikan keyakinannya dalam beragama berdasarkan petunjuk dan nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh Rasul.

Seorang muslim harus meraih nilai-nilai tersebut melalui ilmu agama yang dicari secara intensif, kontinuitas dan bersanad serta digali dari berbagai perspektif. Hal ini dikarenakan nilai-nilai logika yang terkadang kontradiktif antara saintifik dan normatif maupun progresif dan konservatif. Tanpanya, nilai-nilai logika dalam beragama bisa jadi malah berdampak pada dzillun mudzillun(sesat dan menyesatkan).

Dalam Islam, ada dua sumber utama dalam menggali nilai-nilai kebenaran: al-Qur’an dan as-Sunnah. Sedangkan dalil al-Qur’an dan as-Sunah yang memuat aturan hukum ahli ushul membaginya menjadi 2 bagian: dalil qoth’i (jelas) dan dalil dzonni (multi tafsir). Dalil qoth’i sebagaimana contoh kewajiban melakukan wudlu sebelum sholat. Di dalam Surat al-Maidah:6 “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka cucilah muka-muka kalian dan tangan-tangan kalian sampai ke siku, usaplah kepala kalian dan cucilah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki”. Dalil tersebut mempunyai arti bahwa muslim yang ingin melakukan sholat, dia harus melakukan wudlu’ terlebih dahulu. Semua ulama sepakat mengenai hal itu.

Sedangkan dalil dzanny seperti tatacara pelaksanaan wudlu’ secara rinci. Sebagaimana di dalam a-Qur’an pada ayat yang sama, yang hanya menyebut wamsahu biruusikum atau “usaplah kepala kalian”. Sebagian ahli fiqh berbeda pendapat mengenai hal ini. Ulama Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa dengan mengusap sebagian kepala, bahkan hanya beberapa helai rambut sudah mencakup dari apa yang dimaksudkan ayat tersebut, Madzhab Maliki dan dan Hambali mewajibkan mengusap seluruh kepala, sedangkan Madzhab Hanafi seperempat kepala. Ini berarti nilai-nilai logika yang mencerminkan kebenaran dalam Islam sangat luas cakupannya. Bisa jadi satu realita terdiri dari beberapa logika yang berbeda, namun pada dasarnya tetap mencerminkan nilai-nilai kebenaran yang sama.

Etika sebagai realisasi dari pandangan manusia mengenai baik dan buruk juga merupakan faktor imperatif dalam beragama. Secara herarkis nilai-nilai dalam etika juga harus disetarakan dengan logika. Banyak hadis Nabi yang berbicara mengenai urgensi etika, yang paling mashur sebagaimana hadis Nabi “Sesungguhnya saya (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang baik” (H.R. Ahmad), dan hadis yang lain ketika Rasul ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah dan berbudi pekerti yang baik” (H.R. Tirmidzi).

Kedua hadis di atas memperjelas bahwa posisi etika dalam agama Islam juga tidak boleh dinomerduakan. Artinya, ketika manusia berbicara mengenai Islam, dia tidak hanya berbicara mengenai tatanan hukum yang mengatur benar dan salah, tetapi juga tatanan etika: baik dan buruk.

Problematika dewasa ini adalah sudut pandang yang dipakai dalam beragama hanya bertumpu pada nilai-nilai logika yang cenderung subjektif dan kontradiktif, kemudian melupakan etika. Maka yang terjadi adalah manusia saling serang dan masing-masing mengklaim bahwa nilai-nilai kebenaran yang ada di dalam pikirannya merupakan kebenaran sejati. Padahal hakikat kebenaran sejati hanya bisa dilihat ketika di surga. Sejalan dengan pendapat Jalaluddin ar-Rumi: “Kebenaran bagaikan selembar cermin di tangan tuhan. Jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, lalu berpikir telah memiliki seluruh kebenaran”.

Oleh sebab itu peran etika sangat penting. Karena dengan dibarengi etika, logika yang berpotensi menimbulkan konflik akan dapat dikikis dengan nilai-nilainya yang santun dan mendamaikan. Dalam contoh amaliyyah, ketika seseorang menyampaikan pendapat mengenai apa yang berdasar logikanya salah, dia juga harus menjaga perasaan orang lain yang menganggap bahwa itu sesuatu yang benar. Sinergi dari dua sudut pandang tersebut kemudian akan melahirkan estetika. Estetika merupakan puncak dari seluruh nilai yang harus dicapai dalam beragama. Meskipun sifatnya abstrak, estetika dalam beragama merupakan hal yang cukup sulit dicapai. Karena banyak manusia yang masih sulit menyinergikan logika dan etika.

Sedangkan dalam ubudiyyah, contoh kecilnya adalah ketika seseorang melaksanakan sholat. Orang yang sedang sholat, secara logika atau ketentuan hukum, dia yang hanya memakai celana sepertiga, asalkan di atas pusar dan di bawah lutut, sudah dihukumi sah. Namun tentunya itu sangat bertentangan dengan nilai-nilai etika seorang hamba terhadap tuhannya. Hamba yang menghadap tuhannya dengan busana seperti itu tentu bukan hamba yang baik. Oleh sebab itu dia harus memakai pakaian yang lebih tertutup dan sopan. Setelah dua sudut pandang tersebut dilakukan dengan sempurna, baru kemudian dia bisa mencapai nilai-nilai estetika. Nilai esetetikanya adalah ketika dia bisa menjalankan sholatnya dengan penuh ketenangan dan kedamaian sebagaimana dalam hadis: “An ta’budallah ka annaka tarahu, faillam takun tarahu, fainnahu yaraka” (Engkau menyembah kepada Allah, seperti engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya, maka sesungguhnya tuhanmu melihatmu). (H.R. Muslim).  

Share:

G30S/PKI dalam Pandangan Prof. Salim Said

Gstapu Adalah Daulat

1965, di tengah situasi politik yang lebih menguntungkan PKI, beberapa pihak yang tidak menginginkan komunis berkuasa di Asia Tenggara mencoba untuk memainkan teori domino. Sebagaimana diketahui bahwa sebelum terjadinya gestapu, DN Aidit sempat berkunjung ke Rusia. Pada kunjunganya sempat terjadi perdebatan sengit antara Aidit dan salah satu pembesar Komunis Rusia. Mereka membicarakan perbedaan pendapat mengenai komunisme antara Rusia dan China, namun ternyata Aidit lebih memihak ke China sehingga menyulut amarah pembesar komunis Rusia tersebut. Dia berkata bahwa suatu saat akan menghancurkan komunis Indonesia. Tak heran jika setelah terjadinya gestapu, banyak pihak menuding pemrakarsa manipulasi dokumen gilkrift adalah GKB (Badan intelijen Rusia).

Gestapu merupakan salah satu operasi militer yang mayoritas eksekutornya adalah pasukan cakrabirawa (paspmapres). Bisa jadi gestapu adalah operasi yang gagal total sesuai dengan rencana awalnya, atau bahkan memang sengaja digagalkan oleh salah satu pihak yang mempunyai kepentingan.

Sebagaimana history revolusi bangsa Indonesia yang tidak lepas dari pendaulatan (penculikan tokoh agar dia mau melakukan sesuatu), seperti yang dilakukan oleh para pemuda terhadap Soekarno-Hatta agar secepat mungkin meproklamirkan kemerdekaan, atau penculikan terhadap Syahrir sebagai perdana mentri waktu itu dengan maksud pemberhentian perundingan dengan pemerintahan kolonial. Semua proses penculikan terlaksana dengan sukses tanpa melukai tokoh tersebut sedikit pun. Gestapu juga merupakan salah satu upaya pendaulatan dengan melakukan operasi penculikan terhadap tujuh jenderal. Hal ini ditenggarai ditemukannya dokumen glkrfit yang dibawa oleh duta besar Inggris di Jakarta kepada para jenderal tersebut.

Namun pada saat gerakan pendaulatan, operasi yang dituding Soekarno juga terlibat didalamnya itu disusupi oleh beberapa pihak yang mempunyai agenda politik khusus, seperti Syam Qamaruz Zaman dan beberapa biro khusus PKI yang lain. Tidak heran jika kemudian banyak kesaksian eksekutor gestapu bahwa mereka tidak tahu menahu secara rinci apa tugas yang harus dilakukan, karna memang perintah yang di berikan bersifat general.

Dalam hal ini ada bebera pihak yang di tenggarai terlibat kasus tersebut:

1. Soekarno
Soekarno. Semenjak dilantik jadi presiden pada 1945, hubungan Soekarno dengan tentara memang penuh dengan dinamika. Hal ini disebabkan oleh peristiwa agresi militer 2 Belanda ketika akan memasuki daerah Jogjakarta. Pada saat itu, jenderal Sudirman yang sedang sakit mengajak Sukarno untuk turut bergrilya masuk ke hutan sampai Indonesia benar-benar memperoleh kemenanangan. Namun Soekarno menolak dan mengajak Sudirman untuk menetap di Jogja saja, dan berjanji akan memanggil dokter Belanda agar dia diberikan perawatan. Namun bagi Soedirman, sebagai tentara yang mengadopsi kuat sumpah jabatan, hal seperti itu adalah sebuah penghianatan. Soekarno sebagai sipil dan politisi ulung, tentunya mempunyai pandangan yang berbeda, setiap sesuatu tidak harus diselesaikan dengan perang, kadang peluang kemenangan bisa terbuka dengan beberapa konsipirasi selimut dalam ruang.

Pada tahun 1965, yang menjadi Pangab (Panglima ABRI) adalah Ahmad Yhani. Dia berhasil menjadi penglima setelah Soekarno melengserkan Nasution, hal ini terjadi karna Nasution cukup radikal dalam menentang NASAKOM, ideologi yang di elu-elukan Soekarno pada dunia. Yhani yang cukup pintar, pura-pura mendukung NASAKOM agar Soekarno tidak begitu berpihak ada komunis. Maka tak heran jika Yhani cukup dipercaya oleh Soekarno. Meskipun beberapa waktu setelahnya, hal itu tdak terjadi lagi karna Soekarno mendengar cerita bahwa akibat radikalisme pandangan Nasution tentang Soekarno dan NASAKOM, Yhani akan melakukan serangan terhadap Nasution.

Hal lain yang juga membuat Soekarno kehilangan dukungan tentara salah satunya semenjak Inggris memberikan kemerdekaannya terhadap Malaysia. Soekarno sangat menentang karena menanggap bahwa negara tersebut hanya sebagian dari neokolonialisme yang akan mengancam Indonesia terhimpit dari dua arah. Malaysia bagian utara dan Australia di bagian selatan.

Soekarno geram karna merasa dikhianati oleh pemimpin Malaysia waktu itu yang telah melanggar perjanjian Manila. Perjanjian yang dihadiri oleh Soekarno, PM Malaysia dan Presiden Philipines. Hasil dari pertemuan tersebut ialah menyerahkan kedaulatan masyarakat di Kalimantan utara terhadap mereka sendiri dengan cara referendum. Namun ternyata PM Malaysia melalui koloninya langsung memproklamirkan bahwa kalimantan utara dibagian Sabah dan Serawak adalah negara bagiannya. Dengan beberapa upaya Soekarno mencoba mengirim pasukan ke perbatasan untuk melakukan propaganda, sementara sebagian tentara yang lain sudah melakukan kontak fisik dengan tentara Inggris.

Kesalahan Soekarno pada saat itu karna yang ditunjuk sebagai komandan perang adalah seorang KSAU yang masih Junior, Omar Dhani. Hal ini menimbulkan kecemburuan di kalangan para senior tentara, lebih-lebih Soeharto, Panglima kostrad yang ditunjuk sebagai wakil komandan perang di bawah juniornya. Lagi pula, para senior tentara menganggap bahwa Omar Dhani tidak mempunyai pengalaman perang yang mumpuni.

Maka ketika dokumen gilkrift tersebar dan disadari oleh Presiden, ada semacam ketakutan bahwa dirinya benar-benar akan dikudeta oleh para Jenderal. Oleh sebab itu ada asumsi bahwa gestapu memang diperintahkan oleh Presiden. Namun bukan untuk pembantaian, melainkan pendaulatan, dengan menculik tanpa menyakiti. Meskipun kenyataan yang terjadi berbeda, karna mungkin perintah tersebut sudah disusupi oleh beberapa kepentingan.

2. Internal angkatan darat
Di samping karena bentuk kekecewaan tentara terhadap Soekarno karna kesalahan memilih komandan perang, Krisis ekonomi yang sangat parah saat itu juga membuat masyarkat kecewa terhadap 20 tahun pemerintahan Soekarno, tidak terkecuali tentara. Tentara sebagai basis terdepan yang menolak PKI menganggap bahwa PKI adalah salah satu elemen yang mengancam keutuhan NKRI kelak, karena terbukti bahwa sepenjang sejarah PKI memang sering melakukan pemberontakan, termasuk di Madiun pada 1948 dan beberapa peristiwa di luar negeri.

Hal lain yang membuat hubungan PKI dan tentara memanas adalah karna pada saat itu PKI yang mempunyai basis kekuatan cukup banyak tersebar di beberapa sektor pemerintahan, mencoba meyakinkan Presiden dengan program angkatan lima, sebuah program yang mendorong agar rakyat sipil juga di persenjatai oleh negara.

Bisa dikatakan bahwa tentara pada masa itu dibagi menjadi 3 bagian: pertama, ialah pasukan Nasution. Nasution sebagai Jenderal senior sangat antipati terhadap Soekarno. Hal ini juga yang membuat dia pernah mengarahkan moncong meriam ke istana untuk memaksa Soekarno agar membubarkan perlemen pada tahun 1953. Namun hal itu ditolak mentah-mentah oleh Soekarno dengan membantah bahwa Indonesia adalah negara demokrasi. Nasution juga bersebrangan dengan Presiden mengenai NASAKOM karena memang Nasution sangat alergi terhadap komunisme.

Kedua, A Yhani. Yhani yang cenderung moderat mencoba merangkul semua elemen NASAKOM. Ini dilakukan agar Soekarno tidak terlalu dekat dengan PKI. Hal tersebut tentunya bertentangan dengan Nasution yang radikal dan antipati, sehingga Yhani pernah mengusulkan untuk menyingkirkan Nasution, meskipun ide itu ditolak oleh senor tentara yang lain.

Ketiga, Soeharto. Soeharto yang sudah aktif sebagai tentara pada masa revolusi, pada saat itu sudah menjabat sebagai panglima kostrad. Dia merasa bahwa kolega-koleganya yang berbasis di Jakarta sudah sangat hedonis dan feodal terhadap dirinya. Hal ini bisa dilihat dari pola dan cara hidup bagaimana tentara dibawah resimen Nasution dan Yhani hidup cukup megah, dan bagaimana tentara kostrad hidup sederhana. Itu terbukti dengan cerita bahwa Soeharto dulu pernah mengajukan surat pemunduran diri kepada Nasution, dia ingin mencari pekerjaan baru karena menganggap gaji penglima kostrad masih belum cukup untuk memenuhi kehidupannya, namun hal tersebut tidak pernah terjadi, karena surat yang ditunjukkan ke Nasution tidak pernah sampai.

Beberapa konflik internal di tentara dan dendam lama terhadap komunisme yang sudah sangat menjalar, maka tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa gestapu adalah salah satu bagian dari konspirasi pihak yang berkepentingan dalam ABRI untuk melakukan revolusi besar-besaran, baik dalam internal ABRI maupun di Indonesia. Dengan cara menculik dan membantai para jenderal lewat biro-biro khusus PKI di tentara sehingga mereka bisa menyebut bahwa PKI-lah pelakunya.

3. Pihak lain
Pihak lain yang berkepentingan ialah CIA, KGB, M-16 ataupun inteljen China. Soekarno sebagai tokoh galanggang penentang utama imperialisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh inggris dan sekutunya pasti akan menghadapi banyak anacaman. Inggris yang pada waktu itu sukses membentuk negara bonekanya disebelah utara Indonesia merasa tidak nyaman dengan negara tetangganya. Maka pada saat itu Rodman Rodeway, salah satu agen inggris lewat pengakuannya diberi anggaran beberapa ribu poundsterling untuk operasi propaganda melengserkan Soekarno.

Perang dingin yang sedang berkecamuk antara kubu barat dan timur juga sangat berpengaruh. Amerika sebagai basis kapitalisme tidak menginginkan Indonesia jatuh menjadi negara Komunisme, karna dikhawatirkan jepang juga akan jatuh menjadi negara komunisme dan mendukung perang dingin yang sedang berlangsung dalam manivestasi perang Vietnam. Salah satu cara untuk membendung hal tersebut adalah mencari tentara anti komunis untuk diajak bekerja sama melakukan tipu muslihat menghancurkan Soekarno dan Komunis di Indonesia. Adapaun tudingan terlibatnya KGB adalah banyak pihak mengatakan bahwa yang membuat dokumen gilkrift adalah seorang agen KGB berketurunan cekoslovakia.

4. PKI
Partai komunis terbesar ketiga didunia tersebut besar kemungkinan adalah dalang dibalik gestapu. Hal ini dikarenakan memang pelaku gestapu adalah biro-biro khusus PKI yang berada dalam ABRI. PKI sangat kuat dikaitkan dengan peristiwa gestapu karena sejarah mencatat PKI dan ideologi revolusioner yang digagasnya memang sangat kental dengan pemberontakan, termasuk yang dituduhkan terhadapnya dalam kasus pembunuhan 7 Jenderal.

Catatan ini diambil dari memoar Prof. Salim Said, “Dari Gestapu ke Reformasi”. Said salim adalah guru besar bidang pertahanan. Beliau termasuk yang mengusulkan bintang 5 terhadap 3 Jendral yakni Soedirman, Soeharto dan Nasution. Dia juga yang mengusulkan bahwa pimpinan negara hanya boleh memimpin selama 2 periode saja, sebenarnya hal ini pernah dikemukakan oleh politisi PDIP pada sekitar tahun 1993, namun tentu saja hal itu dibendung oleh Soeharto.

Share:

Dale C. Part 2 "Buat Orang Lain Merasa Bahwa Mereka Penting'

Hanya ada satu cara di bawah surga untuk menggunggah siapa pun melakukan apa saja yang kita inginkan. Ya hanya satu cara. Cara tersebut adalah dengan membuat mereka yang ingin melakukannya sendiri. Kita bisa saja menodongkan pistol agar mereka berbuat sesuatu, atau seorang bos dapat memaksa pegawainya melakukan sesuatu dengan ancaman dia akan memecatnya, namun metode-metode tersebut tidak akan memberikan dampak yang signifikan.

Hampir semua keinginan dapat dipuaskan, namun ada satu hal yang jarang dapat dipuaskan, Yakni: hasrat menjadi besar. Semua orang ingin dirinya menjadi orang yang dihormati dan dianggap sebagai orang terhormat. Hasrat untuk dianggap penting juga merupakan salah satu perbedaan nyata antara manusia dan binatang. Beberapa bukti mengatakan bahwa manusia bisa benar-benar menjadi gila dalam usahanya mendapatkan perasaan bahwa dia adalah orang penting.

Lincoln berkata bahwa setiap orang menyukai pujian. Sementara James berkata “Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Salah satu cara terbaik untuk mengabulkan keinginan orang lain tersebut adalah menganggap mereka penting atau menganggapnya orang besar dan memberikannya pujian.

Charles Schwab dipilih sebagai Presiden pertama perusahaan baja Amerika yang dibangun pada tahun 1921 ketika dia masih berusia 38 tahun dengan gaji yang fantastik, 1 juta USD. Mengapa dia dibayar sedemikian besarnya, bahkan lebih dari 3.000 USD perhari, apakah karena dia seorang ahli yang sangat mumpuni di bidang riset baja? Bukan. Apakah karena kejeniusannya? Bukan juga.

Schwab membeberkan rahasinya. Dia mendapatkan gaji sebesar itu sebagian besar karena cara berhubungannya dengan manusia. Dia mengatakan “Saya menganggap kemampuan saya untuk membangkitkan antusiasme pada orang lain adalah aset paling besar yang saya miliki, dan cara terbaik yang saya lakukan untuk mengembangkan diri seseorang dengan menghargai dan mendorong semangatnya.”

Di melanjutkan, “tidak ada hal lain yang sangat membunuh ambisi seseorang selain kritik dari mereka yang merasa lebih tinggi. Saya tidak pernah mengkritik/memarahi siapa pun. Saya percaya dengan memberi intensif pada seseorang di tempat kerja. Jadi saya suka memberi penghargaan dan segan mencerca kesalahan. Jika saya menyukai sesuatu, saya sepenuh hati dalam penerimaan saya dan royal dalam memberi pujian.”

Ketika suatu studi dibuat beberapa tahun lalu mengenai para istri yang banyak melarikan diri, salah satu penyebab terbesarnya adalah “kurangnya penghargaan.” Orang-orang pada saat itu sering tidak menganggap penting pasangan mereka, sampai mereka tidak pernah mengungkapkan penghargaan terhadap istrinya.

Pamela Dunham dari New Fairfield mempunyai tanggung jawab diantaranya adalah melakukan supervisi terhadap seorang pembersih kantor yang mengerjakan tugasnya dengan sangat buruk. Para pegawai lainnya akan mencemoh pekerja tersebut dan membuang sampah di lorong untuk menunjukkan betapa buruk pekerjaannya. Tanpa hasil, Pamela berusaha sekuat tenaga untuk memotivasinya. Pamela menemukan bahwa sekali-kali ternyata pekerja tersebut melakukan tugasnya dengan baik. Hal yang dilakukan Pamela adalah memujinya di depan orang lain. Pamela terus melakukannya. Hasilnya, setiap hari pekerjaannya semakin baik, dan dalam waktu singkat dia mulai mengerjakan semua tugasnya dengan baik dan efisien.

Dari beberapa analogi dan kisah di atas, poin terpenting yang dapat diambil adalah untuk mendapatkan hati orang lain, agar mereka bisa menjadi apa yang kita inginkan adalah dengan membuat mereka melakukan sesuatu karena keinginan mereka sendiri. Cara menggiring mereka menuju hal tersebut ialah dengan membuat mereka merasa bahwa mereka adalah orang yang penting, hargai setiap pekerjaan mereka dan jangan memarahi mereka.

Share:

Dale C. Part 1 "Jika Anda Ingin Mengumpulkan Madu, Jangan Tendang Sarang Lebahnya"

Setelah berminggu-minggu dicari, Crowley “sang pembunuh”, penjahat paling ditakuti di New York saat itu, akhirnya sampai pada klimaksnya. 150 polisi dan detektif mengepungnya sambil saling berbalas senapan dengan Crowley.

Crowley merupakan penjahat, perampok bersenjata yang tidak segan untuk membunuh seseorang. Salah satu Komisaris Polisi mengatakan bahwa dia akan membunuh seseorang hanya karena jatuhnya sehelai bulu. Terakhir dia menembak salah satu polisi hanya karena polisi tersebut memintanya untuk menunjukkan surat-surat berkendara.

Namun dibalik kekejamannya, dia menulis surat dengan bekas luka di atas kertas bertuliskan, “di balik pakaian saya ada sebuah hati yang letih, sebuah hati yang baik, yang tidak tega melukai siapapun.”

Al Capone, juga merupakan salah satu penjahat paling ditakuti, pemimpin geng terkejam yang pernah ada di Chicago, pun demikian, dia mengatakan “Saya sudah melewatkan tahun-tahun dalam hidup saya memberi orang-orang kesenangan, membantu mereka menikmati hidup, dan yang saya peroleh adalah perlakukan kejam sebagai orang yang dicari-cari.”

Hal terpenting dari dua kisah di atas adalah bahwa kedua penjahat tersebut tidak menyalahkan dirinya sama sekali. Mereka hanya melihat nilai kebaikan yang pernah mereka lakukan, meskipun sedikit. Hal ini sama halnya dengan Ducth Schultz, juga merupakan penjahat paling terkenal di New York, dia mengaku bahwa dia adalah orang dermawan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Lewis Lawes, salah satu sipir penjara senior bahwa hanya sedikit kriminal yang menganggap bahwa mereka orang jahat.

Mereka membuat rasionalisasi bahwa mereka sama manusianya dengan semua orang. Hampir dari mereka semua punya alasan logis terhadap kejahatan yang dikerjakan dan mereka menganggap itu adalah benar.

Ini artinya orang-orang sekelas penjahat kelas kakap di atas saja sama sekali tidak menyalahkan diri mereka, bagaimana halnya dengan orang-orang di sekitar kita? Wanamaker, pendiri sejumlah toko di Amerika mengatakan bahwa dia sudah belajar sejak tiga puluh tahun yang lalu bahwa sungguh bodoh untuk memarahi orang lain, dia sadar bahwa sembilan puluh sembilan kali seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri, dia cenderung akan merasa benar, tidak peduli kesalahan yang dilakukan.

Artinya jika ternyata kebanyakan manusia tidak pernah menempatkan dirinya sebagai orang yang salah dan dia tidak pernah mengkritik dirinya sendiri, maka sangat percuma apabila kita harus mengkritiknya, itu hanya akan menimbulkan masalah baru. Kritik adalah hal yang sia-sia karena menempatkan seseorang dalam posisi defensif, dan biasanya membuat orang itu mempertahankan dirinya. Hens Selye, Psikolog besar berkata: “Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya ketakutan kita akan kritik.”

George B. Jhonston, Koordinator keamanan sebuah perusahaan rekayasa mempunyai tanggung jawab memastikan keselamatan pekerja, salah satunya tugasnya adalah memastikan pekerja memakai topi pengaman. Dia akan melaporkan jika ada pekerja yang tidak memakai topi pengaman, kemudian juga menyampaikan secara jelas mengenai peraturan yang ada. Hasilnya, ia mendapat penerimaan yang tidak simpatik dari pekerja yang merasa kesal, sering kali setelah pergi para pekerja kembali melepas topinya. Lalu ia mencoba pendekatan yang berbeda, ketika dia melihat pekerja yang tidak memakai topi, ia bertanya dengan ramah apakah topi itu tidak nyaman, sambil memngingatkan dengan nada menyenangkan bahwa topi itu dirancang untuk melindungi mereka dari kecelakaan.

Demikian halnya salah satu direktur salah satu perusahaan kecil di Amerika, dia mempunyai lebih dari seratus pegawai di kantornya, namun karena sifatnya yang suka memarahi dan mengkritik kesalahan yang mereka lakukan, ketika dia masuk ke kantor banyak pegawainya yang berpaling dan mengerutkan muka, dia merasa sendiri. Kemudian di mencoba cara komunikasinya, ketika ada pegawai yang melakukan kekeliruan, dia tidak serta merta mengkritiknya, apalagi memarahinya, dia mencari sisi positif dan memberikan apresiasi atas hal tersebut kemudian mulai membicarakan kekurangan yang dibuat tanpa menyinggung perasaannya. Akhirny setiap pergi ke kantor dia selalu mendapatkan senyuman para pegawainya, pegawainya tidak segan untuk memaparkan program terbaik dan kekurangan di kantornya.

Tatakala berhubungan dengan manusia, sebaiknya seseorang mengingat bahwa dia sedang tidak berhubungan dengan makhluk logika. Dia sedang berhubungan dengan makhluk penuh dengan emosi. Dia sedang berhubungan dengan makhluk penuh dengan prasangka dan motivasi oleh rasa bangga dan sombong. Oleh sebab itu, kritik pedas tanpa seni terkadang tidak akan membuat perubahan, malah hanya akan menambah masalah.

Kritik pedaslah yang menyebabkan penyair Thomas Hardy, novelis terbaik dalam sastra Inggris menolak selamanya untuk menulis fiksi. Kritik juga telah membuat Thomas Chatterton, penulis puisi terkenal Inggris bunuh diri. Benjamin Franklin seorang diplomat yang sangat mahir berhubungan dengan manusia, sampai kemudian dijadikan Duta Besar Amerika untuk Prancis ketika ditanya rahasia suksesnya menjawab: “Saya tidak akan bicara buruk tentang seseorang, saya hanya akan membicarakan tentang hal baik dengannya.”

Semua orang bodoh bisa mengkritik, mencerca dan mengeluh -dan hampir semua orang bodoh melakukannya. Dengan mengkritik dan mencerca munkin seseorang akan merasa lega dan merasa lebih baik bagi dirinya, tapi itu akan berakibat buruk pada hubungannya dengan orang yang dikritik. Lagi pula, mengkritik belum tentu menyelasaikan masalah, bahkan bisa jadi menambah masalah. Sedangkan melakukannya dengan cara berbeda sebagaiamana yang dilakukan George B. Jhonston (koordinator keamanan di atas) misalnya, bisa menyelesaikan masalah tanpa efek samping.

Carlyle berkata: seorang yang berjiwa besar aka memperlihatkan kebesarannya dara caranya memperlakukan orang kecil.”
Inti dari bab ini adalah “jangan mengkritik, mencerca dan mengeluh.” Apabila dibutuhkan, lakukan dengan pendekatan yang berbeda, yang membuat orang tersebut senang.

Tulisan dirangkum dari bab 1 buku Dale Carnegie "How to Win Friends and Influence People" atau bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain.

Insyaallah saya akan menuliskan rangkumannya sampai akhir bab, mengingat buku ini sangat legendaris dan telah dicetak lebih dari jutaan ekalempar di berbagai negara.

Share:

To be a Successful in Islam

Succes is a big dream of every human in their future life. Everyone always want to be a successful. Some people will say that succes is when they have a lot of money, have good position, and good achievement.

So everyone have a devinision of succes by theirself. As known, the definitions are different from each others. But the importance, success is hitting their goals in their life.

Some motivator maybe ever said there are some ways and keys, how to get succes. But actually, 14 centurys ago, Islam detailly explained about those. The are three keys to reach the goals, to reach the dream and to be a successful in Islam.

Number one: Believe. Believe here, is devided to two parts. Firts: People have to believe in Allah. And second: believe to theirself.

Believe to Allah has meaning that Allah will help them. Believe that Allah will not give them a chance can't they finish it.

Second, they must believe to theirself that they can do what will they do. Before world motivator say right now, example from Dig ziglar said "if you can dream it you can reach it". Or from Ady Ginanjar" people want to be a successful must grow up a belief in their mind. Then, result will follow it.

Before they talked about those, Islam had talked 14 centurys ago. Allah said in hadis qudsi

انا عند ظن عبدي بي
(Ana inda dzonni Abdi bii)
I am in beside of my servant mind

So the first way to reach their dream is believe. They have to hange their mind that they can do what will they do.
Believe will open their mind that they can do it. And what is next?

Number Two: Effort or preperation

Kolonel Sanderas is the owner of KFC, but before, he is poor people.
Even, He has been rejected for 1009 times. Because he always spirit and never give up, now he has 18.000 outlet in the 150 countrys.

So never surrounding is the key, try and try again, never give up if people just try one time, just two times, three times and four etc, they can learn from the story of Kolonel Sanders. Do it with maximum effort.

In islam was mentioning in Al Quran fourteen centurys ago

ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم

In easy meaning, Allah will not change a fate of people, untill they change by their self.

And thete is an idiom in arabic language, Maybe it is so famous
من جد وجد
Whosoever is doing something with maximum effort, he will get it.

So they have to reach their dream with maximum effort. If they fall and fall just try and try again.

Number three: Pray.

Pray is the best weapon for them. Because pray can change their fate.
Pray can change the impossible thing to be a possible. From ordinary to be extra ordinary. Because there is nothing impossible to our god, everything is possible.

Without pray they just crawl lonely,  walk lonely, run, effort lonely, with pray we will do everything with the strongest of their God.

Theu have to believe that pray can change their fate and bring them to their dream.

Nabi said:
لا يغير القضاء الا بالدعاء
Fate will not change, except with pray.

So. There are three keys to reach their dream in islam.

Share:

Formality and Essensialty in Educational System

Finland is a country which has the best education system in the world. The country is choosen time after time until now. Maybe we will ask why? Why Finland's education is choosen as the best education system? Whereas as we know, right now, we just now some innovations and discoverers, mostly was found by American people. The most advantage country.

It because the main purpose of the educational system is not just about knowledge, innovations, and discoverers.

Finland is also choosen as the most safety country in the world, and the importent, people in Finland are the most happiness people in Europe.

Even, in America, there was story about child killed her parent, it because they always forces her to learn and has good achievement. Children in anvantaged and advantaging country, usually have stressful in their study. They live under the shadow about their future.

In the other hand, in Finland, there is nothing examination, homework, ranking system and for one day, student just spend 5 hours in school. There, education in not just about vallue and achievment. Child just learned about how to be happy and have a good communication with the other people.

In deep meaning, Finland don't focus to manage their education as formality, but as essensiality. Like peanut, The skin is formality, and the contain is essensliaty. In this case, Formality is like entering class and sitting down together, homework, examination, getting high ranking and good achievement.

The essensiality is when people go or not  to school, howefer the way they study, whether just drink coffe in the coffe store, just playing game outdoor, or another activities, but the importent is when they understanding the lessons and practicing them in their life.

But now, so many people just focus about the formality, they just think about why they always come late, why they never enter the class, why the vallue is not good until they forget about did they understand or not? It's the essensiality. 

For example: in university student have to spend 6 months in their class to learn one lesson, it's like "pengantar ilmu hukum" maybe. But actually they can learn and understand it just for 2 weeks, with reading book and watching youtube, sometimes if they can't understand, thay can ask to the other people. It's the difference about formality and essensiality.

Like Thomas Alva Edison, the lamp creator and innovator, he just spend  3 months in formal education.
But until now, he can creat 1096 innovation, include the most important innovations, lamp.

And like the child can hack NASA website and KPU website, he just about 15 years old and still studying in junior high school. How about the master of informatika, Profesor or Doktor of IT, can they do it?

The wise people said: despite you learn on the moon, if you don't learn, don't read your book, or do with maximal effort, you will get nothing. So good futurre is not about where we study? But about how we do our hope with maximum effort.

So everyone have to change their mind that life not about formality but the importent is about esensiality. So when they think something, just directly think about essensiality.

And the most important thing is life is not about good achievement and good position, but about happiness and careful with the others.

Share:

Awal Mula Demokrasi di Abad Modern

Demokrasi merupakan sebuah sistem bernegara yang amat populer di abad ini. Secara esensial nilai-nilai yang termuat di dalamnya sudah diterapkan oleh bangsa Romawi kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Setelah itu, komunitas global lebih memilih sistem monarki yang kental dengan otoriterianisme sebagai dasar negaranya masing-masing. Nilai-nilai demokarasi yang salah satu ciri khasnya adalah musyawarah dan slogan “dari rakyat untuk rakyat”, Sebenanrnya, sedikit banyak sudah diterapkan meskipun dalam negara monarki absolut sekalipun. Namun secara formal, banyak histori mengenai munculnya sistem negara demokratis yang kemudian menyeruak menjadi sistem yang dianut oleh hampir seluruh negara di dunia saat ini, salah satunya adalah di bawah ini:

Dimulai pada tahun 1516, Juan Diaz de Solis, seorang penjelajah Spanyol bersama bawahannya berlayar ke arah timur setelah mendengar bahwa Cristoper Colombus menemukan sebuah pulau besar yang subur. Setelah menginjakkan kakinya disana, de Solis langsung mengklaim bahwa tempat tersebut merupakan tanah kekuasaan Raja Spanyol dan menamakannya dengan Rio de Plata atau “sungai perak”, karena penduduk setempat banyak mempunyai perak. Namun para pribumi suku Charruas yang notabene adalah pemburu dan hidup dalam kelompok kecil tanpa mengenal pemerintahan ternyata sangat memusuhi koloni tersebut, hingga akhirnya de Solis tewas dipukuli salah satu dari mereka.

Kemudian pada tahun 1519 Spanyol mengirim Hernan Cortez ke Meksiko dan Fransisco Pizzaro ke daerah Peru 15 tahun kemudian, Kerajaan Spanyol kemudian kembali mengirimkan suatu misi penaklukan di bawah Pedro de Mendoza pada tahun 1534. Di tahun itu juga mereka juga membangun kota kecil di lokasi yang merupakan cikal bakal kota Buenos Aires (sekarang ibukota Argentina). 

Ketika Cortez dan pasukannya sampai di jantung peradaban Aztec di Tenochitlan pada 8 November 1519, mereka disambut baik oleh kaisar Aztec, Moctezuma. Namun tiba-tiba Cortes dan pasukannya menangkap Moctezuma dan menembakkan senapan kepada mereka. Pasukan kolonial Spanyol menebar teror hingga gelap malam. Setelah paginya mereka kemudian menyebutkan apa yang mereka minta: terdiri dari bahan makanan. Setelah kenyang, mereka menyuruh Kaisar tersebut untuk menyerahkan seluruh harta benda warga kota, khususnya emas. Seluruh simpanan milik warga Aztec dirampas, termasuk gudang pribadi milik Moctezuma. Segala perkakas dari emas, tameng, dan cakram-cakram emas kemudian dikumpulkan dan dibakar hingga melebur menjadi emas batangan.

Penaklukan kolonial Spanyol baru berakhir pada tahun 1521, Cortez sebagai Gubernur Provinsi mulai membagi-bagikan harta kekayaan yang diambil dari Aztec. Orang-orang pribumi juga dibagikan sebagai hadiah kepada orang Spanyol yang disebut encomendero. Seorang pribumi harus memberikan hadiah persembahan dan menjadi budak bagi encomendero. Sebagai ganjaran, encomendero menjadikan mereka sebagai orang Kristen.

Pada 1513 Spanyol juga sudah melakukan ekspansi ke Kuba dengan kekejian yang tak kalah kejam, sebagaimana catatan De las Casas, bahwa setelah mereka datang, mereka kemudian menjadikan penduduk pribumi sebagai budak, merampas tanah dan mencuri bahan pangan mereka yang semakin langka. De las Casas juga bercerita mengenai kolonialisasi Spanyol di Kolombia, bahwa orang yang memimpin ekspedisi penjajahan tersebut kemudian merampas kekuasaan Raja dan menawan penguasa lokal itu selama enam sampai tujuh bulan.

Seorang Raja bernama Bogota sedemikian takutnya menyanggupkan akan mengisi sebuah rumah kosong dengan selongsong emas. Namun ternyata dia gagal, hingga akhirnya orang-orang Spanyol tersebut menghabisi nyawanya. Ada beberapa Raja yang diadili, pihak kolonial Spanyol menganiaya mereka dengan cara mengikatnya dan menyiramkan lemak hewan yang masih mendidih ke perutnya, memasung kedua kakinya ke tiang pancang dengan belenggu yang terbuat dari besi merah yang membara dan benda yang sama mereka kalungkan ke leher sang Raja yang kedua tangannya di pegang erat-erat oleh pengawal.

Demikian juga siksaan yang dilakukan oleh Pizzaro.  Awal mula sesampainya di buna Amerika, dia menginjakkan kakinya di Tumbes, kemudian terus berjalan ke selatan. Sampai akhirnya tiba di pegunungan Cajamar, kebetulan saat itu, Kaisar Atahualpa sedang berkemah dengan prajurtinya. Kemudian Pizzaro menangkap sang Raja, dia dikerangkeng dan dibebaskan setelah berhasil memberikan timbunan emas dan perak. Karena jika sampai gagal memenuhi tuntutan orang Spanyol, mereka akan dipanggang hidup-hidup.

Setelah berhasil mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia jajahannya di Amerika latin bagian selatan, bangsa Spanyol mulai membuat lembaga-lembaga formal seperti encomienda, mita dan trajin sebagai akal-akalan mereka agar lebih bisa menggeruk harta kekayaan yang ada.

Pada saat Spanyol melakukan kolonialisasi di Amerika Selatan pada tahun 1940-an, Inggris masih terpuruk. Mereka baru terbakar semangatnya setelah berhasil memukuk mundur kapal-kapal Spanyol yang berniat untuk mengekspansi Inggris. Pada saat itulah Inggris mulai menguatkan kembali armada maritim mereka. Mendengar banyak sumber daya dan kekayaan terpendam di pulau besar temuan Colombus, mereka memutuskan untuk mengikuti langkah Spanyol menginvasi benua Amerika. Namun sayang, sebagian besar benua Amerika sudah dijarah oleh kerajaan Spanyol, yang tersisa adalah bagian utara (yang kini jadi Amerika Serikat).

Usaha awal mereka ternyata tidak semulus yang diinginkan. Mereka pertama kali menginjjakan kakinya di benua Amerika adalah di Roanoke, Carolina Utara antara tahun 1585 dan 1587. Kemudian  pada tahun 1607, 3 kapal mereka bertolak kembali ke Carolina di bawah pimpinan Christopher Newport di bawah naungan bendera virginia company. Mereka kemudian berlayar menuju teluk Chesapeake dan membangun pemukiman di sekitar sana kemudian menamakannya dengan Jamestown, sesuai dengan nama Raja Inggris pada saat itu, Raja james.

Para Koloni Inggris tersebut sangat berhasrat untuk dapat memungut emas sebanyak-banyaknya sebagaimana Spanyol, mereka juga berniat akan meniru cara kolonialisasi Spanyol yang kejam dan bengis. Namun mereka tidak sadar bahwa pemukiman yang mereka bangun dekat dengan daerah yang dikuasai konfederasi Powhatan, yakni koalisi yang beranggoatakn sekitar 30 kelompok suku Indian yang menyatakan setia kepada Raja Wahunsunancock.

Wahunsunancock mulai mengendus niat jahat dari koloni Inggris tersebut dan kemudian memutuskan hubungan dengan mereka. Bahkan Raja itu juga melakukan embargo dagang atas Jamestown. Oleh sebab itu, koloni itu sudah tidak diperbelohkan lagi untuk melakukan embargo dengan masyarakat sekitar. Hingga akhirnya koloni Inggris di Jamestown yang awalnya berjumlah sekitar 500 kolonis, hanya 60 puluh orang yang bertahan.

Menyadari cara lama yang digunakan Spanyol dengan memaksa pada pribumi bekerja di tanahnya sendiri tidak mungkin diterapkan, akhirnya pemimpin koloni yang baru pada saat itu, Gates dan wakilnya Thomas Dale melakukan pendekatan baru. Pendekatan tersebut adalah dengan kerja paksa yang harus dilakukan oleh semua anggota koloni itu sendiri, kecuali para pemimpin koloni tentunya.

Dale memberlakukan Undang-undang semi militer yang disebut Lawes divine, morall and martial, yang antara lain pasalnya berisi hal berikut: Semua warga baik lelaki atau wanita yang meninggalkan koloni dan lari ke wilayah Indian, akan dihukum mati. Barang siapa mencuri hasil kebun, baik milik umum, perorangan atau pun perkebunan anggur, atau mencuri jagung, akan dihukum mati. Anggota yang menjual atau menyerahkan komoditas apa pun dari wilayah tersebut kepada pelaut, baik kapten atau awak kapal biasa, dan mengangkutnya keluar dari wilayah koloni, demi keuntungan pribadi akan diberikan sanksi hukuman mati. Jadi menurut para petinggi koloni saat itu, jika para pribumi tidak bisa dipaksa untuk menggerus kekayaan sumber daya alam di sana, maka para anggota koloni juga bisa diperas keringatnya.

Ternyata cara tersebut pun juga tidak begitu efektif untuk diterapkan. Cara memaksa anggota koloni agar bekerja sekeras-kerasnya tidak juga berhasil untuk meraup pundi-pundi keuntungan sebagaimana yang mereka inginkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat strategi baru.  Pada tahun 1618, Virginia Company mulai memberlakukan sistem yang disebut dengan beadright system, yakni: setiap lelaki yang bermukim di wilayah koloni mendapat pembagian tanah seluas 50 hektar dengan tambahan 50 hektar lagi untuk pembantu yang mereka bawa. Para pekerja dari Inggris tersebut diberikan rumah dan dibebaskan dari ikatan kontrak yang mereka teken sebelumnya.

Kemudian pada tahun 1619 dibentuk juga semacam majlis umum yang secara efektif memberikan suara terhadap setiap lelaki dewasa dalam penyusunan Undang-undang serta lembaga pemerintahan pada saat itu. Seiring semakian berkembangnya kawasan di Amerika Utara, elit koloni Inggris berulang kali mencoba menciptakan lembaga negara untuk memasung ekonomi dan hak-hak politik para pekerja koloni.

Upaya pembaharuan tersebut, meskipun awalnya banyak terhalang oleh beberapa akal bulus para elit, tapi ternyata membawa pembaharuan yang menjanjikan. Tak ayal, banyak provinsi yang kemudian juga turut menerapkannya, seperti Maryland dan Carolina. Baru kemudian tahun 1720-an, 30 koloni inggris (yang kemudian berubah status menjadi negara bagian di Amerika Serikat) mengadopsi gaya pemerintahan yang sama. Seluruh koloni itu dipimpin oleh Gubernur dan pemerintahannya dikontrol oleh dewan yang keanggotaannya berbasis perwakilan. Dewan-dewan dan pemimpinnya berkoalisi dan membentuk kongres kontinental pertama, yakni pada tahun 1774 yang juga merupakan cikal bakal merdekanya negara Amerika Serikat dari koloni Inggris.

Resume ini dirangkum dari sebagian isi buku yang berjudul “Mengapa Negara Gagal” atau “Why Nations Fail?” yang ditulis oleh Daron Acemoglu dan James A. Robinson diteribtkan oleh Elex Media Komputindo tahun 204 dengan tebal 582 halaman. 

Share:

Asia Vs Barat?

Tulisan ini didasarkan pada buku yang berjudul Asia vs Barat. Benarkah orang barat lebih kreatif dari Orang Asia?

Setelah renainsains, orang-orang Barat mulai meninnggalkan abad kejumudan dan melakukan lompatan besar. Mereka banyak melakukan penemuan yang membuat perubahan besar atas kemajuan dan kemudahan umat manusia. Sementara itu, orang Asia yang di abad jauh sebelumnya mempunyai kelebihan-kelebihan, kini mulai tertinggal. Salah satu penyebabnya adalah kreativitas.

Manusia sejak pertama dilahirkan hampir mempunyai kreativitas yang sama, namun keadaan psikologis yang dibentuk oleh keadaan sekitar lah yang akan menentukan tingkat kreativitas seseorang di masa depannya.

Mungkin seseorang akan menemukan ide-ide kreatif dalam kehidupan sehari-harinya, semisal menggunakan koin untuk mengendurkan mur, menciptkan resep baru untuk makan siang, membenarkan kerusakan di dapur, dan lain-lain. Menjadi penemu harian tidak akan mendapat apapun, kecuali pada diri kita sendiri atau hanya segelintir orang di sekeliling kita. Maka tentunya manusia memerlukan kreativitas unggul.

Kreativitas unggul di sini sebagaimana penemuan pertama mengenai astronomi oleh Hreiclus dan Galilei, teori relativitas yang ditemukan Einsten, penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell. Kreatifias tersebut bukan sekedar bermanfaat untuk diri sendiri namun juga untuk semua elemen manusia.

Manusia bisa saja mempunyai banyak kreatifitas harian, bahkan dalam berbagi hal. Namun dalam kratifitas unggul, hanya orang tertentu saja yang berhasil mendapatnya. Sayangnya, orang-orang tersebut lebih banyak berasal dari Barat. Lalu apa saja faktor yang bisa membuat barat lebih kreatif dari Asia? Jawaban dari pertanyaan tersebut terdiri dari 2 faktor. Faktor yang mudah dirubah dan faktor yang susah untuk dirubah.

Faktor yang mudah dirubah mempunyai arti bahwa baik orang Asia ataupun orang barat akan mendapatkan kreatifitas unggul apabila melakukan kiat tersebut. Hal ini disebabkan karena instrumen untuk melakukan perubahan ada pada masing-masing diri mereka sendiri. Sedangkan faktor kedua adalah faktor yang cukup susah untuk dirubah. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan sosial dan keyakinan yang sudah berdiri secara systematis dan paten, sehingga membuat orang Asia susah untuk keluar dari hal tersebut.

Contoh daripada faktor yang mudah dirubah untuk menjadikan diri sendiri sebagai sosok yang kreatif unggul adalah dengan bersungguh-sungguh bidang yang tekuni secara terus menerus. Ini akan semakin mudah dilakukan apabila bidang tersebut merupakan bidang yang benar-benar dicintai. Hayes melakukan studi bahwa para penemu yang terdiri dari komposer musik, pelukis, penyair dan penemu lain membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk menyerap ilmu pengetahuan sebelum bisa melahirkan mahakarya kreatif.

Penelitian tersebut memantik pesan bahwa agar dapat menghasilkan suatu karya kreatif yang akan dapat bermanfaat dan mendapatkan pengakuan umum, maka setidaknya manusia harus fokus pada bidang tersebut minimal 10 tahun. Tidak peduli apakah manusia mempunyai bakat atau tidak, yang paling penting adalah apakah secara psikologis kita mampu untuk melakukan pengorbanan yang diperlukan. Langkah ini termasuk dalam kategori yang mudah dirubah karena semua manusia mampu untuk melakukannya.

Sedangkan faktor kedua, yang memuat faktor yang sulit untuk dirubah terdiri dari banyak faktor. Pertama: orang-orang barat terkenal dengan sosok individualitasnya, sehingga membuat mereka cenderung bebas dan fokus pada tugas ketika melakukan sesuatu. Sedangkan Asia lebih mengutamakan faktor cultural dan kelompok, sehingga membuat mereka akan lebih memilih kepentingan kelompok dan malah lebih fokus pada ego dan emosional daripada menyelesaikan tugas.

Ini akibat dari orang Asia yang lebih mendekatkan anaknya dengan orang-orang yang secara psikologis memang sudah dekat dengan mereka. Sementara itu orang tua barat lebih mendidik anak mereka secara mendiri. Sebagai hasilnya orang Asia dan barat tumbuh dan berkembang dengan karakter psikologis yang berbeda. Ini lah yang kemudian membuat orang cenderung individual dan orang asia cenderung cultural dan hidup berkelompok.

Akar individualisme dari kehidupan barat juga dapat dilacak dari banykanya tulisan pemikir barat masa lalu, seperti Jhon Locke, Jean-Jacques Rousseau dan lain-lain. inndividualisme inilah yang kemudian memantik orang barat terhadap pandangan liberalisme, dimana orang bebas melakukan apapun sesuai dengan yang mereka inginkan selama dalam batas tidak menggangu kebebasan orang lain.

Sedangkan nilai cultural orang Asia mewakili sebuah idealisasi dari segala mahkluk hidup. Dimana ada banyak sekali batas-batas yang harus dihindari, mulai dari batas dalam keyakinan, tatakrama, adat, dan lain-lain. Sehingga mereka sangat menjunjung tinggi sosial, bukan individual. Sementara itu orang barat lebih menjunjung individual daripada sosial.

Seseorang dengan makna diri yang mandiri (independent self-construal) melihat diri mereka sebagai individu unik yang terpisah dan berbeda dengan orang lain. karena identitasnya sebagai seorang yang berasal darikemampuannya untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Sebagai hasilnya dia bersikap mandiri dan otonomis, bukannya hanya menyetujui tujuan kelompoknya. Berlawanan dengan itu, orang yang bergantung pada orang lain, melihat dirinya sebagai bagian dari hubungan sosial. Karena identitasnya sebagai seorang individu berasal dari kemampuannya untuk menjaga koneksi dengan orang lain. Maka dia akan mengalami ketergantungan dan akan menjalani apa yang mereka katakan dan lakukan, serta menghindari konflik sosial dengan mereka.

Seorang individu akan secara berbeda mampu mengevaluasi informasi positif atau relativ yang relevan dengan diri mereka. Sedangkan fokus utama dari orang Asia cenderung pada moralisme otoriterian, mereka akan berusaha mengevaluasi atribut diri yang negatif yang bisa menghalangi seseorang untuk bisa berbaur dengan kelompok lainnya.

Salah satu dampak positif dari individualisme adalah Critical thinking. Critical thinking merupakan alat paling diandalkan oleh para penemu. Berpikir kritis adalah proses pemecahan masalah yang tidak hanya sebatas pada kebiasaan atau konvensi tapi bebas untuk bersikap tidak biasa pada hal-hal yang tampak normal dan alamiah. Sikap ini biasanya sangat mudah ditemukan oleh oarng yang biasa hidup individualistik yang terbuka. Sedangkan orang yang cenderung mementingkan kelompok biasanya lebih suka menutupi apa yang mereka pikirkan dan rasakan, karena terpaut pada hal-hal yang dinilai melampaui batas-batas sebagaimana yang digariskan oleh kelompoknya. Hal itu, membuat mereka tertutup dan terlalu merendahkan diri, dan akan berujung pada terhambatnya kreatifitas mereka.

Nilai kedua yang banyak dimiliki oleh orang Barat adalah kecendrungan mereka yang selalu fokus pada tugas. Hal ini disebabkan karena mereka selalu berpikir individual, tidak peduli pada pandangan orang lain dan nilai-nilai yang berkembang di sekitar. Sementara itu orang Asia lebih fokus pada ego sektoral, ini disebabkan karena mereka terkekang oleh nilai-nilai yang telah melekat dalam diri mereka, sehingga terkadang dalam memilih keputusan lebih kepada pertimbangan valuisme daripada sesuatu yang jelas memberikan pengaruh positif.

Bersambung.....

Share:

Nge-Backpacker to Bali



Have a long time I didn’t write some articles or some journey notes in this one blog, it because I was so lazy, or one of the reason is this blog didn’t give me money hehe.. so I spent my time to do someting gave me income. And now I start writting here again. Actually this note is not about my experience which I will share to you. I just happy to write something in my life and this blog is the right place to funnel my hoby. I think these ecek-ecek experiences is not suitable to write and reputed as good experiences.

When I was a student in State Islamic University of Sunan Ampel Surabaya, I actively follow LPM, LPM is a campus press organization. I join when I was Maba (Mahasiswa baru). Actually I follow that organization because I like writting and I aware that my spirit in writting is fluctuative (sometimes go up and sometimes go down). So I think that I must join to a community can creat my spirit stable. And LPM Arrisalah is the rihgt choise for me.

Arrisalah is one of the LPM’s wich joined in PPMI. PPMI is Indonesian student press association. That organization has a branches in almost every provinces and districts in Indonesia. When I was in sixth semester, as a general manager of Arrisalah I got a notification from general secretary of PPMI Surabaya, she told me that in the next month there is an important event to attend. That event is in Bali. So she asked me to meet up in one of the KFC in Surabaya to talk about the agenda. And the result is we agreed to go together.

Previously I try to meet Vice Dekan II to talk about that event, maybe campus can give us an accommodation or transport funding. But, they told me that campus can’t. Actually I was not disappointed, because I didn’t expect too much. So we have to do B plann. We still must attend that event with the money we have. The effective way is backpacker. Actually I like travel and prefer to travel whit motorcycle, usually I do those with my classmates in my campus. I went to almost all of the vacation places in east Java. It when my motocycle was Vixion. Therefore I was so comportable to go to the far places. I also like travel with backpacker, because it give me so many experiences. I can know and meet with so many people and cultures.

I ordered my partners in Arrisalah, then there are 5 people whom want to follow. And I accepted a notification that there are some students from another campus in Surabaya will attend too. But we can’t go together. Because that event is in vacation, and so many people want to go back to their home. We are late to book the train tickets. So we just go with our team.

In my team I go with my Arrisalah partners, we go from Wonokromo station about 14.30 o’clock, but we have a problem. One of my partner was late and missed the train, and it was imposible to book a ticket for the next train. So we just four people. We arrived about 19.00 o’clock in the east point of station of java Island. Then we directly walk to the Gilimanuk harbor. It's just about 400 M from station. There, we waited so long for some friends while was thinking about how we can continue our journey from Bali Harbor to Denpasar, wheter we will directly ride a bus from that harbor or from Bali Harbor to Denpasar. Because we heared that in Bali harbor so many robbers. After discussed it, we decided to ride a bus from Bali Harbor to Denpasar terminal.

Crossing from Gilimanuk to Bali is just about 40 minutes. We enjoyed our sea journey. After we arrived to Bali harbor we start affraid, because it was about 23.30 o’clock there. But we just go straight to Harbor terminal. And in the fact, there is nothing happen. Some officials ask us to show our Identity card. It’s an obligation when we will go or enter to Bali from harbor trip, we must bring our identity card. The official can prevent us for entering Bali, if we didn’t bring it.

From harbor terminal of Bali to Denpasar is about 3 hours. I just sleep along the trip. We arrived in Denpasar terminal about 05.00. We was taking a rest in a praying place there while waiting some friends,. Some of us continued to sleep again. At 07.00 we try to contact the microlet driver was orderd by committee to bring us to the event place. 

Bersambung....maybe in the next note I will show you the pictures...


Share:

Atlas Walisongo: Mengungkap Walisongo Sebagai Fakta Sejarah

Judul resume ini disesuaikan dengan judul aslinya (Atlas Walisongo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah) ditulis oleh Prof. Agus Sunyoto yang diterbitkan oleh Pustaka IIMaN, Tengerang, cetakan ke VII tahun 2018 dengan tebal 485. 

Buku ini merupakan penjabaran kisah Walisongo yang didasarkan pada fakta sejarah yang dinukil dari transkip-transkip, naskah-naskah kuno, historiografi dan situs-situs resmi yang digali dan dipadukan dengan bukti-bukti lain termasuk diantaranya ceritar turun temurun masyarakat lintas generasi.

Di era jauh sebelum tibanya pendatang di bumi Nusantara, penduduk setempat sudah mempunyai kepercayaan sendiri, yang biasa disebut dengan “Kapitayan”. 

Ajaran Kapitayan dapat digambarkan sebagai suatu ajaran dimana penganutnya memuja sembahan yang disebut dengan Sang hyang Taya.  “Hyang” bermakna Hampa Kosong, suwung atau awung awung, sedangkan “Taya” bermakna  Absolut, tidak bisa dipikir, didekati dengan panca indera dan dibayang-bayangkan. 

Atau orang jawa biasa menyebut “tan kena kinaya ngapa”. Dalam rangka memuja Sang Hyang Taya, biasanya penganut Kapitayan menyediakan sesajen dari anyaman bambu untuk tempat bunga, arak, Tu-Kung (sejenis ayam) untuk dipersembahkan. 

Berbeda dengan sembahyang tunggal yang dilakukan oleh masyarakat awam, amaliah yang dilakukan oleh para ruhaniawan Kapitayan berlangsung khusus di tempat yang disebut dengan sanggar (bangunan bersegi empat beratap tumpang dengan lubang ceruk di dinding sebagai lambang kehampaan Sang Hyang Taya).

Dalam bersembahyang menyembah Sang Hyang Taya, mereka mengikuti gerakan tertentu: mulanya sang ruhaniawan Kapitayan melakukan Tu-lajeg (berdiri tegak) menghadap tutu-k (lubang ceruk) dengan kedua tangan diangkat ke atas menghadirkan Sang Hyang Taya di dalam tutu-d (hati), lalu kedua tangan diturunkan dan didekapkan di dada tepat pada hati. 

Setelah Tu-lajeg ini kemudian dilanjutkan dengan proses tu-ngkul (membungkuk memandang ke bawah) lumayan lama, lalu prosesi tu-lumpak (bersimpuh dengan kedua tumit diduduki). Yang terakhir adalah to-ndhem (bersujud seperti bayi dalam perut).

Datangnya para saudagar dari India kemudian banyak memberikan perubahan pada ajaran yang dianut masyarakat Nusantara, salah satunya adalah tersebarnya ajaran Hindu dan Budha. 

Dalam Naskah Rajya-rajyai Bumi Nusantara disebutkan bahwa pada tahun 52 Saka (130 Masehi) seorang bernama Dewawarman asal negeri Pallawa di India telah menjadi raja di Salakanagara, yang beribu kota Rajaputra. Tepatnya bertempat di Ujung barat pulau Jawa (sekarang Banten).

Masuknya saudagar Arab setelahnya juga memberikan pengaruh pada saat itu, meskipun tidak begitu signifikan. M.C. Ricklefs memastikan bahwa Islam sudah masuk ke asia tenggara sejak awal zaman Islam, semenjak khalifah Usman bin Affan (644-656 M), karena zaman itu, utusan-utusan muslim dari tanah Arab mulai tiba di istana China, sedangkan kontak-kontak China dan dunia Islam terpelihara lewat jalur laut perairan Nusantara.

Sementara Menurut P. Wheatley dalam The Gorden Kersonese. Berita yang bersumber dari dinasti Tang mengatakan bahwa saudagar-saudagar arab beragama Islam mulai datang ke Nusantara sejak tahun 674 Masehi. 

Sedangkan S.Q. Fatimi juga mencatat bahwa abad ke 10 Masehi terjadi imigrasi keluarga-keluarga Persia ke Nusantara, salah satunya adalah keluarga Lor pada 912 Masehi yang kemudian tinggal di Jawa dengan nama loran atau leran, yang sampai sekarang masih menjadi nama sebuah tempat di sekitar Kabupaten Gresik. 

Lalu ada keluarga Jawani yang bermukim di Pasai (Sumatra Utara), keluarga inilah yang kemudian membuat khat Jawi, berarti tulisan Jawi yang dinisbatkan kepadanya. Demikian juga keluarga Syiah dan keluarga Rumai yang juga bermukim di sekitar Sumatra.

Setelah berabad-abad kemudian, dengan datangnya para saudagar muslim tersebut, tidak ditemukan sejarah-sejarah bahwa Islam kemudian dianut secara besar-besaran oleh penduduk Nusantara. Bahkan R Taryono mengungkapkan dalam usaha mengislamkan Jawa, Sultan Al-Gabah dari negeri Rum mengirim 20.000 keluarga muslim ke Pulau Jawa.

Namun banyak diantara mereka tewas terbunuh, tersisa hanya sekitar 200 keluarga. sultan Al-Gabah dikisahkan marah kemudian mengirim para syuhada, ulama dan orang sakti ke pulau Jawa untuk membinasakan para jin, siluman dan dedemit. Salah satunya adalah Syaikh Subakir, yang dipercaya menetralisir beberapa penjuru Jawa yang kemudian pulau tersebut dapat dihuni oleh umat Islam. 

Menurut Groeneveldt, pada ekspedisi pertama Laksamana ceng Ho ke Nusantara pada 1405-1407 menemukan bahwa komunitas muslim di sekitar pantai utara Jawa, masing-masing hanya berjumlah sekitar seribu keluarga. 

Kemudian menguti p dari Fr. Hirth & W.W. Rockhill dalam Chau Ju-Kua,  pada tahun 1433 Ma Huan pengikut ekspedisi ke-tujuh Laksamana Ceng Ho mencatat bahwa penduduk yang tinggal di daerah pantai utara Jawa terdiri atas tiga golongan: Muslim China, Muslim Persia-Arab, dan Pribumi yang masih belum Islam.

Salah satu bukti nyata adalah adanya petilasan Islam di Nusantara yang bernama Fatimah Binti Maimun terletak di dusun Leran, Gresik yang inkripsinya menunjukkan kronogram 475 Hijriyah atau 1082 Masehi. 

Makam ini juga mempunyai hubungan arkeologis dengan keluarga migran asal Persia yang hijrah ke Nusantara di abad ke-10. Kemudian juga ada makam Syaikh Samsuddin Al-Wasil di Setana gedong, Kediri.

Dikisahkan beliau adalah ulama besar yang menurut data historis dan arkeologis berasal dari negei Rum (Persia), hidup sekitar abad ke-12 Masehi pada masa kerajaan Kediri dan diyakini merupakan guru rohani Sri Mapanji Jayabhaya, Raja Kediri. 

Demikian juga banyak situs-situs peninggalan sejarah yang menyebutkan bahwa Islam sudah ada di bumi Nusantara sejak berabad-abad yang lalu, namun masih menjadi minoritas. 

Artinya sejak penemuan pertama datangnya Islam ke Nusantara pada abad ke-7 sampai kunjungan Ceng Ho di abad ke 15, Islam masih agama yang belum dianut oleh mayoritas masyarakat Nusantara dan masih menjadi agama yang terpinggirkan.

Kedatangan penduduk kerajaan Champa (dulu sebelah selatan Vietnam) beragama Islam pada abad ke-15 setelah jatuhnya Champa akibat serbuan Kerajaan Vietnam, dalam beberapa historiografi dihubungkan dengan asal mula penyebaran agama Islam secara masif di Indonesia, karena salah satu penduduknya, yakni Syaikh Ibrahim Asmoroqondi (As-Samarqandy) Raden Rahmat dan Raden Ali Murtadha, yang kemudian mempunyai andil sangat besar terhadap penyebaran Islam di Nusantara.


Hal itu juga berdampak pada akulturasi budaya seperti kebiasaan masyarakat Champa yang juga dilakukan oleh masyarakat pribumi, salah satunya adalah masyarakat Champa biasa menyebut ibunya dengan sebutan “mak” yang dalam masyarakat Majapahit awalnya disebut “ina”, “kakak” padahal masyarakat majapahit biasa menyebut “raka”, “adhy/adik” padahal masyarakat Majapahit biasa menyebut “rayi”. 

Demikian juga tradisi peringatan hari kematian yang tidak dikenal di jaman Majapahit, seperti peringatan hari kematian ke-3,ke- 7, ke-10, ke-30, ke-40, ke-100, ke-1000, dan juga peringatan haul.

Hal tersebut ditenggarai terpengaruh oleh budaya Persia, dikarenakan daerah Champa masyarakatnya juga banyak terpengaruh oleh Persia. Salah satu pengaruh yang jelas dari Persia adalah pelafalan pembacaan “Jer” untuk harokat kasrah, “pyes” untuk dhommah, dan “jeber” untuk fathah. Prosesi ini sampai sekarang masih dipakai di Nusantara, salah satunya di Madura. Pengaruh tahayyul Champa yang sebelumnya tidak dikenal di Nusantara seperti menghitung suara tokek, adanya pocong, tuyul dan lain-lain, kemudian juga dipercaya oleh masyarakat Nusantara.

Meskipun agama Islam pada saat itu belum luas dianut oleh penduduk, sejumlah bukti arkeologi menunjuk bahwa pada abad ke-14 Masehi beberapa pejabat tinggi Majapahit pada puncak kebesarannya telah menganut Islam. 

Hal ini sebagaimana yang tertera dalam situs nisan Islam Tralaya yang menunjukkan adanya komunitas Muslim di jaman kejayaan Majapahit. 

Menurut Louis Charles Damais dalam Etudes Javanaeis I, batu bata nisan yang menggunakan tahun Saka dan angka Jawa Kuno bukan tahun Hijriyah dan tulisan arab di situs Tralaya menunjukkan bahwa yang dikubur bukanlah muslim arab, melainkan muslim Jawa.

Salah satu strategi dakwah Walisongo dalam menjalankan misinya di Nusantara adalah dengan jalur memperkuat kedudukan Islam dengan membentuk jaringan kekerabatan para penyebar Islam dengan putri-putri penguasa. 

Beberapa implementasinya adalah dengan menikahnya Putri Arya Lembu Sura dengan Prabu Brawijaya V, itulah sebabnya Prabu menyerahkan Raden Rahmat atau Sunan Ampel ke penguasa Surabaya dan diangkat secara resmi menjadi Imam di Surabaya. Demikian juga Sunan Ampel menikah dengan Nyi Ageng Manila putri penguasa Tuban yang muslim (Kakek Sunan Kalijaga). 

Raden Rahmat juga menikahkan Khalifah Usen (kerabat Raden Rahmad) dengan putri Arya Baribin, Adipati Madura, sehingga terjalin hubungan kekeluargaan yang amat erat dengan beberapa penguasa.

Hal ini pula yang menyebabkan Sri Prabu Kertawijaya menjadi Raja pertama yang menaruh perhatian terhadap Islam, disebabkan dua istrinya yang berasal dari Champa (yang menghasilkan Arya Damar/Ario Abdillah, Adipati Palembang) dan yang berasal dari China (yang menghasilkan Raden Patah yang kemudian menjadi penguasa Demak Bintara) yang keduanya beragama Islam. 

Prabu Brawijaya V juga banyak mengangkat muslim menjadi adipati di beberapa wilayah, salah satunya adalah Arya Teja (kakek Sunan Kalijaga) bupati Tuban, Aria lembu Sura sebagai Bupati Surabaya, Sayyid Es sebagai Adipati Kendal dan beberapa tokoh Islam juga secara resmi diangkat menjadi raja pandita.

Demikian juga, banyak hubungan kekeluargaan lain dari para penyebar Islam dengan para penguasa yang sangat berfungsi dalam memuluskan pengembangan dakwah di Nusantara.

Walisongo juga mengambil alih lembaga pedidikan Syiwa-Budha yang disebut asrama atau dukuh yang kemudian diformat sesuai ajaran Islam menjadi lembaga pendidikan pondok pesantren. 

Walisongo secara aktif juga mengembangkan Islam melalui seni dan budaya, salah satunya adalah dengan wayang. Mengetahui Wayang adalah tontonan yang sangat disenangi di jaman dahulu, anggota Walisongo salah satunya adalah Sunan Kalijogo, Sunan Muria, dan Sunan Bonang menjadikan wayang sebagai sarana dakwah yang efektif, tentunya dengan melakukan beberapa perubahan.  

Salah satunya adalah merubah bentuk-bentuk gambar wayang agar bisa lebih sesuai dengan syariat dan mengubah alur cerita yang bisa memantik penontonnya agar lebih tertarik terhadap agama Islam.

Salah satu contohnya adalah, di dalam pergelaran wayang lakon Dewa Ruci, Sunan Kalijaga menggambarkan bagaimana tokoh Bima yang mencari susuning angin (sarang angin) bertemu tokoh Dewa Ruci yang bertubuh besar ibu jari, tetapi Bima dapat memasuki tubuhnya. 

Selama berada di sana Bima menyaksikan dimensi alam ruhani mekajubkan digelar, di mana Sunan Kalijaga secara dialogis dan monologis menggunakan tokoh Bima memberikan paparan makna secara Ruhani tentang dimensi Ruhani yang disaksikan Bima. 

Hal ini disampaikan pada para muridnya secara tertutup bahwa dalam kisah tersebut sejatinya yang dimaksud Dewa Ruci adalah Nabi Khidir, sebab yang disampaikan adalah pengalaman ruhani Sunan Kalijaga sendiri sewaktu memasuki alam terbalik dari alam dunia.

Dalam naskah Suluk Linglung Pupuh IV Dhandhanggula memaparkan bahwa Sunan Kalijaga mengatakan bahwa Nabi Khidir memangkas keraguannya untuk memasuki tubuh sang Nabi yang berisi alam raya, yang kemudian membuat Sunan Kalijaga ketakutan.  

Lalu Sunan Kalijaga masuk dari telinga, dan menyaksikan samudra luas tanpa tepi (bahrul wujud). Tidak terlihat satu pun di situ, sebab luas tanpa batas sehingga tidak tau arah mata angin, membuat Sunan Kalijaga bingung. 

Nabi Khidir mengingatkan agar Sunan Kalijaga tidak bingung, lalu tampaklah Nabi Khidir laksana matahari, yang ternyata berada dalam dimensi lain berbeda dengan dunia. Bait-bait selanjutnya dalam Suluk Linglung Pupuh menggambarkan empat jenis macam cahaya (Hitam, merah, kuning, putih) yang disaksikan oleh Sunan Kalijaga di dalam diri Nabi Khidir, masing-masing diberi penjelasan maknawiyahnya. 

Cahaya-cahaya tersebut adalah pancaran dari tiga hati manusia yang menjadi penghalang bagi manusia untuk menuju tuhan.

Cahaya hitam cenderung marah, mudah sakit hati, angkara murka membabi buta, yang menutup jalan menuju kebaikan sebagaimana dalam tasawwuf disebut nafsu lawwamah. Cahaya merah pancaran nafsu tidak baik, sumber segala hasrat keinginan, mudah emosi dalam mencapai tujuan, sehingga menutupi hati yang sudah jernih menuju akhir hidup yang baik, ini yang kemudian dinamakan nafsu ammarah. 

Cahaya kuning berpotensi menghalangi timbulknya pikiran baik, cenderung merusak, menelantarkan, membawa ke jurang kebinasaan, ini yang kemudian dikenal dengan nafsu sufliyah. Kemudian yang terkahir adalah cahaya puth menggambarkan tenang dan sucinya hati, ini disebut dengan nafsu mutmainnah.

Sunan Kalijogo juga menciptakan lagu sekar ageng dan sekar alit serta menyempurnakan irama gending-gending. Diantara gubahan sunan Kalijogo yang banyak dihafal masyarakat adalah kidung rumeksa ing wengi dan juga tembang ilir-ilir. 

Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan kalijogo tidak hanya berdiam diri, melainkan berkeliling ke tempat-tempat lain, sebagai dalang, penggubah tembang, tukang dongeng, penari topeng, desainer pakaian, perancang alat pertanian, penasihat Sultan dan lain-lain.

Proses dakwah yang terencana dengan sistematis, penuh kesabaran dan sangat matang, secara perlahan membuat perubahan tidak hanya pada tatanan keyakinan masyarakat sekitar, melainkan juga pada tindak tanduk masyarakat yang asalnya sangat kasar dan sombong.

Sebagaimana nilai-nilai yang disebut oleh orang-orang Majapahit bahwa mereka selalu memegang prinsip Adhigana (merasa unggul), adhigung (merasa agung), adhiguna (merasa superioritas), rajas (nafsu yang berkobar-kobar tak terkendali), kawasa (berkuasa).

Hal ini sebagaiamana yang disaksikan oleh Diogo DO Couto yang datang ke Jawa pada tahun 1526 yaitu setahun sebelum jatuhnya Majapahit, dalam tulisannya yang berjudul Decadas Da Asia mencatat kesannya bahwa Jawa dahulu adalah negara yang kaya dan melimpah ruah, sehingga Malaka, Aceh dan negeri tetangga menerima banyak pasokan dari Jawa. 

Namun orang-orangnya adalah orang yang sombong, selalu memandang suku lain lebih rendah darinya, oleh sebab itu, jika melewati sebuah jalan, dan melihat suku lain berdiri di atas bukti kecil atau tempat yang lebih tinggi daripada yang akan dilewati orang Jawa, dan suku lain tersebut tidak segera turun, maka dia akan dibunuh. Sebab orang jawa tidak akan membiarkan suku lain berada lebih tinggi darinya. Bahkan tidak ada seorang pun di antara orang Jawa yang rela menyungging barang di atasnya, sekalipun dia dihukum mati.

Pada akhirnya secara perlahan walisongo dapat merubah gaya hidup, sikap dan sifat orang Jawa yang demikian menjadi semakin luluh dan sangat halus. 

Bahkan, Walisongo juga memperkenalkan kata “ngalah”, kata yang sebelumnya tidak dikenal di era Majapahit, diambil dari ke-Allah (sama seperti ngalas yang bermakna ke alas), yang kemudian menjamur dan diserap dengan baik oleh masyarakat sekitar. 

Proses dakwah ini ternyata belum sampai ke dataran Blambangan, kenyataanya pada tahun 1700-an, masih banyak penduduk bumi Blambangan yang belum memeluk Islam, sehingga masih tersulut dengan sifat-sifat superioritas, akhirnya banyak terjadi perang antar kadipaten di sana yang berakhir pada banyaknya penduduk Blambangan meninggal, sehingga jumlahnya tergerus bahkan hampir habis. Inilah yang mendorong pemerintah Hindia Belanda kemudian memindahkan orang-orang Madura ke daerah Blambangan, dan sampai sekarang dikenal dengan Tapal Kuda.

Demikian juga, salah satu cara yang digunakan oleh Walisongo adalah dengan kekuasaan politis.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Giri, Sunan Gunug Jati, Sunan Kudus dan Raden Patah. kekuasaan politis yang dimiliki para Wali dipergunakan dengan sangat baik dalam menyebarkan ajaran Islam. 

Sebagaimana kebesaran nama Sunan Giri dalam memimpin wilayah politisnya di Giri Kedaton telah membawa nama besar  terhadap cucunya yang bernama Pangeran Prathika yang kemudian menyebarkan Islam sampai Kutai, Gowa, Sumbawa, Bima bahkan Maluku.

Demikian juga Raden Patah, dalam menyebarkan agama Islam, Raden Patah tidak hanya mengambil langkah melalui kebijakan politik kekuasaan, melainkan juga dengan ajakan memakai media seni rupa. Salah satu contohnya, sebagai alat untuk menarik masyarakat, dibuyikanlah gamelan besar di setiap hari besar (Maulid), yang diletakkan di Bangsal Sri Menganti yang diusung dari istana ke Masjid setelah isyak dengan dibunyikan terus menerus selama perjalanan.

Sesampainya di halaman Masjid, gamelan tersebut dibunyikan terus menerus siang dan malam. Siang mulai pagi sampai dzuhur, malam mulai ba’da isyak sampai tengah malam. Rakyat banyak yang tertarik pada bunyi tersebut, kemudian berbondong-bondong datang ke halaman Masjid  sambil memperoleh bagian makanan yang telah dipersiapkan, mereka diberi penerangan mengenai ajaran agama Islam dan riwayat Nabi Muhammad Saw. mereka yang tertarik pada Islam kemudian dituntun untuk membaca dua kalimat sahadat. 

Hal ini berlaku tujuh hari sebelum hari besar Maulid, dan puncaknya ialah pada tanggal 12 Rabiul Awwal.

Cara Walisongo yang lain dalam menyebarkan Islam adalah dengan membuka pikiran masyarakat sekitar mengenai konsep kesetaraan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan Drajat dengan pepali pitu-nya yang mencakup 7 filsafah sosial, yakni: Memangun reyep tasying sesama (Selalu membuat hati orang senang); Jroning suka kudu eling lan waspada (dalam suasana gembira hendaknya tetap ingat Tuhan dan selalu waspada); Laksitaning subrata tan nyipta marang pringga bayaning lampah (dalam menapai cita-cita luhur jangan hiraukan halangan dan rintangan); meper handraning pancradriya (senantiasa berjuang menekan gejolak nafsu-nafsu inderawi); heneng-hening-henung (dalam diam akan dicapai keheningan, dalam hening akan mencapai jalan kebebasan mulia); mulya guna panca waktu (pencapaian kemuliaan lahir batin dicapai dengan menjalani sholat lima waktu); menehono teken marang wong kang wutho. Menehono mangan marang wong kang luwe. Menehono busana marang wong kang wudo. Menehono pangiyup marang wong kang kaudanan. (berikan tongkat pada orang yang buta. Berikan makanan pada orang yang lapar. Berikan pakaian pada orang tak berbusana. Berikan tempat berteduh pada orang yang kehujanan).

Upaya perubahan dalam permasalahan kehidupan sosial tersebut sangat diterima oleh masyarakat, masyarakat yang awalnya tersekat-sekat menjadi beberapa kedudukan, kemudian bisa lebih berbaur tanpa batasan. 

Sebagaimana diketahui pada era Majapahit kedudukan manusia dibagi menjadi 7 golongan: mulai dari Brahmana (Ruhaniawan), Ksatria (Penguasa), Waisya ( pedagang), Sundra (buruh), Candala (peranakan dari Sundra dan 3 golongan diatasnya), Mleccha (bangsa pendatang, China, Arab dll) terakhir adalah Tuccha (golongan yang merugikan masyarakat, semisal pencuri, dan lain-lain.

Alasan yang juga membuat Islam cepat menyebar di jaman Walisongo adalah karena Islam yang diajarkan di Nusantara merupakan Islam Sufisme yang diakulturasikan dengan budaya setempat, pada akhirnya metode seperti ini mudah diterima oleh masyarakat. Mengingat ada beberapa persamaan antara kedua hal tersebut. 

Bahkan banyak sumber menyatakan bahwa hampir semua tokoh Walisongo ialah bertoriqoh, sebagaimana Sunan Ampel. Sunan Giri dengan toriqoh Satariyyah, Sunan Bonang juga Satariyyah, Sunan Kalijogo toriqoh Satariyyah dan Akmaliyyah, Sunan Gunung Jati toriqoh Naqsabandiyah, istiqoi dan Satariyyah dan juga Syaikh Siti Jennar dengan Toriqoh akmaliyyah dan satariyyah. 

Proses islamisasi yang lain melalui kebudayaan lokal salah satunya ialah mengenai istilah-istilah khas lokal yang menggantikan istilah baku dalam Islam, seperti gusti kang murbeng dumajdi menggantikan kalimat Allah tuhan yang maha pencipta, Kanjdeng Nabi Sebutan hormat untuk Nabi, kiyai untuk ulama dan lain-lain. kemudian juga yang dilakukan oleh Sunan Bonang, yakni Upacara Pancamakara atau Ma Lima, Salah satu upacara yang dilaksanakan oleh penganut Sekte Tantra-Bairawa dimana beberapa laki-laki dan perempuan duduk berbentuk melingkar dengan tanpa busana dengan seorang Cakreswara (Imam), kemudian menyantap makanan sampai kenyang, setelah kenyang mereka meminum khamar, kemudian setelah mabuk mereka melakukan seks bebas. Hal itu kemudian diubah dengan acara kenduri yang isinya adalah bacaan-bacaan dalam Islam dan sedekah.

Demikian juga cerita dakwah Sunan Bonang yang ditantang Ajar Blacak Ngilo untuk Sabung Ayam dengan taruhan siapa yang kalah akan menjadi pengikut yang menang. 

Dengan memerintahkan seorang muridnya, Sunan Bonang menjagokan seekor anak ayam, diceritakan setiap kalah kemudian murid tersebut meniup si ayam, lalu ayamnya semakin besar, sampai akhirnya sekali serang ayam ajar Blacak Ngilo langsung kalah.

Kisah-kisah di atas adalah serpihan kisah dari banyak cerita unik nan gigih bagaimana Walisongo menjalankan misinya untuk mengembangkan Islam di Nusantara,  cara yang dipakai adalah cara yang penuh dengan kasih sayang dan tidak semena-mena.

Sebagaimana dalam konsep Islam, Ud’u ila sabili rabbika bil hikmati wal mauidzotil hasanah, wa jadilhum billati hiya ahsan (serulah -manusia- kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik), Q.S. An-Nahl ayat 125.

Dari beberapa cerita para penjelajah masa lalu, mulai dari saudagar Thazi Muslim sejak tahun 674 Masehi, sampai ekspedisi Ceng Ho yang ke-7 ke pulau Jawa pada tahun 1433, menunjukkan bahwa Islam tidak berkembang di Nusantara selama sekitar 750 tahun lamanya. 

Bahkan sekalipun raja Samudera di bagian utara Sumatera mengirimkan 2 utusan bernama Arab ke China pada tahun 1282, sehingga mengundang kehadiran muslim-muslim China di Nusantara, juga tidak menunjukkan bahwa negara-negara Islam lokal dan komunitas mayoritas Islam di Nusantara telah berdiri.  

Baru kemudian pada tahun 1515 Tome pires ahli obat-obatan yang menjadi duta Raja Portugal di China yang mengunjungi Jawa pada tahun 1515 dalam buku Suma Oriental yang ditulis di Malaka mencatat bahwa sepanjang pantai utara pantai Jawa dipimpin oleh adipati-adipati Muslim dan banyak orang muslim, hal ini sejalan dengan fakta yang disaksikan oleh A. Pigafetta yang berkunjung ke Jawa pada tahuan 1522. 

Keterangan tersebut juga ditunjang oleh prasasti-prasasti kuno yang menyebutkan perkembangan Islam yang cukup signifikan di era-era Walisongo.

Terdapat fakta bahwa dari kurun waktu sekitar tahun 1433 kedatangan Ceng Ho ke-7 (masa sebelum datangnya Sunan Ampel), Islam dinyatakan belum berkembang pesat dan tidak menjadi mayoritas. 

Adapun tahun 1515 dan 1522 (setelah masa Walisongo) sebagaimana kedatangan orang-orang Portugis tersebut, Islam dinyatakan sudah berkembang dengan sangat pesat dan telah membentuk kerajaan-kerajaan Islam. 

Artinya Islam berkembang dan tersebar dalam kurun waktu hanya sekitar 50-an tahun masa Walisongo. 

Era emas dalam kurun waktu 50 tahun tersebutlah Walisongo dengan gigihnya banyak mengislamkan penduduk Nusantara. 

Terbukti bahwa dakwah Walisongo yang berupaya mengakulturasikan kebudayaan-kebudayaan lokal dengan nilai-nilai keislaman melalui ajakan yang santun dan gigih sangat mudah diterima masyarakat Nusantara. 

Share:

Pikiran Manusia dan Arti Bahasa Tubuh


Tulisan ini dinukil dari buku Hypnotic Power; Rahasia Membaca dan Mempengaruhi Isi Hati dan Pikiran Orang Lain dengan Hipnotis. Ditulis Hari Laksana dan diterbitkan oleh Araska pada 2007.

Alam pikiran manusia dibagi menjadi 3 lapisan: alam sadar (conscious mind), pikiran kritis (ciritical factor) dan alam bawah sadar (sub-conscious mind). Alam sadar adalah pikiran yang biasa dipakai manusia untuk menerima informasi yang diberikan panca indera seperti mengamati warna, merasakan tekstur benda, mendengar suara dan informasi lain. Sedangkan alam kritis adalah pikiran yang bertugas untuk menganalisa setiap informasi yang diberikan panca indera. Sedangkan alam bawah sadar adalah tempat paling dominan untuk mempengaruhi prilaku manusia. Menurut pakar, 88% prilaku manusia dipengaurhi oleh pikiran bawah sadarnya, sedangkan 12% baru oleh alam sadarnya. Pikiran inilah yang menyimpan jutaan faktor kunci prilaku manusia, seperti persepsi, emosi, kebiasaan, intuisi, memori jangka panjang, kreativitas, belief and value dan self image.

Salah satu kenyataan bahwa alam bawah sadar memegang kendali penuh terhadap kehidupan manusia sebagaimana contoh seorang perokok yang kesulitan untuk berhenti merokok. Kebiasaan merokok merupakan hasil kerja dari pikiran bawah sadar. Sedangkan keinginan untuk berhenti adalah hasil logika pikiran sadar. Perokok ingin berhenti merokok karena dia sadar bahwa rokok merugikan terhadap kesehatan dan ekonomi perokok, namun fakta dan logika tersebut dapat dikalahkan oleh kebiasaan yang sudah tertanam kuat dalam pikiran bawah sadar.

Pikiran bawah sadar memuat database manusia yang berisi akumulasi berbagai pemahaman, penalaran, pengalaman, bahkan penularan sejak mulai dia lahir sampai akhir usianya. Oleh sebab itu pikiran bawah sadar cenderung didominasi oleh rasa emosi. Menariknya lagi pikiran tersebut bersifat netral terhadap segala macam informasi yang masuk, netral dalam artian tidak mengenal baik ataupun buruk. Sehingga suatu data yang masuk ke pikiran bawah sadar, maka akan dianggap sebagai suatu kebenaran, meskipun pada dasarnya hal itu adalah salah secara umum.

Sebagaimana ketika kita kecil, orang tua kita sering mengatakan “awas jangan main jauh-jauh, nanti diculik hantu”. Anak kecil yang notabene pikiran sadar dan critical factornya belum begitu sempurna, tidak akan menyaring perkataan tersebut, oleh sebab itu secara otomatis akan masuk ke pikiran bawah sadarnya. Maka sejak saat itu, seorang anak akan menyimpulkan bahwa hantu itu ada, meskipun sejatinya dia tidak pernah melihatnya. Ketika dewasa, walaupun mungkin dia belum melihat hantu, tetapi ketika melewati kamar mayat sebuah rumah sakit, bahkan ketika siang hari, kebanyakan dari mereka timbul gejolak emosional berupa perasaan takut. Artinya rasio/pikiran sadar manusia tidak cukup untuk membuat dia berani, hal ini karena pikiran bawah sadar telah terlanjur menyimpan informasi mengenai adanya hantu.

Contoh lain adalah orang tua yang selalu membentak anaknya ketika kecil. Secara tidak langsung hal tersebut akan membekas di pikiran bawah sadar anak. Dan kelak ketika dewasa jika tidak dilakukan upaya-upaya, maka dia akan menjadi manusia yang kurang percaya diri dan sering takut dalam melakukan sesuatu, hal ini disebabkan karena pikiran bawah sadarnya sejak kecil telah banyak merekam bahwa di dunia banyak larangan-larangan yang jika dilakukan akan menimbulkan kemarahan sebagaiamana yang dilakukan orang tuanya di masa kecilnya.

Critical factor dalam pikiran manusia sangat penting dalam menganalisa segala jenis informasi yang masuk. Pikiran ini lah yang juga dapat melindungi pikiran dari ide, informasi, sugesti atau bentuk pikiran lain yang bisa mengubah program pikiran bawah sadar yang sudah tertanam. Ketika manusia dalam keadaan sadar, ciritical factor akan menghalangi afirmasi atau segala macam sugesti, sehingga ketika hal tersebut masuk ke pikiran bawah sadar manusia maka efeknya akan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Saat ahli hipnotis melakukan hipnotis, pada saat itu dia sedang mem-by-pass critical factor orang yang dihinotis. Biasanya by-pass tersebut dilakukan dengan teknik yang dinamakan induksi. Induksi bisa dilakukan dengan membuat pikiran objek dibuat bosan, sibuk, lengah, bingung, lelah dan lain-lain. Sehingga pintu gerbang menuju pikiran bawah sadar yakni critical factor menjadi terbuka atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka sugesti sang ahli hipnotis akan menjangkau pikiran bawah sadar. Saat itulah seorang yang dihinotis dalam kondisi trance, dimana critical facotrnya menjadi tidak aktif.

Dari kebiasaan ekspresi yang telah direkam di masa lalu, pikiran bawah sadar manusia juga membentuk suatu pola kebiasaan umum, seperti mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak fokus ketika berkhayal dan lain-lain. Ini yang kemudian menjadi dasar utama suatu analisa bahwa setiap orang mampu membaca atau menganalisa pikiran orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca isyarat bahasa tubuh berdasarkan kebiasaan yang dilakukan. Semisal dengan kontak mata, ekspresi wajah dan gesture tubuh.

Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang ketika sedang melakukan percakapan. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan terhadap orang lain tentang suatu pesan, sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui tatapan. Sejak kontak mata dilakukan manusia langsung dapat mengukur kemampuan komunikasi lawan bicaranya.

Kontak mata mempunyai beberapa arti: Ketika lawan bicara 60% menatap langsung, berarti dia tertarik; 80% menatap langsung, berarti dia tertarik secara seksual; 100% menatap langsung, berarti perlawanan; menghindari tatapan, berarti menyembunyikan sesuatu atau kurangnya percaya diri; lensa mata membesar, berarti sangat tertarik; tatapan jatuh ke bawah tapi melirik ke kiri dan ke kanan juga berarti tertarik; lirik ke kanan dan ke kiri, berarti bosan; dan kedipan cepat yang mempunyai arti tidak setuju.

Adapun ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah selalu mewakili hati dan perasaan seseorang. Dalam berkomunikasi, wajah atau kepala mempunyai beberapa arti: condong ke arah lawan bicara, berarti tertarik atau setuju; menjauh secara mendadak berarti curiga atau tidak percaya; topang dagu berarti bosan; mengangguk berarti setuju; banyak menoleh berarti tidak sabar dan ingin menyudahi percakapan.

Nada bicara dalam berkomunikasi juga mempunyai arti sendri: lambat dan nada akhir turun berarti yakin dan menguasai pembicaraan; penekanan kata berarti otoritatif; nada kecepatan meninggi berarti emosi, tegang atau menyembunyikan sesuatu.

Sedangkan gesture atau gerakan tubuh merupakan bentuk prilaku nonverbal dari tangan, bahu, jari-jari dan kaki. Seseorang menggunakan gerakan tubuh secara sadar atau tidak sadar untuk menekankan suatu pesan. Seperti ketika dia berkata pohon itu tinggi, maka dia pasti akan menggerakkan tangan untuk menggambarkan deskripsi verbalnya. Lain halnya ketika dia berkata letakkan barang itu, lihat pada saya, maka yang bergerak adalah telunjuk yang menujukkan arah.

Gestur tubuh juga memiliki arti: ketika tangan menutup hidung, berarti ada sesuatu atau indikasi berbohong; jari mengetuk-ngetuk berarti tanda bosan atau tidak sabar ingin bicara; dan ketika tangan mengepal berarti tegang, tidak nyaman atau marah.

Bahasa tubuh juga menyimpan arti bahwa seseorang sedang berbohong: ketika mata menatap ke samping (ketika mengucap pada bagian kata yang berbohong); tangan sering menutup mulut atau hidung, meraba hidung atau telinga; atau postur terlihat tidak nyaman.

Hal-hal di atas merupakan pengaruh dari kebiasaan manusia yang dibentuk berdasarkan pola ketiga pikiran di atas. Artinya jika manusia bisa memahami dan menguasai dengan baik ketiga macam pikiran tersebut, maka hal itu juga akan berdampak pada kehidupan sosialnya.

Share:

Insurance Health Care in America for All

We provide medical care for everyone in the United States through our comprehensive, long-term primary care foundation.

The purpose of this policy document is for the American Academy of Family Physics (AAFP) and its board to consider all options available to federal, state, and American citizens to achieve their goal of providing advocacy flexibility. Achieving Health Insurance for All – A goal based on AAFP policies. 

This means that health is a fundamental human right for all human beings, and that the right to health includes universal access to timely, acceptable and affordable health care of appropriate quality.

The US health care system is uncoordinated, fragmented, and emphasizes intervention rather than prevention and comprehensive health care management. Healthcare costs continue to increase at an unsustainable rate, and quality is far from ideal. I, I, I

Over the past two decades, policies implemented through the Children's Health Insurance Program (CHIP) and the Patient Protection and Affordable Care Act (ACA) have resulted in millions of adults who were previously uninsured and ineligible for Medicare. Affordable health care is now available. 

The uninsured population hit a record low of 8.8% under the implementation of these guidelines. iii The greatest increase in coverage occurred in the most vulnerable populations and young adults. However, the removal of some of the policy provisions has increased the proportion of the uninsured to 15.5%. This is pretty much the same as 10 years ago, when nearly 17% of uninsured people were uninsured and nearly 50 million uninsured.

Ensuring that everyone in the United States has affordable health insurance that provides the essential health care (EHB) services absolutely necessary to move into a healthier and more productive society. In addition, our health care system takes into account and addresses socioeconomic status, the housing and employment status, food security, the environment, and other social determinants of health that have a significant impact on individual and group health outcomes and costs. 

As the Commonwealth Fund points out, the design of systems that provide health insurance for all “continuously and systematically improves access to care, equity, quality of care, efficiency and costs. This has a major impact on your ability to control. Control. "Vi

Successful health care reforms aimed at achieving universal health coverage reaffirm the centrality of primary care, revitalize the US primary care infrastructure, and provide and pay for primary care. Exciting research shows that more and more resources are being focused on professional care, leading to fragmentation, poor quality and increased costs. 

Studies show that GP practices are becoming more accessible, promoting prevention, actively supporting patients with chronic diseases and reinventing the way they work to involve patients in self-management and decision-making. The design has been shown to improve quality of care and cost-effectiveness. care.vii

Family medicine and primary care are the only entities responsible for the long-term continuation of care for all patients. The relationship between GPs and patients and their inclusion have the greatest impact on outcomes and costs of long-term care. However, the current US health care system is unable to provide comprehensive primary care due to the way primary care has been and is funded.

According to the Dartmas Center for Evaluation and Clinical Science (now known as the Dartmas Institute of Health Policy and Clinical Practice), Medicare expenditures (hospital reimbursements and Part B payments) in primary care-dependent US states. Less resource expenditure (hospital beds, ICU beds, all medical work, primary care staff and healthcare professionals); reduced usage (doctor consultation, days in ICU, hospital stay number of days and patients seeing 10 or more doctors). Improves quality of care (fewer ICU deaths and higher combined quality score).

Patient-centered healthcare facilities (PCMH) are an approach to providing comprehensive aftercare primary care (APC) to children, adolescents, adults and the elderly. This is a medical model that facilitates partnerships between individual patients, their doctors and, where relevant, their families or carers. 

Each patient has an ongoing relationship with a private GP who is trained to provide first contact, coordinated, ongoing and comprehensive care. Private doctors lead individual teams above the clinical level, which are jointly responsible for the ongoing care of patients. ix

A fundamental shift is needed to shift the focus of the US health care system to one that is inclusive and emphasizes inclusive and collaborative primary care. The current resource must be allocated differently and new resources must be used to achieve this desired result. All payer payment policies must change to reflect the larger investments made in primary care to fully support and sustain primary care transformation and delivery. 

Staffing policies should aim to attract strong leaders from GPs and other primary care physicians who are essential to a highly functional medical team. In order to achieve these changes, the state legislature and/or state legislature must enact comprehensive legislation. Any solution is better if the law only addresses the uninsured and does not fundamentally rebuild the system to encourage and pay for better payments for primary care and primary care in other ways. We are not reaching the full potential to achieve the four goals of good care . Smarter spending. , and a more efficient and happier doctor.

Key elements of the framework

Everyone has affordable health insurance that provides equal access to age-appropriate evidence-based medical services.
Everyone has a family doctor and health facility.

Insurance reforms that introduce consumer protection and non-discrimination policies will continue and will require proposals and options to be considered to achieve universal health insurance. These reforms and safeguards include, but are not limited to, continued issuance warranties. 

Prohibition of buying insurance based on health status, age, gender, or socioeconomic criteria. Prohibition of annual and/or lifetime interest and limitation of coverage. The coverage required for the specified EMS. Compensation is required for certain preventive and vaccine services without co-patient payments.

Each proposal reflects at least twice the percentage of medical costs invested in primary care. • These investments should provide a primary care payment model that supports and sustains the transformation of primary health care facilities and closes the current income gap between primary and subspecialty care. Take care to ensure that general practitioners have a sufficient workforce.

Federal, state, and private funding for medical education will be reformed to establish and achieve national physician staff policies that produce sufficient primary care workers to meet state medical needs. ... In addition, US medical schools have been raised to a higher standard in creating the workforce needed by family doctors across the country.

A series of visits and certain services by your GP is free of charge.

Every universal health system protects the ability of patients and physicians to directly and voluntarily contract a specified or negotiated set of services (eg, direct primary care [DPC]). In addition, individuals can purchase additional or additional private health insurance at any time.

To achieve universal health insurance, the AAFP, following the principles above and with the support of the majority of Americans, combines one or more of the following approaches and recognizes that each has its strengths and challenges. Advocating for partisan solutions.

The multidimensional approach to funding, organization, and delivery of healthcare is aimed at achieving affordable healthcare with competition on the basis of quality, cost, and service. One such approach involves several non-profit and non-profit private organizations and government agencies in providing health insurance coverage.
 
Such a universal healthcare approach should ensure that everyone has access to affordable medical care.

The Bismarck model approach is a multi-payer non-profit public health insurance policy that includes a government-defined benefit package and must cover all legal residents. Doctors and other physicians work independently in a mixed public and private setting.

The single-payer model approach, which is well defined in terms of organizational, funding, and coverage models, is publicly funded and controlled by the public or private, and government provided by physicians and other health care professionals. Raise and provide funds to pay for medical expenses. It works independently or in a private health system.

The public options approach, which is a publicly administered plan that competes directly with private insurance plans for customers, can be statewide or regional. Doctors and other doctors will continue to work independently.

The Medicare/Medicaid purchasing approach builds on existing public programs by allowing individuals to purchase health insurance through those programs. In such a scenario, at a minimum, parity of Medicaid-to-Medicare payments for the services provided by the primary care physician to the patient is required.

Each option to achieve full health coverage has its own strengths and challenges, as outlined in the AAFP Discussion Paper on Health Insurance and Funding Models, commissioned in 2017 by the AAFP Board of Directors, USA and its elected officers and representatives. These include the following important points:

Scope of administrative and regulatory burden on physicians, physicians and other healthcare providers, and patients/consumers
Impact on total healthcare costs for governments, employers and individuals
Satisfaction of patients, consumers, doctors and clinicians tax rate

Impact on on-time delivery (waiting time) of healthcare services and delays in selected healthcare service plans
Clarity of funding model and level of payments to physicians, clinicians and other healthcare providers
Pay, childbirth, and participation of primary care physicians in other health decision-making committees
Description and clarity of the core set of essential health services available to all, particularly primary care and prevention, management of chronic diseases, and protection against catastrophic health care costs.

Impact on the availability and fair delivery of medical services
Impact on Quality and Access
Determine if there are global budget and price/payment negotiations
The need for a clear and consistent definition of the “one-off healthcare system”
Comprehensive basic care

Advanced primary care embodies the principle that patient-centred primary care is comprehensive, continuous, coordinated, connected and accessible to patients for their first contact with the healthcare system. APC aims to improve clinical quality by providing coordinated long-term care that improves patient outcomes and reduces medical costs. AAFP believes that APC is best achieved through a home care model. 

Five key features of the Comprehensive Primary Care Plus (CPC+) initiative, which defines primary care facilities as homes based on the shared principles of the patient-centric Homeix and establishes physician offices that provide comprehensive care and partnerships. Between patient and doctor. A payment system that recognizes primary care members and other healthcare teams and extensive work in delivering primary care. The main tasks of primary health care are:

Any proposal or option to provide health insurance for all should cover a defined set of basic health services. This includes at least products and services in the following performance categories:

outpatient service
emergency service
hospitalized patient
Care of pregnant women and newborns
Mental health and substance use disorders services, including behavioral medicine
Prescription drugs
rehabilitation and rehabilitation services and apparatus
laboratory service
Prevention and health services and treatment of chronic diseases
Pediatric services including oral and vision care

In addition to applying for EHB reimbursement, any proposal or option will ensure that primary care is provided through the establishment of primary care for the patient. When services are provided by the patient's nominated GP to foster a long-term relationship with the GP, any suggestions or options relate to financial limitations (ie, deductions and expenses). the following services.
A. Rating and Administration Services
B. Evidence-based prevention services
C. Population Based Management
D. Good parenting
e. vaccination
F. Mental Health Care

Payable
To achieve the goal proposed in this paper, "Providing Health Coverage to All in the United States Through a Comprehensive and Long-Term Basic Care Foundation" focuses solely on health and primary care. It's not enough. Efforts should be made to identify and reduce healthcare costs, including the administrative costs of providing these services.

A comprehensive health system that prioritizes primary care should also emphasize the cost and affordability of care. This is important not only for consumers, but also for physicians, clinicians, payers and government decision-makers. Affordability is an important element of the US healthcare reform effort.

Prevention and Public Health - There is a need for increased investment in prevention, particularly in prevention services that have been shown to reduce the spread of preventable diseases, such as: B. Access to free vaccines and screening programs. Focusing on reducing preventable diseases can reduce, or at least delay, future costly spend on preventable diseases. In addition, more attention needs to be paid to identifying the social and environmental factors that contribute to the increase in healthcare costs.

Transparency – With increased investment in primary care and healthcare facilities, healthcare plans can not only reduce the cost of treating high-risk patients, but also improve the quality of care. xi This increase in investment must be accompanied by aggressive pricing efforts. Transparency of all supported medical services. Such transparency can help reduce excess health care costs by informing the general public about health care costs and intensifying competition in the health industry.
Integration – Integrative medicine systems are a problem in terms of affordability. 

Integration between medical systems can reduce internal costs such as operating costs, but it also reduces market competitiveness and increases medical and premium costs. xii
Location-independent payment policies – For many medical services, current payment policies often vary significantly depending on the location of the service (for example, hospitals, outpatient surgery centers, and clinics pay more for the same service). This was not the case, and there were significant differences in the quality and outcome of treatment. Such payment policies contribute to overspending in current systems. In addition, these payment policies facilitate integration, reduce competition between providers, and promote overconsumption of expensive medical services. This issue can be effectively addressed by site-independent payment policies and the elimination of some setup fees.

Administration Costs-Part of the total health care costs in the US healthcare system are due to high administration costs. Most of these high management costs are due to the complexity of billing and are exacerbated by many payers. In countries with fixed budgets and few medical plans, administrative costs are low. xiii Of all hospital spending in the United States, 25% is administrative expenses, which is about $ 200 billion. By comparison, Canada spends only 12% of hospital costs on administration, while the UK spends 16% on administration. 

In addition, there was no link between higher management costs and higher quality of care.
Pharmacy and Biology – Advances in pharmacy and biology have improved the health of millions of people, reduced the prevalence of preventable illnesses, and enabled long-term maintenance of chronic illnesses. These advances have increased the life expectancy of millions of people, especially those with chronic illnesses and certain types of cancer. This progress should be celebrated for its positive impact on millions of people. 

However, rising costs of medicines and biologics have made these interventions and treatments out of reach for too many people. Policies need to be implemented to allow health care buyers, including Medicare, to negotiate the cost of prescription drugs. In addition, greater flexibility is needed in the design of formulations that can increase the use of generics and biosimilars.
payment

The AAFP believes that all practitioners should be compensated according to the Advanced Primary Care Alternative Payment Model (APC-APM), AAFP's comprehensive payment model for practitioners and primary care treatment. AAFP believes that APC-APM is a fundamental element of a larger investment in essential services that are essential to a better care system in the United States.

This model is based on years of program and research demonstrating the benefits of increasing support for population-based care away from service costs (FFS). This provides better support for small, independent practices and reduces the administrative burden on the medical department.

Share:

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh