Setelah berminggu-minggu dicari, Crowley “sang pembunuh”, penjahat paling ditakuti di New York saat itu, akhirnya sampai pada klimaksnya. 150 polisi dan detektif mengepungnya sambil saling berbalas senapan dengan Crowley.
Crowley merupakan penjahat, perampok bersenjata yang tidak segan untuk membunuh seseorang. Salah satu Komisaris Polisi mengatakan bahwa dia akan membunuh seseorang hanya karena jatuhnya sehelai bulu. Terakhir dia menembak salah satu polisi hanya karena polisi tersebut memintanya untuk menunjukkan surat-surat berkendara.
Namun dibalik kekejamannya, dia menulis surat dengan bekas luka di atas kertas bertuliskan, “di balik pakaian saya ada sebuah hati yang letih, sebuah hati yang baik, yang tidak tega melukai siapapun.”
Al Capone, juga merupakan salah satu penjahat paling ditakuti, pemimpin geng terkejam yang pernah ada di Chicago, pun demikian, dia mengatakan “Saya sudah melewatkan tahun-tahun dalam hidup saya memberi orang-orang kesenangan, membantu mereka menikmati hidup, dan yang saya peroleh adalah perlakukan kejam sebagai orang yang dicari-cari.”
Hal terpenting dari dua kisah di atas adalah bahwa kedua penjahat tersebut tidak menyalahkan dirinya sama sekali. Mereka hanya melihat nilai kebaikan yang pernah mereka lakukan, meskipun sedikit. Hal ini sama halnya dengan Ducth Schultz, juga merupakan penjahat paling terkenal di New York, dia mengaku bahwa dia adalah orang dermawan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Lewis Lawes, salah satu sipir penjara senior bahwa hanya sedikit kriminal yang menganggap bahwa mereka orang jahat.
Mereka membuat rasionalisasi bahwa mereka sama manusianya dengan semua orang. Hampir dari mereka semua punya alasan logis terhadap kejahatan yang dikerjakan dan mereka menganggap itu adalah benar.
Ini artinya orang-orang sekelas penjahat kelas kakap di atas saja sama sekali tidak menyalahkan diri mereka, bagaimana halnya dengan orang-orang di sekitar kita? Wanamaker, pendiri sejumlah toko di Amerika mengatakan bahwa dia sudah belajar sejak tiga puluh tahun yang lalu bahwa sungguh bodoh untuk memarahi orang lain, dia sadar bahwa sembilan puluh sembilan kali seratus, orang tidak mengkritik dirinya sendiri, dia cenderung akan merasa benar, tidak peduli kesalahan yang dilakukan.
Artinya jika ternyata kebanyakan manusia tidak pernah menempatkan dirinya sebagai orang yang salah dan dia tidak pernah mengkritik dirinya sendiri, maka sangat percuma apabila kita harus mengkritiknya, itu hanya akan menimbulkan masalah baru. Kritik adalah hal yang sia-sia karena menempatkan seseorang dalam posisi defensif, dan biasanya membuat orang itu mempertahankan dirinya. Hens Selye, Psikolog besar berkata: “Kehausan kita akan persetujuan, sama besarnya ketakutan kita akan kritik.”
George B. Jhonston, Koordinator keamanan sebuah perusahaan rekayasa mempunyai tanggung jawab memastikan keselamatan pekerja, salah satunya tugasnya adalah memastikan pekerja memakai topi pengaman. Dia akan melaporkan jika ada pekerja yang tidak memakai topi pengaman, kemudian juga menyampaikan secara jelas mengenai peraturan yang ada. Hasilnya, ia mendapat penerimaan yang tidak simpatik dari pekerja yang merasa kesal, sering kali setelah pergi para pekerja kembali melepas topinya. Lalu ia mencoba pendekatan yang berbeda, ketika dia melihat pekerja yang tidak memakai topi, ia bertanya dengan ramah apakah topi itu tidak nyaman, sambil memngingatkan dengan nada menyenangkan bahwa topi itu dirancang untuk melindungi mereka dari kecelakaan.
Demikian halnya salah satu direktur salah satu perusahaan kecil di Amerika, dia mempunyai lebih dari seratus pegawai di kantornya, namun karena sifatnya yang suka memarahi dan mengkritik kesalahan yang mereka lakukan, ketika dia masuk ke kantor banyak pegawainya yang berpaling dan mengerutkan muka, dia merasa sendiri. Kemudian di mencoba cara komunikasinya, ketika ada pegawai yang melakukan kekeliruan, dia tidak serta merta mengkritiknya, apalagi memarahinya, dia mencari sisi positif dan memberikan apresiasi atas hal tersebut kemudian mulai membicarakan kekurangan yang dibuat tanpa menyinggung perasaannya. Akhirny setiap pergi ke kantor dia selalu mendapatkan senyuman para pegawainya, pegawainya tidak segan untuk memaparkan program terbaik dan kekurangan di kantornya.
Tatakala berhubungan dengan manusia, sebaiknya seseorang mengingat bahwa dia sedang tidak berhubungan dengan makhluk logika. Dia sedang berhubungan dengan makhluk penuh dengan emosi. Dia sedang berhubungan dengan makhluk penuh dengan prasangka dan motivasi oleh rasa bangga dan sombong. Oleh sebab itu, kritik pedas tanpa seni terkadang tidak akan membuat perubahan, malah hanya akan menambah masalah.
Kritik pedaslah yang menyebabkan penyair Thomas Hardy, novelis terbaik dalam sastra Inggris menolak selamanya untuk menulis fiksi. Kritik juga telah membuat Thomas Chatterton, penulis puisi terkenal Inggris bunuh diri. Benjamin Franklin seorang diplomat yang sangat mahir berhubungan dengan manusia, sampai kemudian dijadikan Duta Besar Amerika untuk Prancis ketika ditanya rahasia suksesnya menjawab: “Saya tidak akan bicara buruk tentang seseorang, saya hanya akan membicarakan tentang hal baik dengannya.”
Semua orang bodoh bisa mengkritik, mencerca dan mengeluh -dan hampir semua orang bodoh melakukannya. Dengan mengkritik dan mencerca munkin seseorang akan merasa lega dan merasa lebih baik bagi dirinya, tapi itu akan berakibat buruk pada hubungannya dengan orang yang dikritik. Lagi pula, mengkritik belum tentu menyelasaikan masalah, bahkan bisa jadi menambah masalah. Sedangkan melakukannya dengan cara berbeda sebagaiamana yang dilakukan George B. Jhonston (koordinator keamanan di atas) misalnya, bisa menyelesaikan masalah tanpa efek samping.
Carlyle berkata: seorang yang berjiwa besar aka memperlihatkan kebesarannya dara caranya memperlakukan orang kecil.”
Inti dari bab ini adalah “jangan mengkritik, mencerca dan mengeluh.” Apabila dibutuhkan, lakukan dengan pendekatan yang berbeda, yang membuat orang tersebut senang.
Tulisan dirangkum dari bab 1 buku Dale Carnegie "How to Win Friends and Influence People" atau bagaimana mencari kawan dan mempengaruhi orang lain.
Insyaallah saya akan menuliskan rangkumannya sampai akhir bab, mengingat buku ini sangat legendaris dan telah dicetak lebih dari jutaan ekalempar di berbagai negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar