Tidak seorang pun mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kehidupan, pikiran, dan bahasa masyarakat China seperti halnya Konfusius. Selama lebih dari 2000 tahun, ia menjadi raja tanpa mahkota di China. Karena konfusiusme lebih dari sekedar warisan kebudayaan bagi mereka. Konfusiusme menjadi bagian penting dari kebijaksanaan China. Seorang China mungkin memeluk agama Budha, Tao, Kristen atau Islam, tetapi pada saat yang sama, ia tidak dapat berhenti menjadi seorang konfusianis. Seorang filsuf China berkata : jika surga tidak melahirkan Konfusius, kita semua akan hidup dalam kegelapan abadi.
Konfusius atau Konghucu adalah anak kecil yang hidup sekitar 400-500 SM. Ayahnya meninggal pada saat usianya 3 tahun, lalu disusul ibunya meninggal saat dia berumur 17 tahun. Ayahnya adalah anggota keluarga ningrat kuno, mantan tentara terkenal keluarga Lu. Konfusius atau Konghucu bukanlah nama sebenarnya. Nama itu adalah title atas kebaikannya, latinisasi dari “Kong Fuzi”, yang berarti tuan Kong. Sebutan yang diberikan 3000 muridnya selama bertahun-tahun karena marganya adalah Kong.
Masa kecil Konfusius hidup dalam keadaan miskin. Meskipun tubuhnya kekar dan tinggi besar, dia tidak mau mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang tentara (pekerjaan paling bergengsi pada saat itu) karena tidak tertarik dengan dunia militer. Dia adalah seorang pemikir, tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi suka membaca. Dia berkata: “ketika aku berusia 15 tahun, aku memusatkan pikiranku pada belajar. Pernah seharian aku berfikir tanpa makan dan berfikir semalaman tanpa tidur, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Maka, aku memutuskan untuk belajar.”
Konfusius juga seorang yang cinta musik. Dia mempelajarinya dari seorang ahli musik terhebat di negara Lu.
“Kau telah bermain baik sekarang” suatu hari guru musik itu berkata setelah ia mempelajari komposisi musik kuno dengan kecapi selama sepuluh hari. “mari coba sesuatu yang lain.”
“Tidak guru”, kata Konfusius, “aku telah belajar melodinya, tetapi belum mempelajari ritmenya”.
Beberapa latihan kemudian gurunya berkata “Sekarang kau telah menguasai ritmenya. Kita dapat mencoba yang lain.”
“Tidak”, tolak Konfusius, “aku belum mendapatkan semangatnya.”
Setelah itu kemudian guru tersebut berkata bahwa Konfusius sudah cukup berlatih. “Belum, aku masih mencoba mendapatkan perasaan dari karakter si penulis lagu.”
Maka ia bermain lagi dan lagi. Kadang kala musik itu begitu lembut dan penuh perasaan, kadang kala riang dan hidup. Guru musik itu sangat puas.
“Guru aku menemukannya.” Tiba-tiba dia berteriak sangat senang. “Aku merasakan siapa dia. Ia adalah yang bertinggi besar dan berkulit kehitaman. Ada sesuatu yang tidak biasa padanya. Ia mempunyai hati yang ingin menjangkau seluruh dunia. Ia pasti Raja Wen yang mendirikan dinasti Zhou 600 tahun yang lalu.” Guru musik itu kagum dengan insting musik muridnya.Dia mampu mengenali pencipta komposisi musik hanya dengan memainkan musiknya. Kemudian gurunya membenarkan bahwa komposisi musik itu memang dibuat oleh Raja Wen.
Konfusius adalah seorang guru teladan dan penuh kebijaksanaan. Suatu ketika Zilu (salah seorang muridnya yang sangat terkenal. Mempunyai sifat berani dan tanpa basa basi) bertanya: “Apakah ia harus segera mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya”. Konfuisus malah menyuruhnya berkonsultasi kepada ayah dan saudara laki-lakinya sebelum bertindak. Tetapi ketika Ran Qiu (salah satu muridnya yang kompeten, perhitungan dan berani berdebat mengenai prinsip) bertanya mengenai hal yang sama, Konfusius malah menyuruhnya segara mengamalkan apa yang telah dipelajarinya. Salah seorang muridnya yang lain bertanya mengenai hal tersebut. Kemudian Konfusius menjawab: “Ran Qiu cenderung ragu-ragu, maka aku harus memaksanya. Sedangkan Zilu sangat antusias, maka aku mencoba meredamnya sedikit.”
Konfusius memaksa muridnya berfikir mengenai diri mereka sendiri. “Jika aku menjelaskan satu sudut dari satu topik. Yang saya harapkan muridku dapat memahami ketiga topik lainnya sendiri. Jika ia tidak melakukannya, aku akan menyuruhnya pergi.” Ia memberi tau murid-muridnya: “Yang paling mulia adalah orang yang lahir dengan kebijaksanaan. Berikutnya orang yang menjadi bijaksana melalui belajar. Berikutnya lagi adalah mereka yang mau belajar setelah melalui kesulitan hidup. Yang paling buruk adalah mereka yang tidak mau mencoba untuk belajar.”
Konfusius banyak membahas mengenai pria sejati:
“Seorang pria sejati mengerti apa yang baik dan benar; orang yang picik hanya mencari keuntungan.”
“Seorang pria sejati khawatir akan ketidak mampuannya, bukan apakah orang lain akan menghargai kemampuannya atau tidak.”
“Seorang pria sejati menuntut dirinya sendiri; seorang pria picik akan menuntut orang lain.”
“Seoang pria sejati mempunyai lingkungan sosial dan gagasan yang luas; seorang pria picik hanya menjadi pengikut.”
“Seorang pria sejati mula-mula mempraktikkan apa yang akan ia katakan, kemudian mengatakan apa yang ia praktikkan; pria picik malah sebaliknya.”
“Seorang pria sejati lambat dalam berbicara, tetapi cepat dalam bertindak.”
Pada suatu hari ketika ia naik ke bukit, Konfusius mengirim Zilu untuk mencari air. Dalam perjalanannya, Zilu bertemu dengan harimau. Setelah bertempur dengan hebat, ia berhasil membunuh binatang buas itu dengan memegang ekornya. Ia memotong ekor harimau dan membawanya ketika kembali. Sebelum menunjukkan ke Konfusius dia bertanya “Guru, bagaimanakah seorang yang hebat membunuh harimau?” Konfusius menjawab: “Seorang yang hebat membunuh harimau dengan mengincar kepalanya”. “Bagaimana orang biasa membunuh harimau?”, “orang biasa membunuh harimau dengan mengincar telinganya”, bagaimana orang rendah membunuh harimua?”, “orang rendah membunuh harimau dengan menarik ekornya”. Zilu sangat malu kemudian segera membuang ekor itu.
Kemudian dia bertanya pada dirinya: “mengapa guru mengirim saya untuk mencari air di gunung.” Ia berfikir seharusnya gurunya tidak melakukannya, karena ia pastinya sudah tau bahwa tempat air itu terkenal dengan harimaunya yang banyak. Dia mempunyai prasangka bahwa gurunya pasti ingin dia terbunuh. Maka Zilu memikul batu besar di punggugnya untuk membunuh Konfusius. “Bagaimana seorang yang hebat membunuh seorang laki-laki?”, tanya Zilu sebelum bertindak. “Seorang yang hebat, membunuh orang dengan penanya.”, ”Bagaimana orang biasa membunuh orang?”, “Orang biasa membunuh orang dengan lidahnya”, “Bagaimana orang rendah membunuh orang?”, “Orang rendah membunuh orang dengan sebuah batu”. Zilu berbalik malu dan membuang batu itu.
Konfusius juga pernah aktif dalam pemerintahan. Pada waktu itu kekuatan pemerintahan negara Lu berada di tangan Yang Hu, seorang politkus jahat dengan reputasi yang meragukan. Mengetahui kebijaksaan Konfusius, ia memintanya agar bergabung dalam pemerintahan. Tetapi Konfusius selalu menolaknya. Suatu hari Yang Hu mengirim seekor babi muda untuk Konfusius sebagai hadiah kecil, sedangkan Konfusius sedang tidak berada di rumahnya sehingga ia tidak kuasa menolak. Aturan ini membuat Konfusius harus mengunjungi Yang Hu. Konfusius juga memilih waktu dimana Yang Hu tidak berada di istana. Tetapi ia bertemu Yang Hu pada saat perjalanannya kembali. Segera Yang Hu menghentikan Konfusius dan berkata: “Saya ingin berbincang-bincang dengan Anda, Apakah Anda berfikir bahwa seorang pria dapat dikatakan murah hati jika ia memiliki harta yang tak ternilai harganya, tetapi mengabaikan kesulitan negaranya?” “Tidak”, Jawab Konfusius. “Apakah anda pikir seorang pria dapat dikatakan bijaksana jika ia ingin mengabdi kepada negaranya, tetapi melepaskan kesempatan baik untuk bekerja di pemerintahan?”, “Tidak”, jawab Konfusius. “Waktu berjalan terus dan saya tidak menunggu siapapun, Anda mengerti?” tanya Yang Hu. Konfusius menjawab: “Baiklah saya menerima tawaran ini.” Kemudian dari pertemuan itulah Konfusius mulai aktif di pemerintahan. Dia pernah menjabat sebagai Walikota, Menteri Kehakiman dan bahkan Perdana Menteri.
Zilu juga menjadi pejabat pemerintahan. Pada suatu musim semi, Bangsawan Duke mengumpulkan pekerja untuk menggali kanal sebagai pencegah banjir. Karena bersimpati pada proyek itu, Zilu menyiapkan makanan dengan uangnya sendiri. Ketika Konfusius mendengar hal ini, ia mengirim muridnya yang lain untuk menghentikannya. Zilu marah dan pergi menemui Konfusius. “Bukankah Anda mengajari kami untuk bersikap baik dan murah hati, apa salahnya saya berbagi dengan pekerja itu?”, Konfusius menjawab: “Aku pikir kau mengerti politik Zilu, tenyata tidak. Kau telah melanggar norma.” Seketika itu seorang bangsawan Duke datang dan memaki Konfusius. “Yang memperkerjakan mereka adalah tuan saya, mengapa Anda menyuruh murid Anda untuk memberi mereka makanan? Apakah Anda ingin merebut mereka dari tuan saya?”
Suatu ketika Konfusius kebetulan melewati kaki gunug Tai, ia melihat seorang wanita menangis di samping kuburan. Ia mengirim Zilu untuk melihatnya. “Paman saya dibunuh oleh seekor harimau beberapa waktu yang lalu.” Kata wanita itu. “Kemudian suami saya juga dibunuh oleh harimau itu juga. Sekarang yang ada di kuburan ini adalah anak saya.” “Kenapa Anda tidak meninggalkan tempat ini dan pergi ke tempat lain?” Tanya Zilu. Perempuan tersebut menjawab: “Karena di sini tidak ada penguasa lalim yang meneror kami.” “Kau lihat?” Kata Konfusius beberapa saat, “seseorang penguasa lalim itu lebih buruk dibandingkan harimau.”
Setelah beberapa tahun aktif di pemerintahan dengan reputasi yang sangat baik, beberapa negara musuh mulai tidak menyukai adanya Konfusius di negara Lu. Mereka mengirim 80 penari cantik dan 100 kuda terbaik kepada pemimpin negara Lu. Muslihat dari langkah ini membuat Konfusius mulai tidak didengarkan lagi oleh Raja. Beberapa petinggi negara Lu juga ingin menyingkirkan Konfusius, hal ini disebabkan keinginannya untuk menghapuskan kekuasaan aristokrat. Sampai pada masa dimana Konfusius tidak dianggap dengan tidak mengundangnya dalam peringatan keagamaan penting negara, saat itulah Konfusius memutuskan untuk meninggalkan negara Lu. Dia berkelana selama belasa tahun untuk dapat menyebarkan kebaikan-kebaikannya terhadap orang lain.
Semua pengikutnya merasa khawatir akan keselamatan Konfusius, karena merasa memiliki misi, ia menenangkan mereka: “Dewa telah mempercayakan peradaban kita kepadaku. Jika dewa bermaksud untuk menghancurkannya, Ia mungkin akan melakukannya sejak dulu dan kita tidak akan dapat kesempatan untuk mendidik diri kita sendiri. Jelaslah Dewa bermaksud mempertahankan peradaban ini. Lalu, apa yang dapat dilakukan orang-orang ini terhadapku.” Setelah beberapa waktu, Yan Hui, salah seorang murid Konfusius berkata: “Ajaran guru adalah kebenaran. Oleh karena itu, banyak yang tidak dapat menerima. Tetapi kita sendiri harus selalu hidup sesuai dengannya. Apa masalahnya kalau tidak dapat diterima oleh orang lain? itu adalah kesalahan mereka. Kenyataan bahwa orang menganggap ajaran guru sulit diterima itu menunjukkan kurang dalamnya pemahaman mereka.”
Kemudian Ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengajar reformasi demi menciptakan masyarakat lebih baik berlandaskan kebijakan dan kebaikan. Ia mempunyai visi misi negara yang ideal dimana pemerintahnya memberikan contoh tindakan benar bagi rakyatnya untuk diikuti. Tapi sekarang ia menyadari bahwa ia telah gagal untuk mencapai yang ia harapkan. “Aku tidak menyalahkah syurga; aku tidak menyalahkan manusia. Semua yang coba aku lakukan adalah untuk meperoleh pengetahuan sebaik mungkin dan aku memasang target yang tinggi. Mungkin hanya syurga yang dapat mengertiku.” Tenggelam dalam kesedihannya ia menangis dan membuat sebuah lagu, dan bernyanyi bagi dirinya sendiri.
“Gunug Tai sudah runtuh
Sebuah pilar telah jatuh
Oh, Filsuf.
Seperti rumpur, kau telah layu.”
Cerita di atas adalah sebuah ringkasan dari cerita yang ditulis oleh Michael C. Tang dalam bukunya, Kisah-Kisah Kebijaksanaan China Klasik, Kunci Sukses Para Manger dan Pemimpin (A Victor’s Reflections And Others Tales of China’s Timeless Wisdom for Leaders). Di buku tersebut terdapat 37 kisah menarik mengenai kisah kebijaksaan orang orang China masa lalu. Kisah mengenai Konfusius adalah kisah terbesar dan paling menarik di antara yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar