Demokrasi merupakan sebuah sistem bernegara yang amat populer di abad ini. Secara esensial nilai-nilai yang termuat di dalamnya sudah diterapkan oleh bangsa Romawi kuno beberapa ribu tahun yang lalu. Setelah itu, komunitas global lebih memilih sistem monarki yang kental dengan otoriterianisme sebagai dasar negaranya masing-masing. Nilai-nilai demokarasi yang salah satu ciri khasnya adalah musyawarah dan slogan “dari rakyat untuk rakyat”, Sebenanrnya, sedikit banyak sudah diterapkan meskipun dalam negara monarki absolut sekalipun. Namun secara formal, banyak histori mengenai munculnya sistem negara demokratis yang kemudian menyeruak menjadi sistem yang dianut oleh hampir seluruh negara di dunia saat ini, salah satunya adalah di bawah ini:
Dimulai pada tahun 1516, Juan Diaz de Solis, seorang penjelajah Spanyol bersama bawahannya berlayar ke arah timur setelah mendengar bahwa Cristoper Colombus menemukan sebuah pulau besar yang subur. Setelah menginjakkan kakinya disana, de Solis langsung mengklaim bahwa tempat tersebut merupakan tanah kekuasaan Raja Spanyol dan menamakannya dengan Rio de Plata atau “sungai perak”, karena penduduk setempat banyak mempunyai perak. Namun para pribumi suku Charruas yang notabene adalah pemburu dan hidup dalam kelompok kecil tanpa mengenal pemerintahan ternyata sangat memusuhi koloni tersebut, hingga akhirnya de Solis tewas dipukuli salah satu dari mereka.
Kemudian pada tahun 1519 Spanyol mengirim Hernan Cortez ke Meksiko dan Fransisco Pizzaro ke daerah Peru 15 tahun kemudian, Kerajaan Spanyol kemudian kembali mengirimkan suatu misi penaklukan di bawah Pedro de Mendoza pada tahun 1534. Di tahun itu juga mereka juga membangun kota kecil di lokasi yang merupakan cikal bakal kota Buenos Aires (sekarang ibukota Argentina).
Ketika Cortez dan pasukannya sampai di jantung peradaban Aztec di Tenochitlan pada 8 November 1519, mereka disambut baik oleh kaisar Aztec, Moctezuma. Namun tiba-tiba Cortes dan pasukannya menangkap Moctezuma dan menembakkan senapan kepada mereka. Pasukan kolonial Spanyol menebar teror hingga gelap malam. Setelah paginya mereka kemudian menyebutkan apa yang mereka minta: terdiri dari bahan makanan. Setelah kenyang, mereka menyuruh Kaisar tersebut untuk menyerahkan seluruh harta benda warga kota, khususnya emas. Seluruh simpanan milik warga Aztec dirampas, termasuk gudang pribadi milik Moctezuma. Segala perkakas dari emas, tameng, dan cakram-cakram emas kemudian dikumpulkan dan dibakar hingga melebur menjadi emas batangan.
Penaklukan kolonial Spanyol baru berakhir pada tahun 1521, Cortez sebagai Gubernur Provinsi mulai membagi-bagikan harta kekayaan yang diambil dari Aztec. Orang-orang pribumi juga dibagikan sebagai hadiah kepada orang Spanyol yang disebut encomendero. Seorang pribumi harus memberikan hadiah persembahan dan menjadi budak bagi encomendero. Sebagai ganjaran, encomendero menjadikan mereka sebagai orang Kristen.
Pada 1513 Spanyol juga sudah melakukan ekspansi ke Kuba dengan kekejian yang tak kalah kejam, sebagaimana catatan De las Casas, bahwa setelah mereka datang, mereka kemudian menjadikan penduduk pribumi sebagai budak, merampas tanah dan mencuri bahan pangan mereka yang semakin langka. De las Casas juga bercerita mengenai kolonialisasi Spanyol di Kolombia, bahwa orang yang memimpin ekspedisi penjajahan tersebut kemudian merampas kekuasaan Raja dan menawan penguasa lokal itu selama enam sampai tujuh bulan.
Seorang Raja bernama Bogota sedemikian takutnya menyanggupkan akan mengisi sebuah rumah kosong dengan selongsong emas. Namun ternyata dia gagal, hingga akhirnya orang-orang Spanyol tersebut menghabisi nyawanya. Ada beberapa Raja yang diadili, pihak kolonial Spanyol menganiaya mereka dengan cara mengikatnya dan menyiramkan lemak hewan yang masih mendidih ke perutnya, memasung kedua kakinya ke tiang pancang dengan belenggu yang terbuat dari besi merah yang membara dan benda yang sama mereka kalungkan ke leher sang Raja yang kedua tangannya di pegang erat-erat oleh pengawal.
Demikian juga siksaan yang dilakukan oleh Pizzaro. Awal mula sesampainya di buna Amerika, dia menginjakkan kakinya di Tumbes, kemudian terus berjalan ke selatan. Sampai akhirnya tiba di pegunungan Cajamar, kebetulan saat itu, Kaisar Atahualpa sedang berkemah dengan prajurtinya. Kemudian Pizzaro menangkap sang Raja, dia dikerangkeng dan dibebaskan setelah berhasil memberikan timbunan emas dan perak. Karena jika sampai gagal memenuhi tuntutan orang Spanyol, mereka akan dipanggang hidup-hidup.
Setelah berhasil mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia jajahannya di Amerika latin bagian selatan, bangsa Spanyol mulai membuat lembaga-lembaga formal seperti encomienda, mita dan trajin sebagai akal-akalan mereka agar lebih bisa menggeruk harta kekayaan yang ada.
Pada saat Spanyol melakukan kolonialisasi di Amerika Selatan pada tahun 1940-an, Inggris masih terpuruk. Mereka baru terbakar semangatnya setelah berhasil memukuk mundur kapal-kapal Spanyol yang berniat untuk mengekspansi Inggris. Pada saat itulah Inggris mulai menguatkan kembali armada maritim mereka. Mendengar banyak sumber daya dan kekayaan terpendam di pulau besar temuan Colombus, mereka memutuskan untuk mengikuti langkah Spanyol menginvasi benua Amerika. Namun sayang, sebagian besar benua Amerika sudah dijarah oleh kerajaan Spanyol, yang tersisa adalah bagian utara (yang kini jadi Amerika Serikat).
Usaha awal mereka ternyata tidak semulus yang diinginkan. Mereka pertama kali menginjjakan kakinya di benua Amerika adalah di Roanoke, Carolina Utara antara tahun 1585 dan 1587. Kemudian pada tahun 1607, 3 kapal mereka bertolak kembali ke Carolina di bawah pimpinan Christopher Newport di bawah naungan bendera virginia company. Mereka kemudian berlayar menuju teluk Chesapeake dan membangun pemukiman di sekitar sana kemudian menamakannya dengan Jamestown, sesuai dengan nama Raja Inggris pada saat itu, Raja james.
Para Koloni Inggris tersebut sangat berhasrat untuk dapat memungut emas sebanyak-banyaknya sebagaimana Spanyol, mereka juga berniat akan meniru cara kolonialisasi Spanyol yang kejam dan bengis. Namun mereka tidak sadar bahwa pemukiman yang mereka bangun dekat dengan daerah yang dikuasai konfederasi Powhatan, yakni koalisi yang beranggoatakn sekitar 30 kelompok suku Indian yang menyatakan setia kepada Raja Wahunsunancock.
Wahunsunancock mulai mengendus niat jahat dari koloni Inggris tersebut dan kemudian memutuskan hubungan dengan mereka. Bahkan Raja itu juga melakukan embargo dagang atas Jamestown. Oleh sebab itu, koloni itu sudah tidak diperbelohkan lagi untuk melakukan embargo dengan masyarakat sekitar. Hingga akhirnya koloni Inggris di Jamestown yang awalnya berjumlah sekitar 500 kolonis, hanya 60 puluh orang yang bertahan.
Menyadari cara lama yang digunakan Spanyol dengan memaksa pada pribumi bekerja di tanahnya sendiri tidak mungkin diterapkan, akhirnya pemimpin koloni yang baru pada saat itu, Gates dan wakilnya Thomas Dale melakukan pendekatan baru. Pendekatan tersebut adalah dengan kerja paksa yang harus dilakukan oleh semua anggota koloni itu sendiri, kecuali para pemimpin koloni tentunya.
Dale memberlakukan Undang-undang semi militer yang disebut Lawes divine, morall and martial, yang antara lain pasalnya berisi hal berikut: Semua warga baik lelaki atau wanita yang meninggalkan koloni dan lari ke wilayah Indian, akan dihukum mati. Barang siapa mencuri hasil kebun, baik milik umum, perorangan atau pun perkebunan anggur, atau mencuri jagung, akan dihukum mati. Anggota yang menjual atau menyerahkan komoditas apa pun dari wilayah tersebut kepada pelaut, baik kapten atau awak kapal biasa, dan mengangkutnya keluar dari wilayah koloni, demi keuntungan pribadi akan diberikan sanksi hukuman mati. Jadi menurut para petinggi koloni saat itu, jika para pribumi tidak bisa dipaksa untuk menggerus kekayaan sumber daya alam di sana, maka para anggota koloni juga bisa diperas keringatnya.
Ternyata cara tersebut pun juga tidak begitu efektif untuk diterapkan. Cara memaksa anggota koloni agar bekerja sekeras-kerasnya tidak juga berhasil untuk meraup pundi-pundi keuntungan sebagaimana yang mereka inginkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk membuat strategi baru. Pada tahun 1618, Virginia Company mulai memberlakukan sistem yang disebut dengan beadright system, yakni: setiap lelaki yang bermukim di wilayah koloni mendapat pembagian tanah seluas 50 hektar dengan tambahan 50 hektar lagi untuk pembantu yang mereka bawa. Para pekerja dari Inggris tersebut diberikan rumah dan dibebaskan dari ikatan kontrak yang mereka teken sebelumnya.
Kemudian pada tahun 1619 dibentuk juga semacam majlis umum yang secara efektif memberikan suara terhadap setiap lelaki dewasa dalam penyusunan Undang-undang serta lembaga pemerintahan pada saat itu. Seiring semakian berkembangnya kawasan di Amerika Utara, elit koloni Inggris berulang kali mencoba menciptakan lembaga negara untuk memasung ekonomi dan hak-hak politik para pekerja koloni.
Upaya pembaharuan tersebut, meskipun awalnya banyak terhalang oleh beberapa akal bulus para elit, tapi ternyata membawa pembaharuan yang menjanjikan. Tak ayal, banyak provinsi yang kemudian juga turut menerapkannya, seperti Maryland dan Carolina. Baru kemudian tahun 1720-an, 30 koloni inggris (yang kemudian berubah status menjadi negara bagian di Amerika Serikat) mengadopsi gaya pemerintahan yang sama. Seluruh koloni itu dipimpin oleh Gubernur dan pemerintahannya dikontrol oleh dewan yang keanggotaannya berbasis perwakilan. Dewan-dewan dan pemimpinnya berkoalisi dan membentuk kongres kontinental pertama, yakni pada tahun 1774 yang juga merupakan cikal bakal merdekanya negara Amerika Serikat dari koloni Inggris.
Resume ini dirangkum dari sebagian isi buku yang berjudul “Mengapa Negara Gagal” atau “Why Nations Fail?” yang ditulis oleh Daron Acemoglu dan James A. Robinson diteribtkan oleh Elex Media Komputindo tahun 204 dengan tebal 582 halaman.