Summary Buku "The Power of Now" karya Eckhart Tolle

 "The Power of Now" karya Eckhart Tolle adalah panduan spiritual yang menggugah dan mendalam tentang kehadiran saat ini. Buku ini menawarkan konsep-konsep dari ajaran spiritual Timur yang disajikan dengan cara yang dapat diakses oleh pembaca Barat modern. Melalui pendekatan yang jelas dan berfokus pada momen sekarang, Tolle mengajak pembaca untuk melepaskan beban pikiran masa lalu dan kecemasan terkait masa depan, membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kesejatian dan kebahagiaan.

Tolle membuka bukunya dengan memperkenalkan konsep dasar "The Power of Now" atau Kekuatan Sekarang. Ia menjelaskan bahwa kehidupan sejati dan kebahagiaan hanya dapat ditemukan dalam momen ini, bukan di masa lalu atau masa depan. Pembaca diajak untuk melepaskan identifikasi dengan pikiran dan emosi yang sering menghasilkan penderitaan, dan sebaliknya, memusatkan perhatian pada kehadiran mereka di sini dan sekarang.

Pembahasan dimulai dengan memahami aliran pikiran dan bagaimana mereka seringkali menjadi penyebab penderitaan. Tolle mengajarkan bahwa kita bukanlah pikiran kita, dan menyadari bahwa kita dapat mengamatinya dari perspektif yang lebih luas adalah kunci untuk membebaskan diri dari belenggu mental. Ia menyoroti peran "pikiran ego" yang selalu mencari identitas dan pengakuan, menciptakan konflik dalam pikiran dan hubungan.

Salah satu konsep sentral dalam buku ini adalah "kehadiran sejati" atau "kesadaran". Tolle menjelaskan betapa pentingnya membawa kesadaran ke setiap momen dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengilustrasikan cara menghadapi rasa sakit, kecemasan, atau kekhawatiran dengan meletakkan perhatian penuh pada pengalaman tersebut, tanpa identifikasi atau penilaian yang melekat padanya.

Tolle membahas pentingnya "mengamati pikiran" dan "menyadari keheningan" di antara pikiran-pikiran tersebut. Melalui latihan kesadaran ini, pembaca diajak untuk menjadi pengamat pikiran mereka tanpa terlibat sepenuhnya di dalamnya. Ini membuka pintu menuju kehadiran sejati dan kedamaian batin.

Konsep waktu juga menjadi pusat perhatian Tolle, yang menunjukkan bagaimana kebanyakan manusia terperangkap dalam "kegelisahan waktu" yang menciptakan penderitaan. Ia mengajak untuk merangkul konsep waktu secara lebih santai, menikmati momen ini tanpa terpaku pada masa lalu atau masa depan. "Sekarang adalah satu-satunya waktu yang nyata yang kita miliki," tegas Tolle.

Selain itu, buku ini mencakup topik kebangkitan spiritual melalui kesadaran sejati. Tolle berbicara tentang pencerahan dan pengalaman diri yang mendalam, menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk mencapainya dengan mengatasi identifikasi dengan pikiran dan emosi.

Pandangan Tolle tentang hubungan juga unik, mengajak pembaca untuk membawa kehadiran sejati ke dalam interaksi dengan orang lain. Dia membahas bagaimana hubungan dapat menjadi jalan menuju pertumbuhan spiritual dan mengatasi ketegangan yang muncul dari identifikasi ego.

Melalui bukunya, Tolle menyelipkan petuah praktis tentang bagaimana mengintegrasikan kesadaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Ia menawarkan latihan-latihan meditasi dan pengamatan pikiran yang dapat membantu pembaca untuk meresapi konsep-konsep yang dijelaskan dalam buku ini.

"The Power of Now" juga menggali konsep cinta dan kebijaksanaan, menunjukkan bahwa kedua hal tersebut muncul secara alami ketika seseorang hidup dalam kehadiran sejati. Cinta sejati, menurut Tolle, tidak bergantung pada orang atau situasi tertentu, melainkan merupakan ekspresi dari keberadaan spiritual yang mendalam.

Pembahasan mengenai "bagaimana cara memperoleh kekuatan sejati" juga merupakan puncak buku ini. Tolle menyajikan pandangan yang memberdayakan, menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak ditemukan di luar diri, melainkan melalui kesadaran dan penerimaan terhadap momen ini.

Sebagai penutup, Tolle mengingatkan bahwa perubahan yang sejati dimulai dari dalam diri kita sendiri. Ia memberikan pesan tentang pentingnya membawa kehadiran sejati ke dalam setiap aspek kehidupan, menciptakan transformasi pribadi yang pada gilirannya dapat mempengaruhi dunia di sekitar kita.

Dengan kebijaksanaan sederhana namun mendalam, "The Power of Now" oleh Eckhart Tolle mengajak pembaca untuk mengalami kehidupan dengan penuh kesadaran dan kehadiran. Buku ini menawarkan panduan praktis untuk meninggalkan beban pikiran dan menemukan kedamaian batin, menjadi undangan untuk menjalani hidup dengan penuh arti dan kebahagiaan.

Eckhart Tolle melanjutkan bukunya dengan mengulas bagaimana pemahaman akan kehadiran sejati dapat membawa perubahan positif dalam kondisi kesehatan fisik dan mental. Ia menjelaskan bahwa kebiasaan meresapi momen ini dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan, memungkinkan tubuh untuk berada dalam keadaan keseimbangan alami.

Tolle juga membahas konsep "tindakan tanpa resistensi" atau tindakan yang berasal dari kehadiran sejati, bukan dari dorongan ego atau ketidakpuasan. Ia memberikan panduan tentang cara menghadapi tantangan hidup dengan kedamaian batin, tanpa terjebak dalam perasaan takut atau kegelisahan.

Selanjutnya, buku ini menjelajahi bagaimana kehidupan spiritual dapat diintegrasikan dengan kehidupan sehari-hari. Tolle menawarkan wawasan tentang bagaimana setiap momen dapat dianggap sebagai peluang untuk pertumbuhan spiritual, bahkan dalam tindakan-tindakan sederhana seperti berjalan, makan, atau berbicara.

Pandangan Tolle tentang kehadiran sejati juga membahas kedalaman hubungan manusia dengan alam. Ia menyajikan gagasan tentang "kehadiran bersama" dengan alam, yang dapat memperkuat rasa keterhubungan dan kehormatan terhadap lingkungan di sekitar kita.

Buku ini mencakup topik yang mendalam tentang kebijaksanaan kolektif dan tanggung jawab sosial. Tolle mengajak pembaca untuk membawa kesadaran ke dalam isu-isu sosial dan lingkungan, serta menciptakan perubahan positif dalam masyarakat. Ia menunjukkan bahwa transformasi pribadi dapat membuka pintu untuk berkontribusi pada transformasi lebih luas di dunia.

Dalam bagian selanjutnya, Tolle memaparkan bagaimana penolakan terhadap kehadiran sejati dapat mengakibatkan konflik dan kekerasan di tingkat pribadi maupun global. Ia memperingatkan tentang bahaya identifikasi ego yang berlebihan dan cara menghindari jatuh ke dalam perangkap konflik yang tak perlu.

Buku ini juga menggali konsep "tahapan menuju kesadaran sejati", menunjukkan bahwa perjalanan spiritual adalah proses bertahap. Tolle memberikan perspektif yang bijak mengenai bagaimana seseorang dapat bergerak dari identifikasi dengan pikiran ke kehadiran sejati melalui kesadaran dan latihan kesadaran.

Sebagai penutup, Tolle menyoroti pentingnya keseimbangan antara kehadiran sejati dan tindakan praktis dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyajikan pandangan yang realistis bahwa tantangan akan terus muncul, tetapi dengan menjalani kehidupan dengan penuh kehadiran, seseorang dapat menghadapinya dengan kedamaian batin.

"The Power of Now" oleh Eckhart Tolle bukan hanya buku tentang konsep spiritual, melainkan undangan untuk menjalani hidup secara lebih sadar dan penuh arti. Dengan penekanan pada momen ini, Tolle membimbing pembaca menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kesejatian mereka sendiri dan cara mengalami kehidupan dengan penuh kehadiran.

Buku ini telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia untuk menjalani hidup dengan lebih sadar dan lebih damai. Pesan yang sederhana namun kuat dari Tolle mengajak kita untuk melepaskan beban pikiran dan menemukan kebahagiaan yang sejati di dalam diri kita. "The Power of Now" tidak hanya sebuah buku, tetapi perjalanan spiritual yang memimpin pembaca menuju pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka dan kehidupan yang lebih bermakna.

Share:

Resume Buku "Sapiens: A Brief History of Humankind" oleh Yuval Noah Harari

"Sapiens: A Brief History of Humankind" oleh Yuval Noah Harari menggambarkan perjalanan panjang manusia dari zaman prasejarah hingga peradaban modern. Buku ini memaparkan evolusi sosial, budaya, dan politik dengan cara yang mendalam dan mendalam. Harari menguraikan sejarah umat manusia menjadi empat revolusi besar: Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian, Revolusi Agraria, dan Revolusi Ilmiah. Melalui narasinya yang meyakinkan, ia membawa pembaca dalam perjalanan mengagumkan yang membentuk manusia menjadi spesies dominan di Bumi.

Revitalisasi pertama, Revolusi Kognitif, membahas bagaimana manusia purba mengembangkan kemampuan berpikir simbolis dan bahasa. Harari menyoroti keunikan Homo sapiens dalam mampu berkomunikasi tentang konsep-konsep abstrak dan membangun kolaborasi yang kompleks. Ini menciptakan dasar bagi manusia untuk membentuk masyarakat dan budaya yang kompleks.

Revitalisasi kedua, Revolusi Pertanian, menandai peralihan dari gaya hidup pemburu-pengumpul ke pertanian dan pemukiman tetap. Meskipun membawa perubahan signifikan dalam produksi makanan, Revolusi Pertanian juga membawa konsekuensi seperti ketidaksetaraan sosial dan pekerjaan yang lebih keras. Harari mengajukan pertanyaan kritis tentang apakah pertumbuhan penduduk dan surplus makanan benar-benar membawa kebahagiaan.

Revolusi Agraria, yang ketiga, membahas dampak global dari penemuan dan penjelajahan baru. Harari menjelaskan bagaimana kekayaan yang datang dari koloni membentuk dunia dan memperkenalkan perdagangan global serta eksploitasi kekayaan alam. Penjajahan Eropa di Amerika, Afrika, dan Asia menjadi poin penting dalam menyajikan perkembangan sosial dan ekonomi dunia.

Revolusi Ilmiah, yang keempat, merupakan puncaknya dalam membentuk dunia modern. Harari mengeksplorasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah cara kita memandang alam semesta. Revolusi Ilmiah menciptakan kemajuan besar dalam bidang medis, teknologi, dan pengetahuan umum, tetapi juga membawa tantangan etika dan politik yang kompleks.

Dalam perjalanan ini, Harari menyoroti peran agama dan keyakinan dalam membentuk masyarakat manusia. Dia membahas bagaimana agama digunakan untuk mengontrol massa dan memberikan dasar moral bagi tindakan kolektif. Sementara itu, Harari juga mengeksplorasi peran ekonomi dan politik dalam membentuk dinamika global.

Buku ini tidak hanya menyuguhkan sejarah kronologis, tetapi juga mendorong pembaca untuk merenung tentang dampak perubahan sosial dan teknologi terhadap manusia. Harari mengajukan pertanyaan sulit tentang nilai dan tujuan kita sebagai spesies serta konsekuensi dari pilihan kolektif yang telah kita buat.

Dalam penutupnya, Harari merinci bagaimana globalisasi dan teknologi informasi terkini membawa tantangan baru. Dia mengingatkan kita tentang tanggung jawab bersama dalam menghadapi isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan ekonomi. "Sapiens" oleh Yuval Noah Harari bukan hanya sejarah; itu adalah refleksi mendalam tentang identitas dan arah manusia sebagai makhluk sosial.

Buku ini juga membahas pergeseran paradigma dalam pemahaman manusia terhadap dunia dan diri mereka sendiri. Harari menciptakan pemahaman tentang "Mitos Bersama" yang membantu menggabungkan kelompok besar manusia dan menciptakan solidaritas di antara mereka. Mitos seperti agama, bangsa, dan uang menjadi alat penting dalam membentuk identitas kolektif dan memungkinkan kerja sama yang lebih besar di dalam masyarakat.

Harari mengajukan pertanyaan tentang dampak moral dari kemajuan ilmiah dan teknologi, terutama dalam konteks manipulasi genetik dan kecerdasan buatan. Dia mengingatkan kita bahwa sains tidak selalu menghasilkan jawaban yang jelas atau solusi yang adil, dan kita perlu mempertimbangkan implikasi etis dari setiap kemajuan signifikan.

Sebagai penutup buku, Harari mengeksplorasi gagasan bahwa kemajuan manusia menuju "Homo Deus" atau manusia yang semakin mengendalikan takdirnya sendiri. Dia membahas potensi pengembangan teknologi yang memungkinkan manusia mengatasi batasan biologis mereka, membawa kita ke era baru di mana manusia mungkin dapat memanipulasi tubuh dan pikiran mereka sendiri.

"Sapiens: A Brief History of Humankind" bukan hanya dokumentasi sejarah, tetapi juga undangan untuk merenung tentang masa depan kita. Harari memimpin pembaca untuk melihat bagaimana pilihan dan tindakan kolektif kita saat ini akan membentuk perjalanan manusia ke depan. Dengan cara yang menarik dan berpikiran terbuka, ia mengundang kita untuk mempertimbangkan apa artinya menjadi manusia dan bagaimana kita ingin membentuk dunia kita ke depan.

Buku ini berhasil menggabungkan sejarah, sains, dan filsafat dalam narasi yang mudah dimengerti, menjadikannya karya yang memikat dan relevan. "Sapiens" bukan hanya untuk mereka yang tertarik pada sejarah, tetapi juga untuk siapa saja yang ingin memahami akar perubahan sosial dan mempertimbangkan dampak masa lalu terhadap masa depan. Keseluruhan, buku ini adalah perjalanan menarik melalui waktu yang tidak hanya mengedukasi tetapi juga mendorong refleksi mendalam tentang esensi manusia dan perannya dalam perjalanan sejarah.

Buku ini menciptakan dialog yang relevan tentang tantangan dan peluang yang dihadapi manusia dalam menghadapi masa depan yang kompleks. Harari dengan bijak menggarisbawahi bahwa kita, sebagai individu dan masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk memahami dampak keputusan kolektif kita terhadap dunia di sekitar kita.

Pembaca diundang untuk memikirkan cara di mana teknologi dan globalisasi dapat membentuk masa depan. Dalam menghadapi perubahan cepat, Harari menekankan pentingnya keterampilan adaptasi dan pemikiran kritis. Ia mencoba meresapi pikiran pembaca dengan pemahaman bahwa kita mungkin menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga memiliki kesempatan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

Sementara membahas evolusi manusia, Harari mengajak kita untuk melihat diri kita sendiri dengan jujur dan mengenali potensi serta kelemahan kita. Dia memberikan gambaran yang realistis tentang kekuatan dan keterbatasan Homo sapiens, sekaligus menyoroti keunikan dan kompleksitas manusia sebagai spesies. Buku ini memberikan kerangka berpikir yang mendalam untuk memahami peran kita di dalam rantai evolusi dan bagaimana kita dapat membentuk arah masa depan.

Sebagai penutup yang memotivasi, Harari menekankan perlunya kohesi global dalam mengatasi tantangan bersama seperti perubahan iklim dan ketidaksetaraan. Dia menciptakan gambaran tentang bagaimana kolaborasi antarindividu, kelompok, dan negara dapat menjadi kunci untuk mengatasi masalah global yang semakin kompleks. Dengan demikian, "Sapiens" tidak hanya menawarkan pengetahuan sejarah, tetapi juga merangsang pemikiran tentang bagaimana kita, sebagai masyarakat global, dapat membentuk masa depan.

Buku ini telah menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk lebih memahami sejarah manusia dan merenungkan peran mereka dalam menentukan arah masa depan. Karya Harari bukan hanya untuk akademisi atau pecinta sejarah, tetapi untuk semua orang yang ingin memahami esensi manusia dan mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan besar tentang keberadaan kita.

Dengan sentuhan yang khas, Harari mencampurkan fakta sejarah dengan pemikiran filosofis, menciptakan karya yang melampaui batasan genre sejarah tradisional. "Sapiens: A Brief History of Humankind" tidak hanya sebuah buku, melainkan undangan untuk menjalani refleksi mendalam tentang asal usul dan arah manusia di masa depan. Harari berhasil menciptakan karya yang mencengangkan dan membawa dampak yang akan dikenang dalam pemikiran pembaca.


Share:

Pinjol Syariah: Bagaimana Legalitas nya dalam hukum positif dan hukum Islam?



Akhir-akhir ini ada banyak media online memberitakan mengenai korban teror pinjol yang menyebabkan mereka yang tidak bisa membayar jadi stress, bahkan sudah ada yang bunuh diri. 

Hal itu terjadi karena besarnya bunga dari penyedia pinjol: mulai dari 0,8% sampai 3% perhari. Banyaknya fenomena pinjol ilegal juga membuat kasus pinjol ini seimakin semrawut. 

Pandangan hukum positif mengenai pinjol ini sudah saya jelaskan dalam tulisan sebelumnya. 

Jika kita melihat dalam perspektif Islam, ketika mendengar kata pinjol, biasanya yang akan ada di benak kita secara langsung adalah riba. Sebab memang framing media tentang ini memang selalu ke arah korban teror, bunga yang terlalu tinggi dan sebagainya. 

Padahal, sebagaimana ada bank konvensional dan bank syariah, dalam dunia per-pinjol-an pun ada juga yang namanya pinjol syariah. 

Pinjaman online atau pinjol ini dikenal dengan peer to peer (p2p) lending. Adapun yang syariah, P2P Lending Syariah. Dalam P2P syariah, konsepya didasarkan pada hukum Islam. Secara legalitas, model pinjol syariah ini telah diatur oleh BI, OJK dan MUI. Di mana di dalamnya sudah ada 36 lembaga yang tergabung. 

MUI mengatur mengenai hal itu melalui Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 mengenai Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.

Sebagaimana konsep syariah lainnya, sistem pinjol syariah menganut asas non riba atau tiidak menerapkan sistem bunga. Lalu bagaimana pinjol syariah mendapatkan hasil? Jawabannya adalah dengan beberapa mekanisme yang telah diatur dalam sistem syariah. 

Bagaimana mekanismenya? 

Sebelum masuk pada pembahasan mekanisme syariah dalam mengimplementasikan platform P2P Lending, mari kita bahas dulu mengenai mekanisme P2P lending ala konvensional. 

Nah, dalam P2P lending konvensional, pihak pemberi pinjaman (lender) secara langsung memberikan pinjaman kepada si penghutang (borrower). Jika pinjaman tersebut jatuh tempo, maka akan dibebankan bunga. Besaran bunga juga bervariasi, tergantung kebijakan lender yang disepakati borrower. 

Adanya hubungan langsung antara investor di balik lender ke borrower tanpa melalui pihak penengah menjadikan  platform P2P lending lebih efisien daripada harus meminjam ke bank. Sebab, akan menekan biaya-biaya yang biasanya dibebankan oleh bank. Sayangnya, dalam praktek ternyata perusahaan pinjol malah memasang bunga yang melebihi batas maksimal. 

Seperti contoh, dalam konsep peminjaman ke bank, si A butuh uang 10 juta, maka dia harus datang ke bank untuk mengajukan pinjaman. Uang di bank pun bukan murni punya bank, tapi punya investor. Artinya, bank butuh profit atas pinjaman itu dan bank juga harus membagi profit tersebut ke pihak investor. Sehingga bunga yang dibebankan pun harus disesuaikan dengan pertimbangan tersebut. 

Sementara dengan platform P2P lending, si A langsung mengajukan pinjaman terhadap investor (lender atau perusahaan pinjaman online) tanpa melalui bank. 

Dalam proses pinjaman itu, jika ternyata si penghutang jatuh tempo, maka dia harus membayar bunga. Beda-beda masing perusahaan pinjaman, mulai 0,8-3%. Konsepnya sesederhana itu. 

Lalu bagaimana dengan P2P lending syariah? 

Dalam konsep syariah, fokusnya ada pada akad yang dilakukan. Akad atau perjanjian ini harus sudah disetujui sebelumnya oleh para pihak, baik lender atau borrower. 

Jika pinjol konvensional kita tinggal mengajukan pinjaman ketika disetujui uang akan langsung cair, dalam prinsip pinjol syariah, tidak sesederhana itu. 

Istilah dalam pinjol syariah bukan pinjaman, melainkan pembiayaan. Sebab terminologi pinjaman dalam syariah memiliki arti, jika kita meminjam 100 berarti harus dikembalikan 100 juga. Tidak boleh lebih. 

Dalam pinjol syariah, ada beberapa model pembiayaan, yakni sebagai berikut:

Jual Beli

Jika seseorang butuh uang, maka dia harus memastikan untuk apa uang itu digunakan. Semisal uang itu akan digunakan untuk membeli mobil, maka akadnya adalah jual beli. 

Nanti yang membelikan mobil adalah pihak lender, kemudian akan dijual ke borrower. Semisal harga mobil  200 juta dibelikan lender syariah, maka pihak borrower akan membayarnya sebesar 210 juta. Hanya contoh. 

2. Bagi Hasil

Jika borrower mengajukan uang tersebut sebagai modal usaha, maka bisa memakai akad bagi hasil. Bisa jadi mudhorobah atau musyarokah. Mudhorobah adalah semua modal ditanggung lender. Kemudian musyarokah ada modal juga dari pihak borrower. Adapun persentasenya nanti harus disepakati dengan jelas. 

Dalam contoh praktis semisal si A butuh uang untuk buka usaha toko karpet, maka lender akan berdiskusi terlebih dahulu dengan borrower kira-kira berapa persen bagi hasil akan dilakukan. Bisa jadi 50-50, atau yang lain. Tergantung kesepakatan. 

3. Sewa menyewa

Jika borrower mengajukan uangnya untuk menyewa ruko, maka bisa memakai akad sewa menyewa. Lender akan menyewakan langsung rukonya. Semisal jika harganya 50 juta, maka lender akan menyewakan dengan harga 5,1 juta juta pada borrower. 

Beberapa contoh di atas disertai catatan bahwa tidak boleh unsur keharaman di dalamnya. Seperti jika borrower mengajukan pinjaman untuk bisnis miras, prostitusi, dll. 

Dari sini sudah jelas bahwa P2P konvensional ialah pinjaman berbasis bunga. Adapun P2P syariah ialah pembiayaan tanpa bunga dan tergantung pada akad yang dilakukan. 

Dengan demikian, berdasarkan konsep syariah, maka platform seperti ini dibolehkan dalam Islam. Artinya, pinjol syariah boleh-boleh saja. Asalkan dana tidak digunakan untuk hal yang diharamkan. 

Mungkin banyak di antara kita akan janggal pada hal ini. Sebab, secara subtansial, hukum Islam melarang adanya bunga atau riba dalam akad hutang piutang supaya tidak membebankan si penghutang. Dengan adanya mekanisme yang seperti itu, meskipun secara formil sudah sesuai dengan akad yang ditetapkan syariah, tapi secara esensial tetap saja itu membebankan pihak borrower. 

Menurut saya, dalam melihat fenomenal pinjol syariah ini kita juga harus mengacu pada kemaslahatan bersama. Tidak hanya pada aspek subtansial kasuistik dalam pembiayaan oleh lender. 

Karena jika pinjol syariah ini dilarang karena dianggap tidak sesuai dengan subtansi hukum Islam, maka mungkin akan banyak umay Islam yang membutuhkan pembiayaan dalam keadaan darurat atau tidak merasa bingung, karena hanya ada opsi pinjol konvensional. 










Share:

Menelaah Hukum Pinjol Dari Dua Aspek: Hukum Positif dan Hukum Islam

 

Hukum pinjol


Dalam tulisan ini, saya tertarik untuk mengupas hukum pinjol dari dua aspek: hukum islam dan hukum positif.

Di masa pandemi ini, fenomena gagal bayar pinjol (pinjaman online) kok ya semakin marak terjadi. Terakhir itu pada Oktober 2021 lalu, seorang ibu rumah tangga berumur 38 tahun gantung diri setelah putus asa karena tidak dapat membayar pinjaman uang pada 23 pinjol sekaligus. Begitu beritanya.

Atas laporan kematian itu, pihak polisi langsung bergegas mencari pelaku yang menyebabkan si Ibu ini sampai bunuh diri. Nah, polisi menangkap 7 tersangka di beberapa lokasi di Tangerang dan Jakarta.

Setelah menguak keterangan dari tersangka, tebak berapa gaji si tukang teror pinjol yang menyebabkan si ibu sampai bunuh diri? Gajinya UMR? NO! 2 Kali lipat UMR? NO! Berapa? Gajinya untuk sekedar menelpon dan mengirim pesan pada para korban yang gagal bayar itu ada pada kisaran 15 juta.

Besar sekali kan? Jelas. Besaran gajian itu juga pasti karena besaran laba perusahaan pinjol. Lalu, darimana laba pinjol? Dari Bunga! Bayangkan saja, Dedi, salah satu korban pinjol meminjam 2,5 juta di salah satu pinjol, hingga Oktober 2021, dia sudah membayar 100 juta beserta bunganya pun masih dinyatakan belum lunas. Super bukan? Data terakhir mengatakan perputaran uang di pinjol sampai 260 Triliun.

Mengenai bunga Pinjol legal, dibatasi oleh pemerintah. Platform ini disepakati  maksimal mendapatkan bunga 0,8% perharinya. Sehingga dalam sebulan bisa mencapai 24% dan dalam 90 hari sebesar 72%. Untuk Pinjol ilegal ini yang waw, bunga bahkan sampai 2-3% perhari. Jika sebulan berarti berlipat menjadi 60-90%. 3 bulan menjadi 180-270%.

Lantas bagaimana hukum pinjol?

Saya akan melihat dari sudut pandang hukum positif atau hukum yang berlaku di Indonesia terlebih dahulu.

Dari aspek hukum positif, bagaimana kedudukan pinjol? apakah legal? Jawabannya adalah tergantung pinjolnya. Sampai saat ini, ada sekitar 106 pinjol legal di Indonesia. Kemudian pada data bulan Agustus, terdapat sekitar 442 pinjol ilegal yang beroperasi.

Untuk memeriksa apakah pinjol legal atau tidak, kita bisa memeriksanya dengan menghubungi OJK dengan menelpon 157 atau juga bisa melalui layanan Whatsapp 081157157157. Atau bisa cek langsung di laman www.ojk.go.id

Sekedar informasi, pinjol legal adalah pinjol yang sudah didaftarkan di OJK, yang ilegal yang tidak terdaftar.

Untuk hukum pinjol yang ilegal, secara hukum positif mereka tidak mempunyai kedudukan hukum. Adanya mereka tidak sah dari sudut pandang hukum perdata. Sebab, mereka tidak punya syarat subjektif ataupun objektif. Itulah yang kemudian mendorong Pak Mahfud ini menyuruh masyarakat untuk tidak usah membayar hutang ke pinjol.

Lantas apa sih yang dimaksud pak Mahfud itu dengan Subjektif objektif itu? Begini..

Jadi mengenai perjanjian pinjam meminjam itu sudah diatur dalam Bab XIII Buku III pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”), khususnya di Pasal 1754 KUH Perdata yang bunyinya itu:

"Pinjam pakai habis adalah suatu perjanjian, yang menentukan pihak pertama menyerahkan sejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang sama."

Nah sebab ini adalah perjanjian, makan juga tunduk pada Pasal 1320 KUH Perdata yakni:

"Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat;
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang."

Apa hubungannya Pasal di atas dengan Subjektif objektif seperti penjelasan Pak Mahfud? Jawabannya adalah karena menurut
R. Subekti salah satu ahli hukum perdata di Indonesia, dalam buku Hukum Perjanjian  menjelaskan kalo syarat 1 dan 2 di atas dinamakan syarat subjektif sebab berkaitan dengan masing-masing orang atau subjek tertentu. Nah, syarat 4 dan 3 itu masuk pada syarat objektif, sebab berkaitan dengan perjanjian yang dilakukan.

Konsekuensinya, kalo syarat objektif tidak terjadi, maka perjanjian batal demi hukum. Kalo syarat subjektif yang tidak terpenuhi, maka salah satu pihak boleh tuh minta supaya perjanjian dibatalkan.

Jadi mungkin itulah yang menjadi dasar Pak Mahfud meminta orang yang meminjam di pinjol ilegal tidak usah bayar. Karena tidak memenuhi unsur di atas. Demikian alasan hukum pinjol diminta tidak usah bayar.

Bagaimana dengan teror yang dilakukan pinjol ilegal? Untuk masalah teror ini, sebenarnya tidak hanya dilakukan pinjol ilegal, tapi juga yang legal.

YLKI atau Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mengatakan bahwa dalam masalah teror seperti itu tidak hanya dilakukan pinjol ilegal, tapi juga pinjol legal. Nah, YLKI mengatakan bahwa 30% laporan seputar teror pinjol dari masyarakat itu dilakukan pinjol yang legal.

Ada ancaman hukum bagi pinjol yang nekat nagih hutangnya dengan cara-cara seperti itu.  Seperti ancamam pada Pasal 368 KUH Pidana tentang pemerasan. Kemudian juga ada Pasal 335 KUH Pidana mengenai perbuatan tidak menyenangkan. Juga ada UU ITE dan juga Undang-undang Perlindungan Konsumen.

Pada kesimpulannya, secara hukum positif hukum pinjol ini relatif. Jika kita meminjam uang di pinjol legal atau yang terdaftar di OJK, maka kita harus mengembalikannya sesuai kesepakatan. Jika kita gagal bayar lalu pinjol legal itu meneror kita dengan cara yang melanggar Undang-undang sebagaimana yang marak saat ini, kita bisa lapor ke pihak kepolisian.

Jika kita terlanjur meminjam ke pinjol ilegal, maka berdasarkan pendapat Pak Mahfud kita tidak usah membayar. Sebab secara hukum itu bertentangan dengan syarat subjektif ataupun objektif. Saran dari saya kalo bisa tetap bayar, tapi pokoknya saja. Jika pinjol itu meneror, laporkan ke pihak kepolisian.

Demikian dalam hukum positif, lalu bagaimana hukum pinjol dalam Islam?

Sebelum masuk pada pembahasan pinjol secara menyeluruh, saya akan coba urai hukum meminjam secara online (bukan hukum pinjol). Bolehkan meminjam uang secara online? Hukumnya boleh. Asalkan akadnya jelas.

Ada ibarat jelas sebagaimana yang dipaparkan oleh Abdul Muis Ali Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI:

والعبرة في العقود لمعانيها لا لصور الألفاظ.... وعن البيع و الشراء بواسطة التليفون والتلكس والبرقيات, كل هذه الوسائل وأمثالها معتمدة اليوم وعليها العمل.

"Yang dipertimbangkan dalam akad-akad adalah subtansinya bukan bentuk lafadznya, dan jual beli via telpon, telegram dan sejenisnya telah menjadi alternatif yang utama dan dipraktekkan." (Syaikh Ahmad bin Umar Asy-Syathiri, Syarh al-Yaqut an-Nafiis, II/22)

Permasalahannya adalah dalam pinjol tidak bisa dilepaskan dari yang namanya bunga. Pinjol memberikan kita pinjaman karena mereka menginginkan laba. Satu-satunya laba yang mereka dapatkan adalah dari bunga pinjaman.

Bunga inilah yang kemudian disebut dengan riba dalam Islam. Sedangkan riba sendiri dilarang sebagai dalam Surat Al-Baqarah ayat 278-280:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَاإِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَفَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَوَإِن كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَن تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.


Larangan tersebut juga terdapat dalam hadis Nabi:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا سِمَاكٌ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا، وَمُؤْكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Simak, telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, dari ayahnya, ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat orang yang makan riba, orang yang memberi makan riba, saksinya dan penulisnya. (HR. Abu Dawud).

Sedangkan dalam pinjol sebagaimana yang kita tahu, ada bunga di setiap transaksi. Bahkan untuk yang ilegal bunganya bisa sampai 2-3%. Maka jelas, dalam Islam, hukum pinjol itu dilarang. Secara fiqh, riba dengan pinjaman uang ini sama dengan riba al-qardh. Riba dengan memberikan pinjaman uang dengan tambahan ketika membayar.

Semoga bermanfaat. Terbuka ruang diskusi untuk masalah hukum pinjol ini. Boleh berpendapat di kolom komentar. Terimakasih.

Share:

Summary dari buku "How to Win Friends and Influence People" Karya Dale Carnagie

 "How to Win Friends and Influence People" karya Dale Carnegie merupakan panduan klasik untuk berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan yang bermakna. Diterbitkan pada tahun 1936, prinsip-prinsip yang diuraikan dalam buku ini tetap relevan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari interaksi personal hingga usaha profesional. Buku ini adalah eksplorasi komprehensif tentang psikologi dan perilaku manusia, memberikan saran praktis tentang bagaimana menavigasi interaksi sosial dengan kelembutan dan otentisitas.

Pendekatan dasar Carnegie berputar di sekitar gagasan bahwa kesuksesan dalam kehidupan personal dan profesional sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memahami dan memengaruhi orang lain secara positif. Ia memulai dengan menekankan pentingnya menghindari kritik dan kecaman, mendorong pembaca untuk mendekati orang lain dengan empati dan pemahaman. Carnegie berargumen bahwa orang lebih responsif terhadap dorongan positif daripada kritik, dan ia mendorong pembaca untuk fokus pada menggarisbawahi kelebihan orang lain daripada menyoroti kelemahan mereka.

Penulis memperkenalkan konsep membuat orang merasa penting, menegaskan bahwa apresiasi dan pengakuan yang tulus memiliki dampak besar. Ia berbagi anekdot dan contoh kehidupan nyata untuk mengilustrasikan pengaruh pengakuan terhadap kontribusi dan prestasi orang lain. Carnegie menganjurkan untuk mendengarkan dengan aktif, menekankan pentingnya benar-benar memahami sudut pandang orang lain sebelum menyatakan pendapat sendiri. Dengan menunjukkan minat yang tulus terhadap orang lain, individu dapat membentuk hubungan yang lebih kuat dan membangun sikap yang baik.

Buku ini merinci seni persuasi dan pengaruh, menekankan pentingnya menghindari argumen dan mengadopsi pendekatan diplomatis dalam penyelesaian konflik. Carnegie menganjurkan untuk menemukan titik temu dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mempertahankan harga diri mereka, menciptakan atmosfer saling menghormati. Ia memberikan strategi untuk membimbing percakapan menuju hasil yang positif, mendorong kerja sama daripada pertentangan.

Sebagian besar buku didedikasikan untuk prinsip-prinsip yang terkait dengan kepemimpinan dan keterampilan interpersonal. Carnegie memberikan wawasan tentang komunikasi efektif, menekankan dampak senyuman tulus dan penggunaan nama seseorang dalam membuat orang lain merasa dihargai. Ia menjelajahi kekuatan dorongan dan peran antusiasme dalam memberikan energi kepada orang-orang di sekitar kita. Buku ini juga membahas pentingnya mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atasnya, karena hal ini membangun kepercayaan dan kredibilitas.

Sepanjang halaman-halaman "How to Win Friends and Influence People," Carnegie menekankan pentingnya memahami sifat manusia. Ia membahas keinginan akan kepentingan dan pengakuan, menegaskan bahwa mengakui prestasi orang lain memenuhi kebutuhan manusia yang mendasar ini. Buku ini mendorong pembaca untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain, memupuk empati dan kasih sayang.

Salah satu prinsip mencolok dalam buku ini adalah gagasan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara tentang diri mereka sendiri. Carnegie berpendapat bahwa membiarkan orang berbagi pemikiran dan pengalaman mereka membuat mereka merasa penting dan dihargai. Ia memberikan tips praktis tentang cara memulai percakapan dan menjadikannya menarik, menekankan nilai minat yang tulus terhadap orang lain.

Carnegie mengakhiri bukunya dengan mengingatkan akan kekuatan transformatif dari prinsip-prinsip ini. Ia berbagi kisah sukses individu yang menerapkan prinsip-prinsip buku ini dalam hidup mereka dan meraih hasil positif. Keseluruhan, "How to Win Friends and Influence People" merupakan panduan yang berharga untuk mereka yang ingin meningkatkan keterampilan interpersonal mereka, memahami psikologi manusia, dan membina hubungan yang positif dalam berbagai aspek kehidupan.

Dale Carnegie melalui bukunya juga membahas secara mendalam mengenai prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif. Ia menggarisbawahi bahwa pemimpin yang berhasil adalah mereka yang mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain, bukan hanya dengan otoritas, tetapi juga dengan keempatinya. Buku ini menciptakan pemahaman tentang perlunya menciptakan lingkungan kerja yang positif, di mana setiap individu merasa dihargai dan didengarkan.

Pentingnya mengakui keberhasilan orang lain juga menjadi fokus dalam konteks kepemimpinan. Carnegie mengajarkan bahwa seorang pemimpin yang efektif adalah yang memberikan penghargaan kepada bawahannya dan memastikan bahwa setiap kontribusi dihargai. Ini menciptakan semangat kerja yang tinggi dan meningkatkan produktivitas.

Buku ini tidak hanya membahas interaksi sosial dalam konteks profesional, tetapi juga merambah ke kehidupan pribadi. Carnegie menyoroti kebutuhan akan hubungan yang sehat dan bermakna. Ia menekankan pentingnya menyatakan penyesalan ketika diperlukan, sehingga dapat memperbaiki hubungan yang mungkin tegang. Selain itu, ia memberikan wawasan tentang cara memotivasi orang lain dengan membangkitkan kepercayaan diri mereka.

Konsep memberikan pujian dengan tulus dan menghindari kritik yang merendahkan terus menjadi tema utama dalam buku ini. Carnegie memberikan panduan praktis tentang cara menyampaikan kritik dengan cara yang membangun dan memastikan bahwa pesan disampaikan dengan penuh kehati-hatian. Ia menyarankan agar kritik disampaikan secara tidak langsung dan diikuti dengan saran konstruktif untuk perbaikan.

Pentingnya memiliki pendekatan positif terhadap orang lain juga menjadi poin kunci. Buku ini membantu pembaca untuk melihat peluang dalam setiap situasi dan menemukan solusi daripada terjebak dalam negativitas. Carnegie mendorong pembaca untuk membangun reputasi positif dengan cara bersikap ramah dan tulus terhadap orang lain.

"How to Win Friends and Influence People" bukan hanya sekadar panduan etika berkomunikasi, tetapi juga merupakan fondasi dari banyak prinsip manajemen dan pengembangan diri yang digunakan oleh para profesional di berbagai bidang. Buku ini menjadi rujukan bagi mereka yang ingin meningkatkan keterampilan sosial mereka, memahami dinamika manusia, dan mencapai kesuksesan melalui hubungan yang kuat.

Dalam keseluruhan, buku ini menyuguhkan pandangan yang mendalam tentang psikologi manusia dan memberikan pedoman praktis untuk mencapai keberhasilan dalam berinteraksi dengan orang lain. Seiring berjalannya waktu, prinsip-prinsip yang diuraikan oleh Dale Carnegie tetap relevan dan terbukti efektif dalam membentuk kualitas hubungan personal dan profesional. Bagi siapa pun yang ingin memperkaya kehidupan sosial dan karir mereka, buku ini tetap menjadi bacaan yang berharga.

Share:

Resume Buku "Automic Habits"

 Memecahkan kebiasaan buruk dan membentuk kebiasaan yang diinginkan adalah perjuangan umum, seringkali muncul di sekitar Tahun Baru. "Atomic Habits" karya James Clear memberikan wawasan dalam proses ini, menekankan kekuatan perubahan kecil dalam rutinitas harian. Buku ini menggali sifat bertumpuknya kebiasaan, membandingkan tindakan massif dengan peningkatan satu persen. Clear menjelaskan realitas kemajuan, menyerupai "lembah kekecewaan" sebelum hasil signifikan muncul.

Konsep tujuan versus sistem dijelaskan, menyarankan fokus pada sistem (kebiasaan harian) daripada tujuan spesifik untuk mencapai kemajuan yang lebih berkelanjutan. Clear memperkenalkan gagasan kebiasaan atomis - rutinitas kecil yang mengakumulasi menjadi hasil positif seiring waktu. Dia mengidentifikasi tiga lapisan perubahan perilaku: hasil, proses, dan identitas, menekankan pentingnya mengubah identitas untuk mendukung kebiasaan yang diinginkan.

Loop kebiasaan - isyarat, keinginan, respons, hadiah - merupakan aspek kunci. Clear memberikan empat hukum untuk menciptakan kebiasaan yang efektif: jadikan jelas, jadikan menarik, jadikan mudah, dan jadikan memuaskan. Strategi praktis melibatkan kartu skor kebiasaan, pengelompokan godaan, dan tumpukan kebiasaan. Lingkungan memainkan peran penting, karena isyarat dan pemicu memengaruhi pembentukan kebiasaan. Clear menganjurkan untuk mengurangi gesekan dan mempersiapkan lingkungan untuk membuat kebiasaan yang diinginkan lebih menarik.

Peran dopamine dalam pembentukan kebiasaan dibahas, menekankan pentingnya membuat kebiasaan menarik melalui hadiah langsung. Buku ini menjelajahi motif dasar yang memandu perilaku dan dampak kebiasaan modern pada keinginan kuno. Clear menyarankan untuk memprogram kembali otak untuk mengaitkan kesenangan dengan kebiasaan positif.

Hukum ketiga, membuatnya mudah, melibatkan fokus pada pengulangan daripada waktu. Strategi melibatkan mengurangi gesekan, menggunakan aturan dua menit, dan mempersiapkan lingkungan. Hukum terakhir, membuatnya memuaskan, menyoroti pentingnya hadiah langsung dan tindakan visual untuk memantau kemajuan. Clear mendorong untuk menghindari ketidakcocokan antara hasil langsung dan hasil tertunda.

Pemantau kebiasaan menjadi alat berharga untuk memperkuat kebiasaan, dan Clear menyarankan untuk tidak memutuskan rantai. Akuntabilitas penting, dengan kontrak kebiasaan berfungsi sebagai alat komitmen. Video ini memberikan aplikasi pribadi dari prinsip-prinsip ini untuk membentuk kebiasaan olahraga dan membaca yang konsisten sambil menghilangkan konsumsi media sosial yang berlebihan.

Secara keseluruhan, "Atomic Habits" menawarkan panduan komprehensif untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk dan membangun kebiasaan yang diinginkan melalui strategi praktis, pergeseran pola pikir, dan penyesuaian lingkungan.

Share:

Korupsi dan Demokrasi Transaksional



Moh. Usman
mohusmanainurrofiq@gmail.com

Pasang Surut Demokrasi Kita: Sebuah Pengantar

Sejak pertama kali diproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia dideklarasikan sebagai negara republik. Latar belakang sejarah yang patriotik, kultur dan agama yang divergen menjadikan sistem negara dengan corak republik sangat cocok diterapkan di Indonesia. Konsep ini telah digariskan oleh founding father Indonesia di dalam konstitusi negara, UUD 1945.

Dalam sistem pemerintahan republik, dikenal slogan “dari rakyat untuk rakyat”. Artinya yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menjalankan pemerintahan adalah rakyat. Sebab pada dasarnya kata republik berasal dari bahasa latin “res republica” yang secara lugawi memiliki makna “urusan awam”. Konsep ini sebenarnya sudah dianut di era Romawi kuno yang bertahan sejak 509 SM sampai dengan 44 SM. Karena pemerintahan dilaksanakan sendiri oleh rakyat, maka secara otomatis konsep ini menuntut pola pemerintahan yang demokratis.

Melalui sistem yang demokratis, semua elemen masyarakat mempunyai hak politis yang sama. Tak heran, di awal kemerdekaan Indonesia, pemilihan umum di tahun 1955 sudah diikuti oleh 118 peserta yang terdiri dari 36 peserta partai politik, 34 organisasi kemasyarakatan dan 48 perorangan. Di awal implementasinya, sistem ini dianggap terlalu liberal untuk negara yang tergolong masih baru, sehingga membuat Ir. Soekarno, Presiden Indonesia kala itu memilih untuk menerapkan demokrasi terpimpin. Namun secara garis besar, negara tetap menjamin hak politis masyarakat untuk mendirikan partai atau aktif di partai politik manapun. Meski demikian, pertikaian politik tetap saja terjadi sehingga perkembangan menjadi prioritas yang ke sekian.

Masuk ke era periode orde baru, belajar dari masa lalu, Soeharto sadar bahwa demokrasi yang terlalu liberal hanya akan menciptakan banyak kegaduhan. Lambat laun interpretasi mengenai demokrasi mulai dipersempit tuang lingkupnya. Akses masyarakat untuk mendapatkan keterbukaan informasi di intitusi pemerintahan semakin terbatas. Partai politik dipadatkan hanya menjadi 3 bagian. Pers dibredel dan dipersulit ijin edarnya. Sementara tentara berkuasa di segala lini. Demokrasi pada saat itu tak lebih dari sekedar titel dan seremoni. Transparansi dikekang yang menjadikan peluang terhadap banyak birokrat untuk melakukan praktek-praktek ilegal. Pada akhirnya, koruspi, kolusi dan nepotisme terjadi hampir di semua lini.

Setelah keluar dari trah orde baru, nilai-nilai demokrasi di Indonesia mulai benar-benar bisa dikukuhkan. Ini dapat dilihat dari disahkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang pro demokrasi seperti Undang-undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, Undang-undang Np. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan beberapa peraturan perundang-undangan lain. Kemudian juga dapat dilihat dari upaya merevitalisasi lembaga-lembaga instrumen demokratitasi seperti lembaga konstitusi, KPU, penghapusan dwifungsi ABRI, termasuk di antara pembangunan lembaga anti rasuah yang sampai saat ini dikenal dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.

Jejak panjang orde baru selama kurang lebih 32 tahun berkuasa dengan otoriterianismenya telah banyak membentuk alam bawah sadar birokrasi di Indonesia sulit terlepas dari praktek-praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang telah lama berjalan. Akhirnya praktek tersebut seperti menjadi kebiasaan yang sampai saat ini sulit untuk diubah.


Demokrasi Transaksional: Akar Korupsi di Segala Lini

Di era reformasi ini, masyarakat mulai “melek” politik. Semua elemen berlomba untuk mendedikasikan dirinya pada negera melalui jalur politik. Di samping berdampak positif terhadap kemajuan arus informasi dan kebebasan berpendapat, reformasi juga menjadikan birokrasi di Indonesia semakin transparan, terbuka dan tertata rapi.

Secara perlahan reformasi telah mengembalikan Indonesia menuju sistem demokrasi liberal, sistem yang dulunya sempat dibubarkan secara paksa. Demokrasi ini menuntut negara harus menjamin hak politik setiap kalangan masyarakat tanpa batas. Salah satu bentuk penerapannya ialah dengan menggelar pemilihan umum secara langsung. Pemilihan langsung akan membuat hak politik setiap lini masyarakat terpenuhi. Baik bagi mereka yang ingin mencalonkan dirinya sebagai pemimpin atau sekedar memilih calon yang diyakininya cocok untuk memimpin. Dengan sistem pemilihan ini, para calon pemimpin harus bersaing dengan calon lainnya untuk mendapatkan suara pemilih. Iklim demokrasi ini secara politis sangat baik karena setiap kalangan dapat turut andil dan menentukan sendiri arah masa depan bangsanya.

Namun di sisi lain, calon pemimpin harus rela menggelontorkan banyak dana agar mereka terpilih. Dana ini biasanya dikeluarkan untuk biaya kampanye, membiayai tim sukses atau sebagai mahar politik agar partai politik tertentu mau menyalonkannya. Artinya sebelum menyalonkan diri sebagai calon pemimpin, banyak sekali dana yang harus disiapkan. Di samping itu, perkembangan ekonomi dan pendidikan yang tidak merata di kalangan masyarakat juga dapat menjadi peluang penyimpangan. Hal ini berdampak pada banyaknya transaksi jual beli suara, kepada masyarakat sebagai pemilih ataupun kepada petugas di lapangan sebagai wasit.

Fakta-fakta tersebut membuat pemilihan umum yang tujuannya adalah menyaring pemimpin terbaik melalui sistem yang transparan dengan biaya yang tidak murah, ternyata malah sebaliknya. Pemilihan umum hanya dijadikan sebaga simbol demokrasi yang sebatas transaksional dan seremonial. Jabatan kepemimpinan tidak lebih hanya hasrat untuk berkuasa dan memperkaya diri.

Banyaknya dana yang dikeluarkan ketika pencalonan dan dibarengi dengan kewenangan besar ketika berkuasa membuat mereka hanya menjadikan jabatannya sebagai penggeruk laba dari modal yang sudah dikeluarkan. Tanpa pengawasan yang ketat, pada akhirnya, korupsi, kolusi dan nepotisme tak ubahnya di era orde baru, bahkan semakin menjalar.

Sistem demokrasi yang transaksional telah menjadi akar dari setiap masalah di intitusi pemerintahan. Jika korupsi dibiarkan, maka akan banyak sekali dampak negatif paralel yang akan terjadi. Termasuk berkurangnya anggaran pembangunan yang sudah disediakan, yang tentunya juga akan berdampak juga terhambatnya pembangunan. Program untuk menyejahterakan rakyat kecil pastinya juga akan terbengkalai.

Semenjak 2004-2019 ada sekitar 275 anggota DPR ataupun DPRD yang ditahan dan juga ada 119 Kelapa Daerah, baik Gubernur ataupun Bupati. Korupsi juga banyak melibatkan keluarga pejabat dan koleganya. Belum lagi korupsi yang dilakukan di jajajarn terendah yang karena keterbatasan yang diberikan kepada KPK menjadi sulit terdeteksi. Kendaraan politik dan suap untuk menuju jabatan tertentu menjadikan korupsi, kolusi dan nepotisme menggelinding ibarat bola salju yang akan semakin membesar sampai ke dasar. Akhirnya masyarakat sampai lapisan bawahpun akan merasakan dampaknya. Baik pembangunan di daerah yang cenderung stagnan lambat atau dipersulit ketika berurusan dengan birokrat.  

Korupsi dan Solusi Mendasar

Ada beberapa faktor mengapa korupsi semakin hari semakin menjalar. Pertama, Moralitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa penyebab utama terjadinya korupsi adalah moralitas yang rusak. Jika moralitas para pemangku jabatan baik, seberapapun banyak celah dan kesempatan yang ada untuk melakukan korupsi, niscaya korupsi tidak akan pernah terjadi. Demikian sebaliknya, meskipun celah dan kesempatan untuk korupsi sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali, tapi apabila moralitas dari para pemangku jabatan rusak, mereka akan tetap mencari-cari berbagai cara untuk memperkaya diri.

Pola pendidikan tentu sangat berpengaruh dalam membentuk moralitas. Pola pendidikan yang diberikan seharusnya tak hanya sebatas kepada nilai-nilai keilmuan saja, namun bisa lebih kepada pendidikan karakter dan tata nilai. Jika pendidikan karakter berhasil dan bisa merubah moralitas para terdidik, maka secara tidak langsung itu akan menjadi langkah antisipatif dari semaraknya korupsi di masa yang akan datang.

Kedua, karna banyaknya celah dan kesempatan. KPK sebagai lembaga utama yang bertindak sebagai pemberantas sekaligus pengawas korupsi, tentu mempunyai mandat yang cukup berat. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia sudah barang tentu di dalamnya juga terdiri dari banyak lembaga dan instansi pemerintahan yang harus diawasi. Jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga dapat dikatakan KPK masih tertinggal di beberapa bidang. Sebagai contoh dari sekitar 260 juta jiwa masyarakat Indonesia, pegawai KPK hanya sebanyak 1500 lebih. Hal ini cukup berbeda dengan lembaga anti rusuah Malaysia. Malaysia yang hanya berpenduduk sekitar 27 juta jiwa, mempunyai lembaga Malaysian anti corruption commision (MACC) yang beramunisikan lebih dari 2900 pegawai. Tentu tak dapat dijadikan alasan jika hal tersebut di karenakan lembaga anti rusuah Malaysia sudah berdiri tahun 1967 dan KPK baru berdiri di tahun 2003, karna seyogyanya terbebas dari korupsi harus menjadi prioritas utama bagi setiap negara.

Ketiga, Penindakan hukum yang terbilang lemah. Sebenarnya cukup banyak kasus tindak pidana korupsi yang berhasil diberangus oleh KPK dan instansi lain. Namun acap kali terjadi kejanggalan ketika kasus tersebut sudah dilimpahkan ke lembaga penegak hukum selanjutnya. Mulai dari divonis ringan sampai dibebaskan. Menurut riset yang di lakukan oleh ICW pada Juli 2018 yang lalu, rata-rata koruptor hanya mendapatkan hukuman 2 tahun 5 bulan penjara.

Agaknya, dalam sistem hukum di Indonesia saat ini, materi dan kedudukan mempunyai pengaruh dominan. Acapkali karenanya, agenda-agenda hukum bertentangan dengan nurani keadilan. Kedudukan politik dan materi secara implisit telah memetakan orang-orang yang berperkara dalam hukum menjadi klaster-klaster. Klaster inilah yang menjadi pengaruh kesetaraan subjek dalam hukum sulit tercapai. Gelanggang politik dan para petinggi politik di lembaga-lembaga pemerintahan yang seharusnya menjadi aktor utama supremasi hukum malah mengambil peran sebaliknya. Maka sangatlah relevan apa yang dikatakan oleh Pluto, hukum bagaikan jaring laba-laba, hanya kuat terhadap yang lemah, namun rapuh terhadap yang kuat.

Keempat, budaya suap dan gaji pegawai pemerintahan yang relatif kecil. Sudah menjadi rahasia umum, banyak oknum yang mencari kesempatan di beberapa ajang tes pencalonan untuk menjadi pegawai atau pejabat pemerintahan. Hal tersebut diperparah dengan konfirmasi calon pegawai atau pejabat untuk mendapatkan posisi tertentu memberikan uang dalam jumlah besar. Tentunya hal ini akan berpotensi menjadi malapetaka di masa yang akan datang, mengingat gaji perbulan yang akan didapatnya bahkan tidak melebihi 5% saja dari apa yang dia bayarkan.




Share:

Sejarah Sistem Uang (yang Kelam)

Keterangan:  Ilustrasi di bawah ini adalah isi daripada buku "Masa Lalu Uang dan Masa Depan Dunia". Tulisan agak panjang tapi akan memberikan pemahaman pada kita bagaimana sejarah awal mula uang kertas yang kita pakai saat ini. Nama Fabian adalah ilustrasi dari sosok/gerombolan yang pertama menciptakan sistem uang kertas dan mengambil keuntungan darinya. Di masa modern Fabian ini dikenal dengan nama Bankir. Paragraf dalam kurung adalah tambahan keterangan dan opini dari penulis.


Berikut ilustrasinya:

-------------------------------------------------------------

Fabian sangat bahagia karena dia akan menyampaikan sebuah pidato ke masyarakat besok. Dia selalu menginginkan kekayaan dan kekuasaan dan sekarang impiannya akan segera menjadi kenyataan.

Dia adalah seorang tukang emas. Dia biasa mengukir emas dan perak menjadi perhiasan, tetapi semakin lama semakin tidak puas karena harus bekerja keras dalam hidupnya. Fabian menginginkan kesenangan, dan juga tantangan, dan sekarang rencana barunya siap untuk dimulai.

Awalnya, selama puluhan generasi, masyarakat terbiasa dengan sistem perdagangan barter (tukar menukar barang). Seseorang akan menghidupi keluarganya dengan memproduksi semua yang mereka butuhkan ataupun mengkhususkan diri dalam perdagangan produk tertentu. Kelebihan dari yang dia produksi, akan dia tukarkan dengan kelebihan barang lain yang diproduksi orang lain.

Pasar setiap hari ramai dan bersemangat, orang-orang berteriak dan rnelambaikan dagangannya. Sebelurnnya pasar adalah ternpat yang rnenyenangkan, tetapi sekarang jumlah orang terlalu banyak, pertengkaran pun semakin banyak. Tidak ada lagi waktu untuk ngobrol dan bercanda, sebuah sistern yang lebih baik dari barter mulai diperlukan.

Secara urnurn, orang-orang relatif bahagia, dan mereka menikrnati buah dari hasil kerja keras rnereka. Di setiap komunitas dibentuk sebuah pemerintahan yang sederhana yang tugasnya rnenjaga agar kebebasan dan hak setiap anggota masyarakat dilindungi dan untuk rnemastikan bahwa tak seorang pun akan dipaksa untuk melakukan hal yang tidak dia inginkan oleh siapapun juga.

Namun, ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan di perdagangan pasar sehari-hari. Apakah sebelah pisau senilai dengan dua keranjang jagung? Apakah seekor kerbau lebih berharga dari seekor ayam? Orang-orang menginginkan sistem yang lebih baik. Fabian mengiklankan diri kepada masyarakat, "Saya punya solusi atas masalah barter yang kita alami, dan saya mengundang kalian semua untuk sebuah pertemuan publik besok harinya."

Besok harinya orang-orang pun berkumpul di tengah kota dan Fabian menjelaskan kepada mereka konsep tentang "uang". Masyarakat yang mendengarkan pidatonya terkesan dan ingin mendengar lebih banyak. "Emas yang saya produksi menjadi perhiasan adalah logam yang luar biasa. Dia tidak akan berkarat, dan bisa bertahan sangat lama. Saya akan membuat emas dalam bentuk koin dan kita akan menyebut setiap koin dengan nama dolar.

Fabian menjelaskan konsep tentang nilai, dan bahwa "uang" akan menjadi medium pertukaran barang, sebuah sistem yang lebih baik daripada barter. Salah satu dari anggota pemerintah bertanya "Tetapi orang tertentu bisa menambang emas sendiri dan membuat koin untuk diri mereka sendiri?”

"Ini tidak boleh diterima" kata Fabian. "Hanya koin-koin yang disetujui pemerintah yang boleh digunakan, dan kita akan membuat stempel khusus di koin-koin tersebut." Ini kedengarannya masuk akal dan orang-orang pun mulai menyarankan agar setiap orang mendapatkan sama banyak. "Tetapi saya yang paling pantas mendapatkan lebih" kata si pembuat lilin. "Tidak, saya lah yang berhak mendapatkan lebih," kata si petani. Dan pertengkaran pun dimulai.

Fabian membiarkan mereka bertengkar selama beberapa saat, kemudian berkata, "Karena tidak ada kesepakatan di antara kalian semua, biarlah saya yang menentukan angkanya buat Anda. Tidak ada batasan berapa koin yang akan Anda dapatkan dari saya, semua tergantung kemampuan Anda untuk membayar. Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang harus Anda kembalikan tahun depan."

"Lalu apa yang akan kamu dapatkan?" kata salah satu pendengar. "Karena saya yang menyediakan jasa ini, yaitu suplai uang, maka saya berhak mendapatkan bayaran dari kerja kerasku. Untuk setiap 100 koin yang Anda dapatkan dari saya, Anda akan membayarkan kembali kepadaku sebanyak 105 koin tahun depannya. 5 koin ini adalah bayaranku, dan saya akan menyebutnya bunga."

--( Artinya mereka yang menginginkan koin itu dari Fabian, dia harus berhutang. Seumpama saat ini dia mengambil 100 koin, maka tahun depannya dia harus mengembalikan dengan 105 koin. Tidak seorangpun berhak mendapatkan koin yang resmi itu kecuali dengan berhutang. Hal tersebut juga berarti setiap koin yang beredar itu mengandung hutang sebesar 5%.)--

Kedengarannya tidak terlalu buruk, lagipula 5% sepertinya tidak banyak. Maka orang-orang pun setuju. Mereka sepakat untuk bertemu seminggu kemudian dan memulai sistem baru ini. Fabian tidak membuang waktu. Dia membuat koin emas siang dan malam, dan seminggu kemudian dia pun siap dengan koinnya. Orang-orang antri panjang di depan tokonya. Setelah dicek dan disetujui oleh pemerintah, koin emas Fabian resmi diedarkan. Sebagian orang hanya meminjam sedikit koin, setelah itu mereka segera pergi ke pasar mencoba sistem baru ini.

Masyarakat segera menyadari sisi baik dari sistem ini, dan mereka pun mulai menilai harga setiap barang dengan koin emas atau dolar. Orang-orang memberikan harga pada dagangannya sesuai dengan usaha untuk memproduksi barang tersebut. Barang yang mudah diproduksi harganya lebih rendah, dan barang yang sulit diproduksi harganya lebih mahal.

Alan adalah seorang tukang jam. Satu-satunya di kotanya. Jam yang dia buat sangatlah mahal, tetapi orang-orang bersedia membayar untuk mendapatkan jam yang dia buat. Dan kemudian ada seorang lain yang juga mulai membuat jam dan menjualnya dengan harga yang lebih murah. Alan pun terpaksa menurunkan harga jamnya. Kedua orang ini bersaing memproduksi jam dengan kualitas terbaik dengan harga yang lebih murah. Ini adalah asal muasal dari apa yang kita sebut kompetisi.

--(Dengan alasan inilah mengapa suatu komoditas di dalam suatu negara yang hanya dikuasai satu perusahaan saja akan cenderung dimonopoli, sehingga perusahaan itu akan senantiasa mempermainkan harga dan distirubusi. Ini yang kemudian membuat pemerintah mengundang banyak perusahaan asing masuk, agar suatu komoditas tidak dimonopoli oleh satu perusahaan saja. sehingga baik kualitas ataupun harga akan bersaing dan masyarakat dapat memilih)--

Hal yang sama terjadi juga kepada para kontraktor, operator transportasi, akuntan, petani, dan lainnya. Para pembeli selalu memilih transaksi yang menurut mereka paling menguntungkan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih. Tidak ada perlindungan buatan semacam Iisensi ataupun cukai tarif untuk menghambat orang-orang memulai perdagangan. Standar hidup masyarakat mulai meningkat, dan tak lama kemudian orang-orang pun tidak bisa membayangkan sebuah sistem perdangan tanpa uang.

Setahun kemudian, Fabian pun mulai mendatangi orang-orang yang berhutang kepadanya. Orang-orang tertentu memiliki koin emas lebih dari yang mereka pinjam, tetapi ini berarti ada orang lainnya yang memiliki lebih sedikit dari yang mereka pinjam, sebab jumlah koin yang dibuat pada awalnya memang terbatas jumlahnya. Orang-orang yang memiliki koin lebih membayar kepada Fabian dan juga 5% bunganya, tetapi mereka kemudian meminjam lagi kepadanya untuk melanjutkan sistem perdagangan di tahun mendatang.

Sebagian orang mulai menyadari untuk pertama kalinya seperti apa rasanya hutang. Sebelum mereka bisa meminjam kembali kepada Fabian, kali ini mereka harus menjaminkan aset-aset kepadanya, dan mereka pun melanjutkan perdagangan selama setahun mendatang, mencoba mendapatkan 5 koin lebih untuk setiap 100 koin yang mereka pinjam dari Fabian.

Saat itu, belum ada seorang pun yang menyadari bahwa seluruh masyarakat, sekalipun mengembalikan semua hutang koin mereka, tetap tidak bisa melunasi hutang mereka kepada Fabian, karena kelebihan 5% koin emas yang merupakan kewajiban mereka memang tidak pernah diedarkan oleh Fabian. Tak seorang pun selain Fabian yang mengetahui bahwa adalah hal yang mustahil bagi masyarakat ini untuk bisa melunasi hutang mereka bila ditambahkan dengan bunga, uang yang tldak pernah dia edarkan.

Memang benar Fabian sendiri juga membuat koin untuk dirinya sendiri dan koin ini akan beredar di masyarakat, namun tidak mungkin dia sanggup mengkonsumsi 5% dari semua barang di masyarakat.

Di dalam toko emasnya, Fabian memiliki sebuah ruang penyimpanan yang sangat kuat, dan sebagian masyarakat merasa lebih aman kalau menitipkan koin emas mereka kepada Fabian untuk disimpan. Fabian akan menagih sejumlah uang tertentu sebagai jasa penyimpanan untuk orang-orang tersebut. Sebagai bukti atas deposit emas mereka, Fabian memberikan mereka selembar kertas kwitansi.

Orang-orang yang membawa kwitansi dari Fabian ini bisa menggunakan kertas ini untuk membeli barang sama halnya seperti menggunakan koin emas. Dan lama-kelamaan kertaskertas ini beredar di masyarakat sebagai uang sama seperti koin emas. Tak lama kemudian, Fabian menemukan bahwa kebanyakan orang tidak akan menukarkan kembali kwitansi deposit mereka dengan koin emasnya.

Dia pun berpikir, "saya memiliki semua emas di sini dan saya masih juga bekerja sebagai tukang emas. Ini benar-benar tak masuk akal. Ada ribuan orang di luar sana yang akan membayarkan bunga kepada saya atas koin-koin emas yang mereka titipkan kembali kepada saya yang bahkan tidak mereka tukarkan kembali."

Memang benar, emas-emas mereka bukan milikku, tetapi emas-emas itu ada di dalam gudangku, dan itulah yang penting. Saya tidak perlu membuat koin sama sekali, saya bisa menggunakan koin-koin yang dititipkan kepadaku. Mulanya Fabian sangat hati-hati, dia hanya meminjamkan bagian kecil dari emas yang dititipkan orang kepadanya. Lama-kelamaan, karena terbukti tidak ada masalah, dia pun meminjamkan dalam jumlah yang lebih besar.

Suatu hari, seseorang mengajukan sebuah pinjaman yang nllainya sangat besar. Fabian berkata kepadanya "daripada membawa koin emas dalam jumlah sebesar itu, bagaimana kalau saya menu lis beberapa lembar kwitansi emas kepadamu sebagai bukti depositmu kepadaku." Orang itu pun setuju. Dia mendapatkan hutang yang dia inginkan tetapi emasnya tetap dl gudang Fabian. Sebab emas yang rencana akan dipinjam dengan bunga itu, sudah diganti dengan kwitansi sebagai pengganti emas.

Setelah orang itu pergi, Fabian pun tersenyum, dia bisa meminjamkan emas kepada orang sambil mempertahankan emas di gudangnya sendiri. Baik teman, orang tak dikenal, maupun musuh, membutuhkan uang untuk melanjutkan perdagangan mereka.

Selama orang-orang bisa memberikan jaminan, mereka bisa meminjam sebanyak yang mereka butuhkan. Dengan hanya menuliskan kwitansi, Fabian bisa meminjamkan emas-emasnya senilai beberapa kali Iipat dari yang sebenarnya dia miliki. Segalanya akan baik-baik saja selama orang-orang tidak menukarkan kwitansi deposit emas mereka kepada Fabian.

Fabian memiliki sebuah buku yang menunjukkan debit dan kredit dari setiap orang. Bisnis simpan-pinjam ini benar-benar sangat menguntungkan baginya. Status sosial Fabian di masyarakat meningkat secepat kekayaannya. Dia mulai menjadi orang penting, dia harus dihormati. Di dunia finansial, kata-katanya adalah ibarat sabda suci.

Tukang emas dari kota lain mulai penasaran tentang rahasia Fabian dan suatu hari mereka pun mengunjunginya. Fabian memberitahu apa yang dia lakukan, dan menekankan kepada mereka pentingnya kerahasiaan dari sistem ini. andainya skema ini terekspos, bisnis mereka pasti akan ditutup, jadi mereka sepakat untuk menjaga kerahasiaan bisnis Inl.

Masing-masing tukang emas ini kembali ke kota mereka dan menjalankan operasi seperti yang diajarkan oleh Fabian. Orang-orang menerima kwitansi emas sama seperti emas itu sendiri, dan banyak emas yang masyarakat pinjam yang akan dititipkan kembali kepada Fabian.

Ketika seorang pedagang lngin membayar kepada pedagang lainnya, mereka bisa menuliskan sebuah instruksi kepada Fabian untuk memindahkan uang dari rekening mereka kepada rekening Iainnya, yang akan dilakukan oleh Fabian dengan mudah dalam beberapa menit. Sistem ini menjadi sangat populer, dan kertas Instruksi ini pun mulai dikenal dengan sebutan cek.

Pada suatu malam, para tukang emas dari berbagai kota ini mengadakan sebuah pertemuan rahasia dan Fabian mengajukan sebuah rencana baru. Besok harinya mereka rapat dengan pemerintah dan Fabian berkata, Kertas kwitansi kami telah menjadi sangat populer. Tak perlu diragukan, Anda para wakil rakyat juga menggunakan mereka dan manfaatnya jelas sangat memuaskan.  Namun, sebagian kwitansi ini telah dlpalsukan oleh orang-orang. Hal ini harus dihentikan. Para anggota pemerintah pun mulai khawatir. "Apa yang bisa kami lakukan? Tanya mereka.

Jawaban Fabian ialah sebagai berikut: Pertama-tama, adalah tugas dari pemerintah untuk mencetak uang kertas dengan desain dan tinta yang unik, dan masing-masing uang kertas ini harus ditandatangani oleh Gubernur. Kami para tukang emas akan dengan senang hati membayar biaya cetak.

Ini juga akan menghemat banyak waktu kami untuk menulis kwitansi." Para anggota pemerintah berpikir "Ya, memang kewajiban kami untuk melindungi masyarakat dari pemalsuan uang dan nasehat dari Fabian ini kedengarannya memang masuk akal." Dan mereka pun setuju untuk mencetak uang kertas ini.

"Yang kedua", kata Fabian, "sebagian orang juga pergi menambang emas dan membuat koin emas mereka sendiri. Saya menyarankan agar dibuat sebuah hukum agar setiap orang yang menemukan emas harus menyerahkannya. Tentu saja, mereka akan mendapat ganti rugi koin yang saya buat dan uang kertas baru." Ide ini pun mulai dijalankan.

Pemerintah mencetak uang kertas baru dengan pecahan $1, $2, $5, $10, dan lainnya. Biaya cetak yang rendah ini dibayarkan oleh parang tukang emas. Uang kertas ini jauh lebih gampang untuk dibawa dan dalam waktu singkat diterima oleh masyarakat. Namun, di luar faktor kenyamanan, ternyata uang kertas dan koin emas yang beredar hanyalah 10% dari nilai transaksi masyarakat.

Kenyataan perdagangan menunjukkan bahwa 90% nilai transaksi dilakukan dengan cara pindah buku (cek). Rencana berikut Fabian mulai berjalan. Sampai saat itu, orang-orang membayar Fabian untuk menitipkan koin emas (uang) mereka. Untuk menarik lebih banyak uang ke gudangnya, Fabian akan membayar para depositor 3% bunga atas emas titipan mereka.

Kebanyakan orang mengira Fabian meminjamkan kembali uang yang dititipkan kepadanya. Karena dia meminjamkan kepada orang lain dengan bunga 5%, dan dia membayar para deposan 3%, maka keuntungan Fabian adalah 2%. Orang-orang pun berpikir jauh lebih baik mendapatkan 3% daripada membayar Fabian untuk menjaga emas (uang) mereka, dan mereka pun tertarik.

Volume tabungan meningkat dengan cepat di gudang Fabian. Dia bisa meminjamkan uang kertas $200, $300, $400, bahkan sampai sampai $900 untuk setiap $100 yang dia dapatkan dari deposan. Dia harus berhati-hati dengan ratio 9:1 ini, sebab menurut pengalamannya, memang ada 1 dari setiap 9 orang yang akan menarik emas mereka. Bila tidak ada cukup uang saat diperlukan, masyarakat akan curiga.

Dengan demikian, untuk $900 dolar pinjaman yang diberikan Fabian, dengan bunga 5% dia akan mendapatkan kembali $45. Ketika pinjaman + bunga ini dilunasi, Fabian akan membatalkan $900 di kolom debit pembukuannya dan sisa $45 ini adalah miliknya. Dia dengan senang hati akan membayar bunga $3 untuk setiap $100 yang dititipkan deposan kepadanya. Artinya, keuntungan riil dari Fabian adalah $42, Bukan $2 yang dibayangkan kebanyakan orang.

Para tukang emas di kota-kota lain melakukan hal yang sama. Mereka menciptkaan kredit (pinjaman) tanpa modal (emas) dan menagih bunga atas pinjaman mereka. Para tukang emas ini tidak lagi membuat koin emas, pemerintahlah yang mencetak uang kertas dan koin dan memberikannya kepada para tukang emas ini untuk didistribusikan. Satu-satunya biaya Fabian adalah ongkos cetak uang yang sangat murah.

Di samping itu, dia juga menciptakan kredit tanpa modal dan menagih bunga atas pinjaman barunya ini Kebanyakan orang mengira suplai uang adalah operasi dari pemerintah. Mereka juga perc.aya bahwa Fabian meminjamkan uang dari para deposan kepada peminjam baru, tetapi rasanya agak heran mengapa orang lain bisa mendapatkan uang padahal uang para deposan masih tetap tak berkurang. Seandainya semua orang mencoba mengambil uang mereka pada saat yang bersamaan, skema penipuan ini akan terekspos.

--(Awalnya, untuk mendapatkan kwitansi dari Fabian/Bankir, seseorang harus menyerahkan koin emasnya terlebih dahulu, artinya setiap kwitansi yang beredar sudah mengandung emas. Namun seiring berjalannya waktu, seseorang dapat mendapatkan pinjaman uang kertas tanp menyerahkan emas. Hanya berupa jaminan. Ini artinya setiap uang yang beredar nilainya sudah tidak mengandung emas, tidak seperti kwitansi sebagaiaman dipaparkan di awal)---

Tak masalah bila sebuah pinjaman diajukan dalam bentuk uang kertas atau koin. Fabian tinggal mengatakan kepada pemerintah bahwa penduduk bertambah dan produksi baru memerlukan uang baru, yang akan dia dapatkan~dengan biaya cetak yang sangat kecil. Suatu hari seseorang pergi menemui Fabian. "Bunga yang Anda tagih ini salah," katanya. "Untuk setiap $100 yang Anda pinjamkan, Anda meminta $105 sebagai kembalinya. $5 extra ini tidak mungkin bisa dibayarkan karena mereka bahkan tidak eksis.

"Petani memproduksi makanan, industri memproduksi barang, tetapi hanya Andalah yang memproduksi uang. Katakanlah hanya ada dua pedagang di negara ini, dan semua orang bekerja untuk salah satunya. Mereka masing-masing meminjam $100. Setahun kemudian, mereka harus mengembalikan masing-masing $105 kepada Anda (total $210). Bila salah satu orang berhasil menjual habis dagangannya dan mendapatkan $105, orang yang tersisa hanya akan memiliki $95, dia masih berhutang $10 kepadamu, dan tidak ada, uang yang beredar untuk melunasi $10 ini kecuali dia mengajukan pinjaman baru kepadamu. Sistem ini bermasalah!"

"Untuk setiap $100 yang kamu pinjamkan, kamu seharusnya mengedarkan $100 kepada sang peminjam dan $5 untuk kamu belanjakan, jadi total uang yang beredar memungkinan si peminjam untuk membayar" Fabian mendengarkan dengan tenang dan menjawab, "Dunia finansial adalah subjek yang rumit, anak muda, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahaminya. Biarkan saya saja yang memikirkan masalah ini, dan kamu mengurus urusanmu saja.

Kamu harus belajar untuk menjadi lebih efisien, meningkatkan produksimu, memotong ongkos pabrikmu dan menjadi pengusaha yang lebih cerdas. Saya siap membantu untuk urusan itu." Orang ini pun pergi meninggalkan Fabian, tetapi hatinya masih juga bimbang. Sepertinya ada yang tidak beres dengan sistem kerja Fabian, dan pertanyaan yang dia ajukan masih belum dijawab.

Share:

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh