Aktif dan Pasif

AKTIF DAN PASIF
Moh. Usman Ainur Rofiq

Awal Januari tahun 2016, Mirna terkapar diatas sofa salah satu cafe dengan busa putih mengalir dari tubuhnya. Berdasarkan asumsi pertama, dia terkena serangan stroke. Terasa aneh karena sebelumnya Mirna dalam keadaan sehat dan tidak terindikasi mengidap penyakit apapun. Setelah beberapa waktu, atas permohonan penyidik, akhirnya keluarga Mirna sepakat untuk digali kuburannya dan dilakukan autopsi. Berdasarakn hasil autopsi, dalam lambung mirna ditemukan zat Sianida sebanyak 0,2 miligram, Sianida itulah yang telah membuat organ tubuh Mirna, terutama otak tidak bisa menyerap oksigen sehingga  mengantarkannya pada alam baka. Dalam beberapa kisah yang lain, hal itu juga yang terjadi pada pemimpin fasisme Jerman, Hitler. Sebagaimana versi Soviet, bahwa Hitler dan keluarganya terindikasi mati butuh diri dengan menenggak racun sianida.

Kisah selanjutnya, tentunya kita pernah melihat tanaman kecil dengan daun yang lebat dan hijau, namun dalam jenjang waktu yang tidak begitu lama, daun-daun tersebut hanya tinggal beberapa tangkai saja, atau bahkan sudah habis dalam seketika, ternyata hal itu disebabkan oleh ulah seekor ulat kecil, yang bahkan besarnya tidak sebanding dengan ranting daun tanaman tersebut.
Pertanyaannya adalah, bagaimana mungkin massa sianida yang hanya 0,2 miligram bisa mangalahkan sekitar 5 liter darah dalam tubuh manusia dan mematikan semua organnya, yang padahal jika dibandingkan massa diantara keduanya tidak sampai 1/0,01%. Lalu bagaimana mungkin seekor ulat yang besarnya tidak sebanding dengan ranting daun tanaman, bisa melahap hampir seluruh daun ditanaman tersebut.
Di dunia ini, manusia dan alam cenderung berada diantara dua pilihan. Alam mengenal siang dan malam, bumi dan langit, panas dan dingin, dan sebagainya. Manusia mengenal  baik dan buruk, benar dan salah, indah dan jelek dan seterusnya. Diantara alam dan manusia ada dua sisi yang sama-sama terdapat pada keduanya, hal itu adalah aktif dan pasif.

Darah dan semua organ yang massanya sangat besar, tidak berfungsi dalam seketika saat  berhadapan dengan sianida yang hanya segelintir. Daun pohon habis dalam sekejap hanya karena ulah ulat yang padahal besarnya tidak sebanding dengan batang daunnya. Artinya ketika dua komponen berhadapan, dia tidak akan pernah lepas dari statusnya sebagai komponen aktif ataupun pasif. Darah dan organ tubuh menjadi aktif ketika berhadapan dengan nutrisi, tapi pasif ketika berhadapan dengan zat racun. Pohon dan daun akan menjadi aktif ketika berhadapan dengan siraman air, tapi tidak ketika berhadapan dengan jenis makhluk hidup yang lain. Sedangkan manusia sifatnya flexible. Faktor aktif dan pasif yang menentukan adalah dirinya sendiri. Artinya ketika manusia berhadapan dengan siapapun, dia bisa melakukan apapun. Dialah yang akan menentukan apakah dia  akan menjadi komponen yang aktif atau pasif, itulah yang juga disebut sebagai Ikhtiyar.

Menjadi pasif atau aktif adalah pilihan setiap orang, namun perlu disadari nilai perubahan suatu kaum juga sangat ditentukan oleh bagaimana semangat keaktifan yang ada pada kaum tersebut. Kecendrungan yang ada adalah bahwa kaum yang aktif akan berada di atas, bahkan  sangat gampang untuk menguasai kaum yang pasif, selagi si pasif tidak berusaha untuk membalikkan keadaan. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia dibedakan berdasarkan kepentingan dan golongannya. Golongan yang hanya pasif tidak mencoba untuk berjuang, hanya akan menjadi tirisan korban kepentingan golongan yang aktif, karena dia hanya diam menerima segala sesuatu yang ada, bahkan ia terkadang harus melakukan sesuatu yang sudah jelas tidak baik untuknya, dan ini akan terus terjadi selagi dia tidak berusaha untuk berubah menjadi komponen yang aktif.

Perubahan positif dan semangat keaktifan ibarat benda dan bentuknya. Tidak dapat dipisahkan. Suatu benda pasti ada bentuknya, demikian juga adanya bentuk adalah indikasi dari adanya  benda. Keaktifan disini tidak bisa hanya diinterpretasikan sebagai satu lagam yang ketika dilakukan maka akan tercapai suatu kemajuan. Namun mempunyai dimensi yang lebih luas. Butuh beberapa tahapan agar sifat pasif bisa bertransformasi menjadi aktif. Meskipun tidak dipungkiri, cukup dengan berani melakukan satu tahapan saja, setidaknya akan memberikan dampak positif yang signifikan.

Sebagai contoh, Indonesia adalah negara bekas jajahan kolonial Belanda selama hampir kurang 3,5 abad. Jumlah Belanda di Indonesia saat itu bisa jadi hanya sekian persen dari jumlah seluruh rakyat Nusantara. Tapi dikarenakan masih banyak rakyat yang memilih sikap pasif, akhirnya belanda sebagai komponen aktif bebas mengekploitasi alam Indonesia dan melakukan banyak kelaliman. Seandianya pada saat itu banyak manusia memiliki jiwa aktif sebagaimana Pangeran Dipenegoro, Cut Nyak Dien, Kapiten Pattimura dan pahlawan-pahlawan yang lain, maka mungkin kenyataan akan berbeda. Meskipun pada akhirnya hal tersebut benar-benar terjadi, pahlawan revolusi kemerdekaan benar-benar membalikkan keadaan bangsa dari pasif menjadi aktif, dan itu tidak dilakukan dengan satu lagam dan tahapan.

Keaktifan sebagai transformer disini bisa berupa aktif dalam ber-intelek melalui jalur pendidikan, aktif secara fisik melalui jalur pergerakan dan perang, bisa juga aktif dalam kepedulian sosial dengan cara memberikan bantuan, baik material ataupun transfer pemikiran. Ketiga unsur tersebut bersifat imperatif, artinya ketika salah satu unsur tidak terpenuhi, maka level pasif cukup sulit untuk diupgrade menjadi aktif.

Kiranya asumsi dasar bahwa salah satu jalan menuju kemajuan adalah berusaha menjadi komponen yang aktif dalam segala hal tidak bertentangan dengan Al-Quran, sebagaimana dalam An-Nisa Ayata 95 sangat jelas, yang pada intinya menerangkan bahwa tidaklah sama kedudukan orang-orang yang hanya duduk manis dengan orang yang berjuang dijalan Allah. Sedangkan dalam Surat Al-Rad Ayat 11 juga secara explisit dijelaskan bahwa Allah tidak mengubah apa yang ada pada suatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Artinya yang harus dilakukan oleh manusia untuk mencapai suatu kemajuan positif adalah dengan berusaha. Adapun usaha yang kompatibel untuk menjadi aktif adalah dengan merealisasikan unsur-unsur sebagaimana tersebut diatas.

Permasalahannya adalah bahwa manusia cenderung membiarkan hal kecil dan menganggapnya tidak begitu penting, padahal manusia tidak mungkin tersandung oleh batu sebesar gunung, atau juga tidak mungkin kelilipan oleh debu sebesar lemari. Artinya hal kecilpun jika dianggap remeh, bisa menjadi masalah besar. Itulah kemudian yang biasanya menjadi celah sehingga mengantarkan si aktif menjadi pasif, atau membuat si pasif tetap dalam stagnasi. Maka mengubah sudut pandang adalah salah satu solusi agar menjadikan setiap langkah bisa berdampak positif. Salah satu caranya adalah dengan melihat krikil sebagai gunung dan debu sebagai lemari. Sebuah analogi dari kepekaan dan kewaspadaan.

Peka adalah instrumen untuk melihat kesempatan. Karena bagi orang yang tidak peka,  kesempatan adalah  kasat mata. Orang yang tidak peka akan sangat sulit untuk menemukan kesempatan, kecuali kesempatan yang benar-benar ada di depan matanya, dan itu sangat jarang terjadi. Sebaliknya, orang yang peka akan sangat gampang mencerna dan menemukan kesempatan, sekecil apapun. Karena kesempatan tidak selalu datang seperti bongkahan es yang sudah siap untuk dijual, namun terkadang masih berupa cairan-cairan yang masih perlu untuk dibekukan.

Demikian juga kewaspadaan. Jika kepekaan digunakan sebagai alat penghantar perubahan. Maka waspada bukan hanya berfungsi sebagai tali pengekang untuk mengukuhkan posisi, namun sangat berguna dalam segala kondisi. Waspada tidak harus selalu curiga dengan apa yang terjadi, namun harus siap siaga terhadap segala sesuatu yang akan terjadi. Setidaknya waspada bisa menjadi solusi terbaik untuk menganulir setiap problem sehingga mengurungkan  kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Maka manusia harus selalu berusaha untuk menjadikan dirinya seorang yang ber-intelek, aktif bergerak untuk kemajuan, dan peduli pada lingkungan. Hal itu akan sangat mudah diraih jika dia benar-benar peka dengan keadaan sekitar dan waspada dalam menghadapi persoalan. Jika semua hal tersebut dilakukan, maka manusia yang sifat aktifnya flexible, niscaya bisa menjadi sianida dalam tubuh manusia sebagai representasi lingkungan sekitar, ataupun dia bisa menjadi ulat diatas tumpukan daun sebagai analogi dari kehidupan. 

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh