5 Hari di Kepulauan Sapeken PART I

Seperti biasa, libur semester merupakan waktu terbaik untuk melepas penat dari tugas-tugas perkuliahan. Biasanya selalu ada rencana: naik gunung, travel, maen-maen ke rumah temen, dan lain-lain. Liburan waktu itu (semester 6) saya dan teman-teman berencana  ke Kepulauan Sapeken. Kebetulan salah satu teman yang berasal dari sana berkehendak untuk pulang kampung, sekalian saya diajak bareng.

Kepualaun Sapeken merupakan gugusan pulau di arah timur pulau Madura dan sebelah Utara pulau Bali. Kepulauan ini masih masuk wilayah administratif kabupaten Sumenep Madura, padahal jika dilihat dari peta, sepertinya posisinya lebih dekat dengan pulau Bali. Sebelumnya saya sama sekali tidak tau bahkan tidak pernah mendengar mengenai daerah ini. Saya  pernah mendengar bahwa di arah timur Sumenep memang banyak pulau, tapi hanya tau sebatas pulau Talango, Gili Labak dan pulau kecil lain yang lokasinya berdekatan dengan daratan Madura.

Setelah siap dengan rencana tersebut, saya mulai mengajak beberapa teman supaya lebih rame, karena semakin rame biasanya akan semakin seru. Ternyata hanya ada 5 teman yang berminat. Menjelang pemberangkatan, saya kembali mengonfirmasi mereka, ternyata dari ke-5 teman, 4 di antaranya mengundurkan diri, dan 1 masih tidak jelas kabarnya. Berangkat atau tidaknya saya harus segera memutuskan, mengingat waktu pemberangkatan kapal yang sudah mepet. "Ayo man Mumpung ada jadwal. Biasanya jadwal kapal tidak bisa diprediksi, bisa jadi seminggu sekali, dua minggu sekali, atau bahkan sebulan". Kata teman saya.

Setelah tiba hari pemberangkatan, sebenarnya saya masih agak ragu. Pikir saya, percuma liburan jika hanya sendirian, lagi pula perjalanan yang harus ditempuh adalah menyebrangi lautan selama sekitar 6 jam (Rumah saya memang pesisir, tapi saya tidak pernah naik perahu selama dan sejauh itu). Karena sudah terlanjur berjanji ke teman pemilik rumah, sedangkan dia tampak berharap sekali saya ikut ke rumahnya, bahkan katanya orang tuanya telah mempersiapkan kedatangan kita, akhirnya saya putuskan tetap berangkat.

Sore hari, kita berdua berangkat naik bis dari Bungurasih. Ketika isya' sampai di terminal Pamekasan, ada salah satu penumpang berbaju tentara mengaku kehilangan dompetnya yang berisi uang dan kartu berharga. Dia marah-marah, menyuruh semua penumpang turun, dan memaki-maki tidak jelas, kemudian dia memeriksa tas semua penumpang. Bahkan dia mengancam bahwa bis tidak diperbolehkan berangkat sebelum dompetnya ditemukan.

Keadaan semakin memanas karena warga mulai bergerumun. Dia juga semakin menjadi-manjadi dengan menantang siapapun duel, aparat  berdatangan, mulai dari yang berseragam polisi militer sampai yang nampak seperti preman. Aparat-aparat tersebut mencoba menenangkan tentara itu sambil menyuruh semua penumpang kembali ke bis. Di dalam bis kita diperiksa lagi, banyak penumpang yang seluruh tasnya diperiksa total. Namun tiba giliran saya, aparat hanya membuka kemudian ditutup lagi. Saya tidak tau kenapa, bisa jadi mungkin karena mereka melihat isi tas saya yang berisi buku dan laptop (Kebetulan membawa laptop untuk mengantisipasi jika di sana akan merasa bosan dan butuh hiburan, lagipula saya juga berniat menuliskan cerita perjalan saya langsung ketika berada di sana).

Setelah menggeledah semua tas penumpang dan ternyata dompet tidak ditemukan. Aparat-aparat tersebut mulai menenangkan tentara yang malang tersebut, kemudian bis pun disuruh berangkat kembali.

Karena kejadian itu, kita sampai di terminal Sumenep sangat malam, mungkin itu kedatangan bis terakhir di hari itu. Keadaan terminal sangat sepi. Kebetulan masih ada tukang becak. Karena kapal masih akan berangkat sekitar jam 09.00 besok pagi, maka dengan menaiki becak, kita putuskan untuk menginap di kontrakan milik pak Haji Salim terlebih dahulu.

Jarak antara kontrakan pak Haji Salim dan pelabuhan sebelah timur sumenep sekitar 10 KM, kita hampir saja ketinggalan kapal saat itu. Karena sampai di pelabuhan, mesin kapal sudah hidup dan sudah mulai meninggalkan daratan, tapi untung jarak kapal masih memungkinkan kita untuk meloncat. Biasanya meskipun kapal sudah berangkat, ketika ada penumpang yang tertinggal, asalkan jarak kapal tidak begitu jauh maka kapal akan kembali lagi, dengat syarat penumpang yang tertinggal tidak begitu banyak, apabila penumpangnya banyak, kapal biasanya tidak mau balik. Karena takut overload di perjalanan, begitu kata teman saya.
Kapal yang kita tumpangi bernama kapal Sabuk. Tidak begitu besar. Panjangnya hanya sekitar 30 meter dengan lebar sekitar 7 meter.
Kapal tersebut sebenarnya merupakan kapal subsidi. Untuk rute sejauh dan selama itu, kita hanya perlu membayar Rp. 31.000. Sangat murah apabila dibandingkan dengan kapal cepat jurusan pulau Kangean yang bertarif Rp. 200.000 lebih.

Salah satu alasan kenapa kapal Sabuk ini tidak mempunyai jadwal tetap karena dia mempunyai rute yang berputar, dari Madura ke Kepulauan Sapeken, dari Sapeken ke Banyuwangi, kemudian juga beberapa daerah lain. Itu juga yang membuat masyarakat ketika sudah terdesak, meskipun destinasi utama mereka ke  Probolinggo, mereka tetap harus ikut kapal jurusan Madura. Atau mereka yang bertujuan ke Madura, tetap harus ikut kapal yang ke Banyuwangi. Terrdang mereka harus ikut kapal sapi jurusan Lombok. Hal ini disebabkan karna tidak ada jadwal resmi (jadwal kapal ditempel sebulan sekali di kantor dinas perhubungan di pulau Sapeken)

Kapal sabuk terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah berisi tempat tidur, susunannya seperti kamar di motel, tempatnya sangat panas karena ac-nya rusak, itu juga mungkin yang membuat lantai bawah ini sepi dari penumpang. Padahal kondisi kasurnya lumayan nyaman. Sedangkan lantai 2 berisi tempat duduk. Jenis tempat duduknya besar dan sangat empuk. Itu juga yang mungkin membuat orang lebih suka tidur di kursi daripada di kasur. Di lantai 2 ini juga terdapat lcd yang selalu disetel musik dangdut, juga ada etalase tempat jualan kopi, rokok dan barang-barang lain. Harga kopi sekitar 5000 pergelas dan rokok Surya 20.000. Sedangkan lantai atas adalah tempat ABK kapal dan juga kamar VIP, harga kamarnya untuk sekali perjalanan kalau tidak salah Rp. 400.000 lebih.

Sekitar jam 15.00, saya bertanya ke teman saya, kenapa kapal tak kunjung sampai, padahal perjalanan sudah lebih dari 6 jam-an, dia hanya tersenyum santai dan berkata "nantiii". Merasa mulai bosan saya keluar dan bercengkrama dengan salah seorang bapak, banyak yang kita ceritakan. Kemudian saya bertanya mengenai perkiraan kapal akan sampai, "kemungkinan nanti malam", katanya. Merasa tertipu, saya segera turun menemui teman saya, seperti biasa dia hanya tersenyum kecut.

Setelah ashar kapal merapat ke pulau kecil untuk menurunkan logistik, teman saya tersebut mengajak saya turun untuk sekedar santai. Katanya proses penurunan logistik memakan waktu sekitar 30 menit lebih, tapi saya lebih memilih santai di atas kapal, nanggung, pikirku. Ternyata pulau tersebut adalah pulau sepudi. Pulau legendaris yang dulu pernah saya dengar merupakan tempat lahirnya sapi-sapi kerap berkualitas.

Selesai menurunkan logistik, kapal kembali berangkat. Setelah dari pulau sepudi itulah pemandangan nampak semakin Indah. Pulau-pulau kecil berwarna hijau tampak berjejer, saya juga melihat gerombolan ikan lumba-lumba yang meloncat imut di samping kapal. Warna jingga di senja sore nan bersatu dengan birunya lautan menambah keanggunannya. Sangat Indah. Saat itulah saya mulai betah naik kapal lama-lama, meskipun dalam keadaan dibohongi.

Sekitar jam 21.00-an, kapal kemudian merapat ke salah satu pulau. Saya kira kita sudah sampai di kepulauan Sapeken. Ternyata saya diberi tahu bahwa itu adalah pulau Kangean. Pulau tersebut terdiri dari 3 kecamatan. Bahkan pulau itu juga punya Pengadilan Agama sendiri. Sama seperti sebelumnya, kapal berhenti untuk menurunkan logisitk. Karena katanya prosenya sampai 3 jam-an, maka saya putuskan turun dari kapal untuk sekedar mandi dan minum kopi. Ketika kapal hendak berangkat, lampu diseluruh penjuru pulau padam. Saya kira itu memang proses pemadaman bergilir sebagaimana di desa-desa, tapi ternyata tidak, listrik di seluruh pulau Kangean hanya sampai jam jam 23.00, katanya.

Kapal sampai di kepulauan Sapeken sekitar jam 08.00. Kepulauan sapeken merupakan kecamatan yang terdiri dari 52 pulau, baik yang berpenghuni ataupun tidak. Pusatnya terletak di pulau Sapeken (ibu kota kecamatan). Biasanya semua penumpang akan diturunkan di pelabuhan pulau sapeken. Mereka akan kembali ke pulaunya pada jam 12.00-an, karena saat itu perahu taxi dari segala pulau akan kembali ke pulaunya masing-masing. (Di kepulauan Sapeken, setiap pulau mempunyai perahu taxi yang bertugas mengantarkan orang dari masing-masing pulau menuju pulai Sapeken. Perahu taxi berangkat dari pulaunya sekitar jam 08.00 dan kembali jam 12.00. Kebanyakan peumpangnya adalah ibu-ibu yang hendak berbelanja di pasar pulau Sapeken).

Meskipun sudah sampai, tapi kapal masih terus melaju ke arah timur untuk mengantar penumpang tujuan pulau Pagarungan Besar. Pulau ini terletak cukup jauh dari pusat kepulauan di pulau Sapeken (Tidak adanya perahu taxi karena letaknya yang jauh menjadi alasan mengapa kapal Sabuk harus mengantarkan penumpang dengan tujuan pulau ini langsung ke lokasi). Di sekitar, saya melihat banyak berdiri kilang minyak, meskipun ukurannya tidak begitu besar. Katanya kilang minyak tersebut masih beroperasi dan hasilnya disalurkan langsung lewat pipa bawah laut menuju Gresik.

Setelah dari pulau Pagarungan Besar, kemudian kapal kembali ke arah barat untuk merapat ke Pulau Sapeken. Sekitar jam 9 pagi lebih kapal tiba di pelabuhan Sapeken, penumpang dipersilahkan turun karena jam 12 kapal akan kembali berlayar menuju Banyuwangi. Perjalanan yang katanya hanya 6 jam, ternyata memakan waktu 24 lebih. Meskipun awalnya sempat kesal karena dibohongi, tapi karena keindahan alamnya yang anggun, saya sama sekali tidak menyesal. Lagipula saya yakin, dia membohongi saya juga suapaya saya bisa melihat dan merasakan sendiri tempat kelahirannya nan Indah menawan ini.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh