Mahasiswa Adalah Membaca, Menulis dan Bergerak

Membaca adalah jendela dunia dari masa ke masa

Membaca adalah salah satu proses untuk mengetahui, memahami dan mengamati segala sesuatu. Manusia ibarat terkurung dalam ruang sempit tanpa cahaya, dan membaca adalah jendela wawasan, gagasan, ide dan ilmu pengetahuan yang akan mengantarkannya menuju terbukanya tabir kegelapan. Dengan membaca manusia akan  mengetahui sebelum mengalami, mengerti sebelum diajari, dan menyadari apa yang belum terjadi. Membaca juga akan menjadi mesin waktu, yang akan mengantarkan manusia menuju masa dan ruang, dimanapun dan kemanapun ia mengkehendaki.

Membaca akan menuntun manusia bertemu dengan orang-orang besar. Dia bisa bertemu dengan Soekarno dan mendengarkan cerita dan curhatan pribadinya dalam beberapa  karyanya. Dia bisa bertanya langsung kepada Karl Max dan Friedrich Engel seputar ideologinya yang kontroversial. Dia bisa mengikuti kajian-kajian Tan Malaka dan menggorek pemikiran-pemikirannya. Manusia akan tersangkut secara emosional dengan penulisnya dalam aliran kebatinan, bahkan manusia akan merasakan betapa emosi mereka yang meletup-letup, betapa air matanya yang menetes karna kepedihan, dan betapa sebuah gagasan penting harus di perjuangkan di masa depan. Dampaknya, membaca akan melahirkan banyak gagasan dan wawasan baru dalam pemikirannya secara personal, karna dalam otaknya terdiri dari akumulasi pemikiran dari berbagai tokoh penting, dia akan memadukan pemikiran berlian tokoh satu dengan yang lain, menyatukan gagasan penting satu dengan yang lain. Maka tidak heran jika Al-Quran memerintah untuk membaca ketika awal pertama kali di turunkan.

Tanpa membaca manusia hanya akan terkurung dalam ruang kosong tanpa cahaya. Dia hanya akan mengetahui sejauh langkah kaki, seluas apa yang ia lihat, dan sebanyak apa yang ia dengar. Pada akhirnya dia akan mudah terpengaruh oleh bayang semu dan terhanyut dalam halusinanasi kosong penuh asumsi. Perkembangan informasi yang selalu berkembang dinamis dan pesat menuntut manusia untuk bergerak cepat dalam menggalinya, manusia yang hanya statis diam tanpa membaca hanya akan menjadi manusia primitif dalam dunia yang modernis. Dia hanya akan terombang ambing oleh fanatisme buta, yang bahkan tidak tau kebenarannya.
Sudah seharusnya seorang mahasiswa banyak membaca, karna di posisi inilah dia akan membentuk karakter dan membangun jati dirinya sebagai manusia sejati. Maka dengan banyak membaca dia akan mempunyai banyak pandangan yang lebih kompleks akan kehidupan seperti apa yang akan ia jalankan nantinya.

Dalam perjalanan kuliahnya, mahasiswa yang tidak mencari, dia hanya akan cenderung  menemukan apa yang dilihat, dengar dan temui di pinggiran jalan sepanjang jalur yang ia lalui. Namun tidak bagi mahasiswa aktif mencari, dia akan menemukan banyak hal, pengalaman, wawasan yang mungkin tidak pernah terjadi jika dia hanya mengikuti alur yang ada, bahkan bisa jadi dia akan menemukan rute-rute baru yang lebih efisien dan lebih efektif, yang mungkin akan menjadi referensi bagi orang lain di masa yang akan datang. Adapun proses pencarian tersebut salah satunya adalah dengan banyak membaca, bukan hanya aktif mengikuti alur perkuliahan yang ada, dan tersesat hanyalah bagi mereka yang malu untuk bertanya.

Di samping itu, mengingat sistem pembelajaran dalam perkulihan yang cenderung aktif dalam dialog, maka kiranya disinilah peranan membaca menjadi wajib hukumnya, karna untuk menjadi mahasiswa yang aktif memerlukan bahan-bahan kajian yang pernah ia ketahui, dan hal tersebut tidak mungkin dia paparkan berdasarkan apa yang orang katakan, melainkan dari referensi apa yang ia baca dan ketahui langsung dari sumbernya. Hal ini juga menampik adanya diskusi yang hanya besifat asumtif dan spekulatif karna sebelumnya mahasiswa sudah berdiskusi langsung bersama sang ahli dengan perantara bukunya.

Mahasiswa adalah menulis

Menulis adalah sarana menuju keabadian. Seorang yang menggoreskan penanya untuk menulis sebuah coretan, secara tidak langsung telah melangkah untuk memperpanjang umurnya.  Tidak dapat dipungkiri kelak dia akan akan mati dan bersemayam di dalam perut bumi. Tapi tidak demikian dengan tulisannya. Tulisannya akan tetap hidup berkembang bersama kemajuan dan bernostalgia bersama masa.

Manusia yang mempunyai banyak gagasan, ide-ide, suatu keahlian, hukum, ekonomi dan lain-lain, selagi dia tidak menuliskannya, dia hanya akan dikenal di masanya, dan mungkin gagasan, ide dan keahliannnya akan turut terkubur mati bersamanya. Namun tidak bagi mereka yang menuliskannya, boleh jadi kelak dia akan mati meninggalkan dunia, tapi gagasannya akan tetap bersemayam menjadi pacuan, bacaan, bahkan referensi setiap orang, dan namanya pun akan kekal dalam keabadian. Seperti yang telah dikatakan Pramoedya Ananta Toer “orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah”.
Bagaimana manusia bisa mengenal dan memperdalam pemikiran Al-Gazali yang sudah wafat beratus tahun yang lalu? Bagaimana manusia mengetahui bahwa dahulu ada seorang cendekia seperti Ibn Arabi? Bagaimana ilmu bisa berkembang dinamis dan tak pernah ada habisnya? atau bagaimana manusia bisa mendapatkan sebuah pacuan yang jelas dan terlihat oleh mata dari Al-Quran dan hadisnya? Maka jelas jawabannya semuanya adalah karna tulisan.

Siapa yang tidak kenal sosok Soe Hok Gie, seorang aktivis idealis angkatan 66 yang namanya melegenda sampai sekarang. Soe Hok Gie adalah seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang tercatat sebagai aktivis anti penindasan. Dia cukup andil dalam menyampaikan asipirasi rakyat bersama mahasiswa yang lain. Hok Gie tewas ketika melakukan pendakian di gunung semeru pada saat umurnya masih 26 tahun. Bisa jadi di zamannya banyak mahasiswa yang dedikasi dan pemikirannya melebihi Hok Gie. Mungkin masih banyak mahasiswa yang hidup lebih panjang dan terus berjuang. Tapi nama Soe Hok Gie-lah yang selalu dikenang di ambang zaman. Hok Gie boleh mati muda, tapi tulisannya kekal sepanjang masa. Perjuangan Hoek Gie boleh berhenti di kawah semeru, tapi tulisannya telah banyak menginpirasi generasi setelahnya, sehingga banyak melahirkan perjuangan-perjuangan baru untuk meneruskan visinya.

Mahasiswa adalah bergerak

Merupakan sebuah keniscayaan Indonesia bisa sampai saat ini jika tanpa perjuangan elemen mahasiswa. Di balik tanggal-tanggal penting Indonesia menuju perubahan yang lebih baik, nama mahasiswa selalu menjadi penggerak dan aktor utama.

Di zaman pra kemerdekaan, dari pemikiran dan semangat para mahasiswa aktivis pergerakan-lah bibit-bibit anti kolonialisme bermunculan, sehingga juga memicu semangat dan kesadaran segenap bangsa Indonesia untuk terus berjuang memperoleh kemerdekaan, maka jadilah Indonesia negara yang merdeka. Siapa yang tau apa yang akan terjadi sekarang andai para aktivis perjuangan tidak mempropagandakan kemerdekaan. Tidak ada yang tau.

Demikian juga pada kisaran tahun 60-an, saat Indonesia bergejolak karna paham komunisme yang di anggap mengancam nilai-nilai luhur pancasila. Para mahasiswa duduk semeja bersama bersama tentara nasional Indonesia untuk memberantas paham tersebut, maka jadilah Indonesia terbebas dari komunisme. Tidak ada yang tau apa yang akan terjadi pada negara ketimuran yang agamis ini andai komunisme masih tetap berjaya sampai sekarang. Tidak ada yang tau.

Sampai pada rezim orde baru, Presiden Soeharto sang diktator penindas kehidupan demokarsi bersembunyi di balik tirai kekuasaannya yang sudah berjaya selama 32 tahun, akhirnya juga tumbang oleh pergerakan mahasiswa. Siapa yang tau apa yang akan terjadi pada Indonesia andai para mahasiswa tidak turun ke jalan dan berteriak lantang, bisa jadi sampai sekarang Indonesia masih terbelenggu dalam kekuasaan rezimnya melalui politik dinasti, bisa jadi presidennya sekarang adalah bu Tutut, atau mungkin Tommy Soeharto. Bisa jadi. Tidak ada yang tau.

Maka sudah sewajarnya mahasiswa sebagai agen perubahan, selalu dituntut kritis dan observatif. Mahasiswa harus bisa turut andil menjadi pembela dan penyambung lidah rakyat. Maka dari itu mahasiswa harus aktif bergerak, tidak hanya menunggu perkuliahan dimulai lalu pulang membawa segenggam teori tentang perubahan. Hanya teori. Bergerak juga bisa dilakukan dengan gerilya melalui pemikiran, bukan hanya menentang kebijakan yang menyimpang, tapi juga mewarkan solusi yang brilian. Bergerak bukan berarti beraksi tanpa regulasi. Bergerak tidak harus dengan melakukan demonstrasi yang  anarki. Demonstarsi di terapkan ketika diskusi dan negoisasi gagal di lakukan. Merubah dengan otak pasti tidak lebih melelahkan dari pada harus memakai urat tanpa pertimbangan. 

Makna bergerak juga dapat diartikan agar mahasiswa melakukan banyak hal yang bermanfaat, baik untuk pribadi ataupun lingkungan. Bergerak untuk diri sendiri bisa jadi dengan aktif berdiskusi dalam suatu forum, sehingga akan banyak melatih diri, mengasah pemikiran, menempa mental dan yang paling penting adalah saling bertukar pikiran dengan sesama. Bergerak untuk lingkungan mempunyai cakupan implementasi yang sangat luas, salah satu contohnya adalah dengan aktif berorganisasi dalam komunitas sesuai dengan yang diinginkan, karena kemudian  komunitas tersebut dapat dijadikan sebagai alat perjuangan, sehingga akan bermanfaat untuk sekitar, khususnya juga diri sendiri. Kemudian juga bisa dengan menjadi volunteer untuk beberapa golongan masyarakat yang kurang beruntung, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Icon Display

Dahulukan Idealisme Sebelum Fanatisme

Popular Post

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Recent Posts

Kunci Kesuksesan

  • Semangat Beraktifitas.
  • Berfikir Sebelum Bertindak.
  • Utamakan Akhirat daripada Dunia.

Pages

Quote

San Mesan Acabbur Pas Mandih Pas Berseh Sekaleh